BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasanya suatu pola hidup yang tidak sehat tentunya akan
menimbulkan berbagai macam permasalahan kesehatan. Utamanya bagi sistem
kardiovaskuler. Keluhan utama yang sering terjadi pada gangguan sistem
kardiovaskuler ialah nyeri dada, berdebar-debar dan sesak napas. Keluhan
tambahan lainnya yang mungkin menyertai keluhan utama, ialah poerasaan cepat
lelah, kemampuan fisik menurun dan badan sering terasa lemas, perasaan seperti
mau pingsan (fainting) atau sinkope, kaki rasa berat atau membengkak, perut
kembung atau membuncit disertai kencing yang berkurang, kadang-kadang terlihat
kebiruan ( cyanotic spells ), batuk atau hemoptisis dengan dahak yang
kemerahan, sering berkeringat dingin dan lemas dengan perasaan tidak enak pada
perut bagian atas.
Salah satu jenis gangguan pada sistem kardiovaskuler yang
dibahas dalam makalah ini yakni angina pectoris. Angina pectoris ialah suatu
sindrom klinis dimana terjadi sakit dada yang khas, yaitu seperti tertekan atau
terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut
biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera menghilang bila
pasien beristirahat. Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional
diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apakah pengertian dari Angina Pektoris ?
1.2.2 Ada berapakah jenis Angina Pektoris?
1.2.3 Apa etiologi dari Angina Pektoris?
1.2.4 Bagaimanakah manifestasi klinis dari Angina Pektoris ?
1.2.5 Apa saja pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris ?
1.2.6 Bagaimanakah asuhan keperawatan dari Angina Pektoris ?
1.2.1 Apakah pengertian dari Angina Pektoris ?
1.2.2 Ada berapakah jenis Angina Pektoris?
1.2.3 Apa etiologi dari Angina Pektoris?
1.2.4 Bagaimanakah manifestasi klinis dari Angina Pektoris ?
1.2.5 Apa saja pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris ?
1.2.6 Bagaimanakah asuhan keperawatan dari Angina Pektoris ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengerti Pengertian dari Angina Pektoris
1.3.2 Menjelaskan Jenis dari Angina Pektoris
1.3.3 Menjelaskan Etiologi dari Angina Pektoris
1.3.4 Menjelaskan Manifestasi Klinis dari Angina Pektoris
1.3.5 Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang dari Angina Pektoris
1.3.6 Menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Angina Pektoris
1.3.2 Menjelaskan Jenis dari Angina Pektoris
1.3.3 Menjelaskan Etiologi dari Angina Pektoris
1.3.4 Menjelaskan Manifestasi Klinis dari Angina Pektoris
1.3.5 Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang dari Angina Pektoris
1.3.6 Menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Angina Pektoris
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien
mendapat serangan sakit dadadi dearah sternum atau di bawah sternum (substernal)
atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di
dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke
punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya
timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya. (Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996).
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya
iskemia miokard, karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Serangan
sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, bila sakit dada terus
berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark
miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa. Pada pasien angina
pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan
kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin. Angina pektoris adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang
biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler).
2.2 ETIOLOGI
Faktor penyebab Angina Pektoris
antara lain:
1. Ateriosklerosis
2. Spasmearterikoroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta Insufisiensi
1. Ateriosklerosis
2. Spasmearterikoroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta Insufisiensi
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang
bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai
dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di
daerah belakang sternum atas atau sternum ketiga tengah (retrosentral).
Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar
ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.
Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan
kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan
tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik,
pasien mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik utama nyeri tersebut
akan berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan.
2.4 PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena
kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner).
Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa
tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling
sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat
maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke
otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit
akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai
darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi
No (nitrat Oksido yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif.
Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan
timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen
ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang
begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta
dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang.
Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi
mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium
dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka
suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif
untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya
asam laktat nyeri akan reda.
Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:
1. Latihan fisik dapat memicu
serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2.
Pajanan
terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3.
Makan
makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4. Stress atau berbagai emosi akibat
situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat
pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja
jantung juga meningkat.
2.5 TIPE ANGINA
1. Angina
Pektoris Stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi
jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk
meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja
jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.
·
Awitan
secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen niokard.
·
Nyeri
segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
·
Durasi
nyeri 3 – 15 menit.
2.
Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina
pra infark; Angina kresendo)
Adalah kombinasi angina stabil
dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit
arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung.
Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh
trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
·
Adurasi
serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
·
Pencetus
dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
·
Kurang
responsif terhadap nitrat.
·
Lebih
sering ditemukan depresisegmen ST.
·
Dapat
disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit
yang beragregasi.
3. Angina
Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)
Angina yang terjadi karena spasme
arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya infark.
·
Sakit
dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
·
Nyeri
disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
·
EKG
menunjukkan elevasi segmen ST.
·
Cenderung
berkembang menjadi infaark miokard akut.
·
Dapat
terjadi aritmia.
4. Angina
Nokturnal
Nyeri terjadi saat malam
hari,biasanya saat tidur dan dapat dikurangi dengan duduk tegak. Biasanya
akibat gagal ventrikel kiri.
5.
Angina Refrakter atau Intraktabel
Angina yang sangat berat sampai tedak tertahankan.
Angina yang sangat berat sampai tedak tertahankan.
6.
Angina Dekubitus
Angina saat berbaring.
Angina saat berbaring.
7.
Iskemia tersamar
Terdapat bukti obyektif iskemia (seperti tes pada stress) tetapi pasien tidak menunjukkan gejala.
Terdapat bukti obyektif iskemia (seperti tes pada stress) tetapi pasien tidak menunjukkan gejala.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu
istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal.
Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark
moikard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri
pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan
segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan
menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.
•
Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan
kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam
diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT,
atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada
angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol,
HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko
seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi pasien
angina pectoris.
• Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih
normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani
tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan
dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan
jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian
pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya.
Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada
seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita
angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan
jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun
tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan
tersebut.
• Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani
dan dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang
kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan
tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan
menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan
bagian otot jantung yang menderita iskemia.
2.7 Terapi Farmakologi
Nitrogliserin. Senyawa nitrat masih merupakan obat utama
untuk menangani angina pektoris. Nitrogengliserin diberikan untuk menurunkan
konsumsi jantung yang akan mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri agina.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi
melebarkan baik vena maupun arteria sehingga mempengaruhi sirkulasi
parifer.dengan pelebaran vena terjadi penggumpalan darah vena di seluruh tubuh.
Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan
tekanan pengisian (preload). Nitrat juga melepaskan arteriol sistemik dan
menyebabkan penurunan tekanan darah (penurunan afterload). Semua itu berakibat
pada penurunan oksigen pada jantung, menciptakan suatu keadaan yang lebih
seimbang antara suplay dan kebutuhan.
Nitrogliserin biassanya diletakkan dibawah lidah
(sublinguinal) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri
iskemia dalam 3 menit.
•
Pasien
diminta untuk menggerakkan dan jangan menelan ludah sampai tablet nitrogliserin
larut. Bila nyeri sangat berat, tablet dapat dikunyah untuk dapat mempercepat
penyerapan dibawah lidah.
•
Sebagai
pencegahan, pasien harus selalu membawa obat ini. Nitrogliserin bersifat sangat
tidak stabil dan harus disimpan dalam botol gelap tertutup rapat. Nitogliserin
tidak dapat disimpan dalam botol plastik atau logam.
•
Nitrogliserin
mudah menguap dan menjadi tidak aktif bila terkena panas, uap, udara,cahaya
dalam waktu lama. Bila ntrogliserin masih segar, pasien akan merasa terbakar di
bawah lidah dan kadang kepala terasa tegang dan berdenyut. Persiapan
nitrogliserin harus diperbaharui setiap 6 bulan sekali.
•
Selain
menggunakan dosis yang telah ditentukan, pasien harus mengatur sendiri dosis
yang diperlukan, yaitu dosis terkecil yang dapat menghilangkan nyeri. Obat
harus digunakan untuk mengantisipasi bila akan melakukan aktivitas yang mungkin
akan mengakibatkan nyeri. Karena Nitrogliserin dapat meningkatkan toleransi
pasien terhadap latihan dan setres bila digunakan sebagai pencegahan (misal
sebelum latihan, menaiki tangga, hubungan seksual) maka lebih baik gunakan obat
ini sebelum rasa nyeri muncul.
•
Pasien
harus mengingat berapa lama kerja nitrogliserin dalam menghilangkan nyeri, bila
nyeri tidak dapat dikurangi dengan notrogliserin, harus dicurigai adanya infark
miokardium.
•
Bila
nyeri menetap setelah memakai tiga (3) tablet sublingual dengan interval 5
menit, pasien dianjurkan segera dibawa fasilitas perawatan darurat terdekat.
Efek samping nitrogliserin meliputi rass panas, sakit kepala berdenyut, hipertensi, dan takikardi. Penggunaan preparat nitrat long-acting masih diperdebatkan. Isrobid dinitrat (isordil) tampaknya efeksamping 2 jam bila digunakan di bawah lidah, tapi efeknya tidak jelas bila diminum peroral.
Efek samping nitrogliserin meliputi rass panas, sakit kepala berdenyut, hipertensi, dan takikardi. Penggunaan preparat nitrat long-acting masih diperdebatkan. Isrobid dinitrat (isordil) tampaknya efeksamping 2 jam bila digunakan di bawah lidah, tapi efeknya tidak jelas bila diminum peroral.
•
Salep
Nitrogliserin Topikal. Nitrogliserin juga tersedia dalam bentuk
Lnilin-petrolatum. Bentuk ini dioleskan di kulit sebagai perlindungan terhadap
nyeri angina dan mengurangi nyeri. Bentuk ini sangat berguna bila digunakan
pada pasien yang mengalami angina pada malam hari atau yang menjalankan
aktivitas dalam waktu yang cukup lama (misal main golf) karena mempunyai efek
jangka panjang sampai 24 jam. Biasanya dosis ditingkatkan sampai sakit kepala
atau efek berat terhadap tekanan darah atau tekanan jantung, kemudian diturunka
sampai dosis tertinggi yang tidak menimbulkan efek samping tersebut. Cara
pemakaian salep biasanya dilampirkan pada kemasan. Pasien diingatkan untuk
mengganti tempat yang akan dioleskan salep untuk mencegah iritasi kulit.
•
Penyekat
Beta-adrenergik. Bila pasien tetam menderita nyeri dada meskipun telah mendapat
nitrigliserin dan merubah gaya hidup, maka diperlukan bahan penyekat beta
adrenergik. Propanolol hidroklorit ( Inderal) masih merupakan obat pilihan.
Obat ini berfungsi menurunkan konsumsi oksigen dengan menhambat impuls simpatis
ke jantung. Hasilnya terjadi penurunan frekuensi jantung, tekanan darah, dan
kontraksi jantung yang menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan oksigen
jantung dan jumlah oksigen yang tersedia. Hal ini dapat membantu mengontrol
nyeri dada dam memungkinkan pasien bekerja atau berolahraga. Propanolol dapat
diberikan bersama isorbid dinitrat sub lingual atau oral untuk mencegah nyeri
angina.
•
Propanolol
dibersihkan oleh hati dengan kecepatan bervariasi, tergantung dari
masing-masing pasien. Biasanya diberikan dengan interval 6 jam, efek sampingnya
meliputi kelemahan muskuloskeletal, brakikardia, dan depresi mental.
Bila propanolol diberikan, maka tekanan darah dan frekuensi jantung harus dipantau (denngan pasien dengan posisi tegak) 2 jam setelah pemberian obat. Pemberian dapat dilakukan oleh anggota keluarga dirumah atau petugas kesehatan. Jika tekanan darah turun secara mendadak, maka perlu diberikan vasopresor. Bila terjadi brakikardi berat, atropin merupakan atridot pilihan. Juga penting diingat bahwa propanolol dapat mencetus gagal jantung kongesti dan asma.
Bila propanolol diberikan, maka tekanan darah dan frekuensi jantung harus dipantau (denngan pasien dengan posisi tegak) 2 jam setelah pemberian obat. Pemberian dapat dilakukan oleh anggota keluarga dirumah atau petugas kesehatan. Jika tekanan darah turun secara mendadak, maka perlu diberikan vasopresor. Bila terjadi brakikardi berat, atropin merupakan atridot pilihan. Juga penting diingat bahwa propanolol dapat mencetus gagal jantung kongesti dan asma.
•
Pasien
diperingatkan untuk tidak berhenti minum propanolol secara mendadak,karena ada
bukti bahwa angina akan menjadi lebih parah dan dapat timbul infark miokardium,
bila dihentikan secara mendadak.
•
Antagonis
Ion Kalsium/Penyekat Kanal. Penyekat atau antagonis kalsium memiliki sifat yang
sangat berpengaruh kebutuhan dan suplai oksigen jantung, jadi berguna untuk
menangani angina. Secara fisiologis, ion kalsium berperan ditingkat sel
mempengaruhi kontraksi semua jaringan otot dan berperan dalam stimulus listrik
pada jantung.
Antagonis/ penyekat ion kalsium meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi kebutuhan jantung dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan, demikian juga beban kerja ventrikel kiri. Tiga Antagonis/ penyekat ion kalsium yang biasa digunakan adalah nifedipin (Prokardia), verapamil (Isoptin, Calan) dan diltiazen ( Cardizem). Efek vasodilatasi obat-obat tersebut, terutama pada sirkulasi koroner, berguna untuk angina yang diakibatkan oleh vasospasme koroner (angina prinzmetal).
Antagonis/ penyekat ion kalsium meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi kebutuhan jantung dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan, demikian juga beban kerja ventrikel kiri. Tiga Antagonis/ penyekat ion kalsium yang biasa digunakan adalah nifedipin (Prokardia), verapamil (Isoptin, Calan) dan diltiazen ( Cardizem). Efek vasodilatasi obat-obat tersebut, terutama pada sirkulasi koroner, berguna untuk angina yang diakibatkan oleh vasospasme koroner (angina prinzmetal).
•
Penyekat
kalsium harus digunakan secara hati-hati pada pasien gagal jantung karena obat
ini akan menyekat kalsium yang mendukung kontraktilitass. Hipotensi dapat
terjadi pada pemberian intra vena (IV). Efek samping yang bisa terjadi adalah
konstipasi, distres lambung, pusing atau sakit kepala.
•
Antagonis/penyekat
kalsium biasanya diberikan tiap 6-12 jam. Untuk setiap individu dosis
terapeutiknya berbeda.
•
Aspirin.
Banyak studi telah membuktiksn bshws sdpirin dapat mengurangi kematian jantung
dan infark fatal maupun non fatal dari 51% -72% pada pasien dengan angina tak
stabil. Oleh klarena itu aspirin dianjurkan untuk diberikan seumur hidup dengan
dosis awal 160 mg perhari dan dosis selanjutnya 80 sampai 3325 mg perhari.
•
Tiklopidin.
Suatu derivat tienopiridin merupakan obat lini kedua dalam pengobatan angina
tak stabil bila pasien tidak tahann aspirin. Studi dengan tiklopidin
dibandingkan plasebo pada angina tak stabil ternyata menunjukkan bahwa kematian
dan infark non fatal berkurang 46,3%. Dalam pemberian tiklopidin harus
diperhatikan efek samping granulositopenia, dimana insidens 2,4%. Dengan adanya
klopidogrel yang lebih aman pemakaian tiklopidin mulai ditinggalkan.
•
Inhibitor
Glikoprotein IIb/IIIa. Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP Iib/IIIa pada
platelet ialah ikatan terakhir pada proses agregasi platelet. Karena inhibitor
GP IIb/IIIa menduduki reseptor tadi maka ikatan platelet dengan fibrinogen
dapat dihalangi dan agregasi platelet tidak terjadi.
•
Obat
Anti Trombin:
Unfractionated
Heparin. Heparin adalah glikosaminoglikan yangterdiri dari pelbagai polisakarida
yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berebda-beda.
Antitrombin III, bila terikat dengan heparin, akan bekerja menghambat trombin
dan faktor Xa. Heparin juga mengikat protein plasma yang lain, sel darah dan
sel endotel, yang akan mempengaruhi bioavailabilitas. Kelemahan lain heparin
adalah efek terhadap trombus yang kaya trombosit dan heparin dapat dirusak oleh
platelet faktor IV.
·
Low
Molecular Weight Heparin. Low molecular weight heparin (LMWH) dibuat dengan
melakukan depolimerasi rantai polisakarida heparin. Kebanyakan mengandung
sakarida kurang dari 18 dan hanya bekerja pada factor Xa, sedangkan heparin
menghambat factor Xa dan trombin. Dibandingkan dengan unfractionated heparin,
LMWH mempunyai ikatan terhadap protein plasma kurang, bioavailabilitas lebih
besar dan tidak mudah dinetralisir oleh faktor IV, lebih besar pelepasan tissue
factor pathway inhibitor (TFPI) dan kejadian trombositopenia lebih sedikit.
·
Direct
Trombin Inhibitors. Direct trombin inhibitor secara teoritis mempunyai
kelebihan karena bekerja langsung mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa
dihambat oleh plasma protein maupun platelet faktor IV. Activated partial
thromboplastin time dapat dipakai untuk memonitor aktivitas antikoagulasi,
tetapi biasanya tidak perlu. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark
miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah. Bivalirudin juga menunjukkan
efektivitas yang sama dengan efek samping perdarahan kurang dari heparin.
Bilivarudin telah disetujui untuk menggantikan heparin pada pasien angina tyak
stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun bivalirudin dapat menggantikan
heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat heparin (HIT).
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis
tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor
risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai
darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angiosplasti koroner
transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary angioplasty).
Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medisdan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien
dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk
meningkatkan aliran darah, penggunaan laser untuk menguapkan plak dan
endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi. Penelitian yang
bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau
seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan.
Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran
proses angina yang diderita pasien.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Angina Pektoris
3.1 Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang seluruh segi
aktivitas pasien, terutama mereka yang ditemukan beresiko mengalami serangan
jantung atau nyeri angina. Pertanyaan yang sesuai mencakup:
·
Kapan
cenderung terjadi serangan? Setelah makan? Setelah melakukan aktivitas
tertentu? Setelah melakukan aktivitas secara umum? Setelah mengunjungi anggota
keluarga atau teman-teman?
·
Bagaimana
pasien menggambarkan nyerinya?
·
Apakah
awitan nyeri mendadak atau bertahap?
·
Bagaimana
hal itu terjadi dalam berapa detik? Menit? Jam?
·
Apakah
kualitas nyeri menetap atau terus-menerus?
·
Apakah
rasa nyaman disertai dengan gejala seperti perspirasi yang berlebihan, sedikit
sakit kepala, mual, palpitasi dan napas pendek?
·
Berapa
menit nyeri berlangsung setelah minum notrogliserin?
·
Bagaimana
nyeri berkurang
3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama
untuk klien ini mencakup yang berikut:
·
Nyeri
berhubungan dengan iskemia miokardium
·
Cemas
berhubungan dengan rasa takut akan kematian
·
Kurang
pengetahuan tentang sifat dasar penyakit dan metode untuk menghindari
komplikasi
·
Potensial
terjadi ketidakpatuhan terhadap terapuitik berhubuangan dengan tidak mau
menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
·
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
3.3 Intervensi dan Implementasi
Tujuan.
Tujuan utama mencakup mencegah nyeri, mengurangi cemas, menghindari salah paham
terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberika, mematuhi program
perawatan diri dan mencegah komplikasi.
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia
miokardium
Intervensi :
Intervensi :
1. Kaji gambaran dan faktor-faktor yang
memperburuk nyeri.
2. Letakkan klien pada istirahat total
selama episode angina (24-30 jam pertama) dengan posisi semi fowler.
3. Observasi tanda vital tiap 5 menit
setiap serangan angina.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang,
batasi pengunjung bila perlu.
5. Berikan makanan lembut dan biarkan
klien istirahat 1 jam setelah makan.
6. Tinggal dengan klien yang mengalami
nyeri atau tampak cemas.
7. Ajarkan tehnik distraksi dan
relaksasi.
8. Kolaborasi pengobatan.
b. Cemas berhubungan dengan rasa takut
akan kematian
Intervensi :
Intervensi :
1. Jelaskan semua prosedur tindakan.
2. Tingkatkan ekspresi perasaan dan
takut.
3. Dorong keluarga dan teman utnuk
menganggap klien seperti sebelumnya.
4. Beritahu klien program medis yang
telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan
stabilitas jantung.
5. Kolaborasi.
c. Kurang pengetahuan tentang sifat
dasar penyakit dan metode untuk menghindari komplikasi
Intervensi :
Intervensi :
1. Tekankan perlunya mencegah serangan
angina.
2. Dorong untuk menghindari
faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina.
q Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga.
q Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga.
3. Tunjukkan/ dorong klien untuk
memantau nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan.
4. Diskusikan langkah yang diambil bila
terjadi serangan angina.
5. Dorong klien untuk mengikuti program
yang telah ditentukan.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan berkurangnya curah jantung.
Intervensi :
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring pada posisi
yang nyaman.
2. Berikan periode istirahat adekuat,
bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi.
3. Catat warna kulit dan kualittas
nadi.
4. Tingkatkan katifitas klien secara
teratur.
5. Pantau EKG dengan sering.
Intervensi Keperawatan
Pencegahan Nyeri. Pasien harus memahami gejala kompleks dan
harus menghindrari aktivitas yang diketahui akan menyebabkan nyeri angina
seperti latihan mendadak, pajanan terhadap dingin, dan kegembiraan emosional.belajar
untuk merubah, menyesuaikan dan beradaptasi terhadap stres tersebut amatlah
penting.
Bagi pasien yang serangannya terutama terjadi pada pagi
hari, perlu dilakukan pembuatan jadwal kegiatan sehari-hari. Idealnya kegiatan
tidak dilakukan terburu-buru in dilakukan sepanjang hari, sehingga semua tugas
dan perjanjian yang direncanakan dapat dijalankan tanpa rasa tertekan dan
terburu-buru.
Mengurangi Kecemasan. Pasien-pasien ini biasanya mempunyai
rasa takut akan kematian. Untuk pasien rawat inap, asuhan keperawatan
direncanakan sedemikian rupa sehingga waktu dimana ia jauh dari tempat tidur
diusahakan seminimal mungkin, karena perasaan takut akan meninggal tersebut
sering dapat dikurangi dengan adanya kehadiran fisik orang lain.pasien rawat jalan
harus diberikan informasi mengenai penyakitnya dan penjelasan mengenai
pentingnya mematuhi petunjuk yang telah diberikan.
Penyuluhan Pasien dan Pendekatan Asuhan di Rumah. Program
penyuluhan untuk pasien dengan angina dirancang untuk menjelaskan sifat dasar
penyakit dan menunjukan data yang diperlukan untuk mengatur kembali kebiasaan
hidup untuk mencapai tujuan sebagai berikut: mengurangi frekuensi dan beratnya
serangan angina, memperlambat perkembangan penyakit yang mendasarinya, bila
mungkin memberikan perlindungan dari komplikasi lain.
3.4 EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Bebas dari nyeri.
2. Menunjukkan penurunan kecemasan
a. Memahami penyakit dan tujuan
perawatannya.
b. Mematuhi semua aturan medis.
c. Mengetahui kapan harus meminta
bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah.
d. Menghindari tinggal sendiri saat
terjadinya episode nyeri.
3.
Memahami
cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas dari komplikasi
a. Menjelaskan proses terjadinya angina
b. Menjelaskan alasan tindakan
pencegahan komplikasi
c. EKG dan kadar enzim jantung normal
d. Bebas dari tanda dan gejala infark
miokardium akut
4.
Mematuhi
program perawatan diri
a. Menunjukkan pemahaman mengenai
terapi farmakologi
b. Kebiasaan sehari-hari mencerminkan
penyesuaian gaya hidup.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Angina
pektoris adalah
suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dadadi dearah
sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas,
yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke
lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah
Noer,1996).
2. Faktor
penyebab Angina Pektoris antara lain:
a. Ateriosklerosis
b. Spasmearterikoroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta Insufisiensi
a. Ateriosklerosis
b. Spasmearterikoroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta Insufisiensi
3. Tipe
Angina
a. Angina pektoris stabil
b. Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)
c. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)
d. Angina Nokturnal
e. Angina Refrakter atau Intraktabel
f. Angina Dekubitus
g. Iskemia tersamar
a. Angina pektoris stabil
b. Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)
c. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)
d. Angina Nokturnal
e. Angina Refrakter atau Intraktabel
f. Angina Dekubitus
g. Iskemia tersamar
4. Pemeriksaan
Penunjang
a. Elektrokardiogram
b. Foto Rontgen Dada
c. Pemeriksaan Laboratorium
d. Uji Latihan Jasmani
e. Thallium Exercise Myocardial Imaging
a. Elektrokardiogram
b. Foto Rontgen Dada
c. Pemeriksaan Laboratorium
d. Uji Latihan Jasmani
e. Thallium Exercise Myocardial Imaging
5.
Diagnosa yang dapat ditemukan,
antara lain:
a.
Nyeri
berhubungan dengan iskemia miokardium
b.
Cemas
berhubungan dengan rasa takut akan kematian
c.
Kurang
pengetahuan tentang sifat dasar penyakit dan metode untuk menghindari
komplikasi
d.
Potensial
terjadi ketidakpatuhan terhadap terapuitik berhubuangan dengan tidak mau
menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
e.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Noer,
H.M Sjaifoellah.1996. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Angina_pektoris
http://blog.ilmukeperawatan.com/mengenal-angina-pektoris.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/radiology/1936688-angina-pektoris/
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/147_05PenyakitJantungKoroner.pdf/147_05PenyakitJantungKoroner.html
http://oktavie.wordpress.com/2010/02/14/angina-pektoris/
http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/16/angina-pektoris-tidak-stabil/
smeltear ,C.suzanne dan Brenda G.Bare.2002.BUKU Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar