BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hutan
tropis yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhan (biodiversity) merupakan sumber
daya hayati dan sekaligus sebagai gudang senyawa kimia (chemodiversity) baik
berupa senyawa kimia hasil metabolisme primer yang disebut juga sebagai senyawa
metabolit primer seperti protein, karbohidrat, lemak yang digunakan sendiri
oleh tumbuhan tersebut untuk pertumbuhannya, maupun sebagai sumber senyawa
metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid dan alkaloid.
senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai
kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari
gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya.
Fitokimia
atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa organic yang dibentuk dan
ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
penyebarannya secara ilmiah serta fungsi
biologinya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder atau metabolit
sekumder telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan,
obat-obatan dan sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh- tumbuhan yang
digunakan obat-obatan yang dikenal sebagai obat tradisional sehingga diperlukan
penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa
kimia yang berfungsi sebagai obat. Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil
metabolisme sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan
dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu terpenoid, steroid, kumarin,
flavonoid dan alkaloid.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu bagaimanakah mengetahui cara-cara identifikasi
golongan senyawa metabolit sekunder dalam suatu sampel?
C.
Tujuan
Tujuan
dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui cara-cara identifikasi golongan
senyawa metabolit sekunder dalam suatu sampel.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan skrining
fitokimia meliputi analisis
kualiatif kandungan kimia
dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji),
terutama kandungan metabolit
sekunder yang bioaktif,
yaitu alkaloid, antrakinon,
flavonoid, glikosida jantung, kumarin, saponin
(steroid dan triterpenoid), tannin
(polifenolat), minyak atsiri
(terpenoid), iridoid, dan sebagainya.
Adapun tujuan utama dari pendekatan skrining fitokimia adalah untuk
mensurvai tumbuhan untuk
mendapatkan kandungan bioaktif
atau kandungan yang
berguna untuk pengobatan.
Keberadaan metabolit
sekunder dapat diidentifikasi keberadaannya dengan melakukan uji penapisan
menggunakan perlakuan dan pemberian pereaksi-pereaksi tertentu:
1.
Identifikasi alkaloid
Alkaloid merupakan kelompok senyawa yang mengandung
nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Alkaloid merupakan golongan zat
tumbuhan sekunder yang besar. Pada umumnya, alakaloid mencakup senyawa yang
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom N sebagai bagian dalam surem
siklik.
Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana
sampai yang rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik.
Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efeknya tidak sederhana adalah nikotin.
Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung , kanker paru-paru, kanker mulut,
tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Cara
identifikasi : sebanyak 5 ml sampel dibasakan dengan
laritan amonium 10% (tes dengan kertas pH) kemudian dipartisi dengan kloroform
(2 X 5ml). Fraksi kloroform digabungkan lalu diasamkan dengan HCl 1 M. Larutan
asam dipisahkan dan diuji dengan pereaksi dragendorf atau mayer. Endapan kuning
jingga atau putih menunjukan adanya alkaloid.
Tujuan penambahan Ammonia berfungsi untuk membasakan
dan pengendapan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk garam
atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas. Kloroform digunakan dengan tujuan
dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid mempunyai kelarutan yang baik
dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak larut dalam air meskpun dapat larut
dalam air panas. Setelah itu diberikan pereaksi dragendorf dimana jika
terbentuk endapan kuning jingga berarti terdapat alkaloid atau pereaksi mayer
bila terdapat endapan putih menunjukan adanya alkaloid.
2.
Identifikasi flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenil propanoid
dengan kerangka karbon C6-C3-C6. Flavonoid dan isoflavonoid adalah salah satu
golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan,
khususnya dari golongan leguminoceae (tanaman berbunga kupu-kupu). Kandungan
senyawa flavonoid dalam tanaman sangat rendah yaitu sekitar 25 %.
Senyawa-senyawa tersebut pada umunya dalam keadaan terikat / konjugasi dengan
senyawa gula.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi :
1) Sebagai
pigmen warna
2) Fungsi
fisiologi
3) Aktivitas
farmakologi
4) Flavonoid
dalam makanan
Cara
identifikasi : dilakukan dengan menggunakan reagen
atau pereaksi Willstater, Smith-Matcalfe
dan NaOH 10% karena dapat menghasilkan terjadinya perubahan warna yang
menunujukan bahwa ekstrak tersebut positif mengandung senyawa yang termasuk
dalam golongan flavonoid. Pada uji willstater akan terjadi perubahan warna dari
coklat muda menjadi kuning muda. Pada uji smith-Matcalfe akan terjadi perubahan
warna dari Coklat muda menjadi kuning muda dan pada uji dengan pereaksi NaOH
10% akan terjadi perubahan warna dari Coklat muda menjadi kuning muda.
flavonoid yang ditambahkan dengan pereaksi Willstater, Smith-Matcalfe dan NaOH
10% kan berubah warna, hal ini dikarenakan flavonoid termasuk dari senyawa
fenol. Bila fenol direaksikan dengan basa akan terbentuk warna yang disebabkan terjadinya sistem konjugasi dari gugus
aromatik.
3.
Identifikasi kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai
kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus
karbonil yang berkonyugasi dengan 2 ikatan rangkap karbon – karbon. Warna
pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam.
Walaupun kuinon tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna
tumbuhan sangat kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit,
akar, atau jaringan lain, namun warna pigmen kuinon ini tidak mendominasi.
Cara identifikasi : Untuk memastikan suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan,
dapat dilakukan dengan reaksi warna. Reaksi yang khas adalah reduksi
bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi semyawa tanwarna, kemudian warna
kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan dengan
menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan
mengocok larutan itu diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam
larutan yang agak basa lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat.
Kuinon menuknjukan geseran batokrom yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri
khasnya. Selain itu untuk mendeteksi kuinon juga
dapat digunakan
pereaksi larutan natrium
hidroksida 1 N. Bila terbentuk wama merah menunjukkan adanya kuinon.
4.
Identifikasi saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu
senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang
apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon).
Saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin
steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya
terdapat dalam lerak yang digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan
sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tembuhan melalui ekstraksi.
Cara
identifikasi : Uji
Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara
memasukkan 2 mL sampel kedalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama
30 detik, diamati perubahan
yang terjadi. Apabila terbentuk busa
yang mantap (tidak hilang
selama 30 detik) maka
identifikasi menunjukkan adanya saponin. Uji
penegasan saponin dilakukan
dengan menguapkan sampel sampai
kering kemudian mencucinya dengan
heksana sampai filtrat
jernih. Residu yang tertinggal
ditambahkan kloroform, diaduk 5
menit, kemudian ditambahkan
Na2SO4 anhidrat dan disaring.
Filtrat dibagi enjadi menjadi 2 bagian,
A dan B. Filtrat A sebagai blangko,
filtrat B ditetesi anhidrat
asetat, diaduk perlahan, kemudian ditambah
H2SO4 pekat dan
diaduk kembali.
Terbentuknya
cincin merah sampai coklat menunjukkan adanya saponin.
Timbulnya busa pada
uji Forth menunjukkan adanya glikosida
yang mempunyai kemampuan membentuk buih
dalam air yang
terhidrolisis menjadi
glukosa dan senyawa
lainnya (Rusdi, 1990). Reaksinya
yaitu:
5.
Identifikasi
triterpenoid
Triterpenoid adalah sekelompok senyawa turunan asam
mevalonat. Triterpenoid yang paling penting dan tersebar luas adalah
triterpenoid pentasiklik. Senyawa ini ditemukan dalam tumbuhan seprimitif
sphagrum, tetapi yang paling umum pada tumbuhan berbiji.
Cara
identifikasi : digunakan pereaksi L-B, H2SO4
pekat dan H2SO4 50%. Digunakan pereaksi ini karena dapat
menghasilkan terjadinya perubahan warna yang menunujukan bahwa ekstrak tersebut
positif mengandung senyawa yang termasuk dalam golongan triterpen. Pada uji
triterpen yang menggunakan pereaksi L-B, H2SO4 pekat dan
H2SO4 50%., terjadi
perubahan warna, hal ini disebabkan oleh
Uji warna Liebermann- Burchard (LB) berguna untuk mengetahui adanya senyawa
saponin baik triterpenoid maupun steroid. Uji warna Liebermann- Burchard (LB) .
Apabila pada campuran timbul kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut
menunjukkan adanya triterpen, sedangkan munculnya warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya sterol. Hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap
sampel adalah terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna
coklat muda. Sedangkan hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap
ekstrak terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna
coklat tua.
6.
Identifikasi steroid
Steroid
adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar
siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.senyawa-senyawa
ini mempunyai efek fisiologi tertentu. Steroid umumnya berada dalam bentuk
bebas sebagai glikosida sederehana. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama
pada testis dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut
androgen dan hormon betina estrogen dan hormon kehamilan progesteron.
Cara
identifikasi : Untuk pendeteksian steroid dengan
metode KLT cukup dengan melarutkannya dengan etanol lalu bercak nodanya disemprot
dengan anisaldehid asam sulfat dan dipanaskan. Jika ekstrak positif mengandung
steroid, maka akan timbul noda merah uingu atau ungu. Steroid juga dapat
didentifikasi dengan uji Salkoswki yaitu memasukkan 0.3 gram ekstrak dalam
tabung reaksi yang dilarutakan dalam 15 mL etanol. Tujuannya adalah untuk
memisahkan gugus steroid dengan gugus senyawa lain. Digunakan etanol
dikarenakan etanol merupaka pelarut yang universal karena dapat memisahkan
senyawa dari yang bersifat polar sampai non polar. Selain itu, etanol dapat
memisahkan komponen steroid secara optimal, aman dalam pemakaian, tidak merusak
komponen senyawa, tidak berbahaya bagi lingkungan, oekonomis serta mudah
didapatkan. Setelah larutan ekstrak homogeny, campuran dibagi menjadi 3 bagian
yaitu IIA, IIB dan IIC. Larutan IIA digunakan sebagai blanko, IIC ditambahakan
1-2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Tujuan penambahan ini untuk
memutuskan ikatan gula pada senyawa. Jika ikatan gula terlepas maka adanya
steroid bebas pada sampel akan ditandai dengan adanya cincin yang berwarna
merah. Apabila hal ini tidak muncul maka tidak mengandung steroid bebas. Pada
ekstrak yang didiujikan positif mengandung steroid. Hal ini ditandai adanya
cincin berwarna merah.
7.
Identifikasi tannin/ polifenol
Tanin dapat berfungsi sebagai astringent dan
memiliki kemampuan untuk menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang
dapat dihidrolisis oleh pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan
senyawa fenol, biasanya merupakan derivate atau turunan dari asam garlic dan
gula.
Senyawa polifenol adalah suatu senyawa yang berasal
dari tumbuhan, dimana salah satu cirinya adalah mengandung cincin aromatik yang
tersubstitusi oleh dua atau lebih gugus fenol. Dua gugus fenol, hidrolisis dan
terkondensasi terdiri dari tanin yang merupakan suatu zat yang penting secara
ekonomi sebagai agen untuk menghaluskan kulit dan juga penting untuk tujuan
kesehatan. Baru – baru ini ditemukan adanya fakta – fakta yang mendukung nilai
potensialnya sebagai sitotoksik dan atau sebagai agen antineoplastic.
Cara
identifikasi : Proantosianidin dapat dideteksi
langsung dalam jaringan tumbuhan hijau dengan mencelupkan kedalam HCl 2M
mendidih selama setengah jam. Bila terbentuk warna merah yang dapat diekstraksi
dengan amil atau butil alkohol, maka ini merupakan bukti adanya senyawa
tersebut.
8.
Identifiksi kumarin
Cara
identifikasi : Hasil ekstrak dari sampel yang
ditotolkan pada plat KLT, pada pengujian dengan UV terdapat garis
warna merah maka positif terdapat kumarin. Jika sampel uji mengandung kumarin,
kumarin akan terpisah dari komponen lainnya secara kromatografi berupa bercak
noda. Keberadaan kumarin akan dapat diamati bila pada plat KLT, dimana plat
dengan penambahan NaOH dan deteksi menggunakan UV. Kumarin yang bereaksi dengan
NaOH akan terlepas gugus laktonnya dan dengan berikatan dengan logam Na,
sehingga terbentuk senyawa yang akan berfluorosensi merah-orange bila diamati
dengan lampu UV yang penampakan noda ini spesifik untuk keberadaan kumarin pada
sampel uji. Untuk uji kumarin ini belum diketahui pereaksi kimia untuk uji
identifikasinya. Namun dapat diuji dengan pengamatan fluorosensinya dengan
lampu UV 365 nm. Atau dapat juga diuji dengan KLT dengan adanya standar murni
kumarin.
BAB III
PENUTUP
Dari makalah tersebut
dapat di simpulkan hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder didapatkan
hasil sebagai berikut :
1. Untuk
identifikasi golongan alkaloid terbentuk endapan
kuning jingga atau putih.
2. Untuk
identifikasi golongan flavonoid terbentuk
endapan berwarna merah.
3. Untuk
identifikasi golongan kuinon terbentuk endapan
berwarna merah.
4. Untuk
identifikasi golongan saponin menghasilkan busa dengan ketinggian 1 cm selama 5 menit lebih.
5. Untuk
identifikasi golongan triterpenoid terbentuk endapan berwarna ungu.
6. Untuk
identifikasi golongan steroid ditandai adanya cincin berwarna merah.
7. Untuk
identifikasi golongan tannin terbentuk endapan
berwarna biru kehitaman.
8. Untuk
identifikasi golongan kumarin pada pengujian dengan UV terdapat garis warna merah dan pada pengujian kromatografi
terdapat bercak noda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penuntun Pratikum Fitokimia II. Universitas Haluoleo. Kendari.
Harborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB Press. Bandung
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani.
2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)
Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purba,
Ritson. 2007. Analisis Fitokimia dan Uji Bioaktivitas Daun kaca (Peperomia
Pellucida (L) Krunth). Jurnal Kimia
Wulawarman, Vol.5.
Sastrohamidjojo
H. 1996. Sintesis Bahan Alam.
Yogyakarta: Gadjah mada University Press.
Satyajit.
2007. Kimia untuk Farmasi, Bahan Kimia
Organik, Alam dan Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Teyler.V.E et.al.1988. Pharmacognosy Edition 9th. Lea &
Febiger. Phiadelphia.
sangat bermanfa'at
BalasHapuskakak saya adalah salh satu fans kaka, semoga kaka bisa terus berkarya
BalasHapusAmin,, Makasih de'.
Hapus