Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Selasa, 28 Januari 2014

KROMATOGRAFI KOLOM DAN LAPIS TIPIS (PEMISAHAN DAN PEMURNIAN β-KAROTEN DARI EKSTRAK WORTEL)

KROMATOGRAFI KOLOM DAN LAPIS TIPIS
A.    Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat:
1.      Melakukan teknik-teknik dasar kromatografi grafitasi dan lapis tipis pada proses isolasi dan pemurnian senyawa bahan alam.
2.      Menjelaskan perbedaan prinsip dasar kromatografi grafitasi dan lapis tipis.
B.     Landasan Teori
Wortel merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat digunakan untuk membuat bermacam-macam masakan. Umbi wortel juga dapat memiliki kegunaan sebagai bahan obat-obatan untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Senyawa β-karoten pada tanaman wortel dapat menimbulkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tumor, menghambat penyebaran sel kanker, dan mengaktifkan enzim pelawan kanker. Selain itu, senyawa karoten (pro-vitamin A) dapat mencegah penyakit rabun senja. Umbi wortel juga mengandung alakloida akonitina atau asetbencilakonin, benzoilakonina, akonina, dan neupelina (Cahyono, 2002). 
Jenis senyawa karoten yang paling berlimpah di alam adalah β-karoten yang merupakan senyawa provitamin A, memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat. Senyawa antioksidan akan berinteraksi dalam tubuh manusia secara sinergis dengan senyawa antioksidan lain untuk melindungi kerusakan yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi. Sebagai contoh, vitamin E dapat memproteksi molekul β-karoten dari peristiwa oksidasi (sparing effects) (Michel P.J. and Liñan-Cabello, M. 2000). 
Sumber utama β-Karoten yaitu wortel, namun jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan dapat membahayakan karena mengandung substansi nitrosamid, nitrit dan falcarinol (Suwandi, 1991). Kandungan karotenoid dalam wortel dapat dilihat dari intensitas warnanya, yaitu semakin jingga warna wortel maka semakin banyak kandungan karotenoidnya. Karotenoid yang dikandung tidak hanya beta karoten tetapi juga alfa karoten, gamma karoten, zeta karoten, dan likopen yang dapat memberikan perlindungan pada tubuh terhadap pengaruh negatif dari radikal bebas (Soebagio et al., 2007).
Dalam kromatografi adsorbsi, digunakan zat padat sebagai adsorben yang bertindak sebagai fasa stasioner dan menggunakan zat cair sebagai fasa mobil. Permukaan partikel padat biasanya lebih aktif dari pada bagian dalamnya yang umum dikatakan mempunyai aktifitas permukaan. Bila partikel tersebut dimasukkan kedalam suatu larutan, permukaan partikel tadi mempunyai daya tarik baik pada zat-zat yang terlarut maupun pada zat pelarutnya. Silika gel mempunyai luas permukaan yang lebih besar, tetapi mempunyai aktifitas kimia yang lebih kecil dan lebih disukai untuk pemisahan senyawa-senyawa organik yang peka terhadap perubahan-perubahan karena aktifitas permukaan yang mempunyai sifat katalik (Adnan, 1997).


C.    Alat dan Bahan
1.      Alat


·         Pisau
·         Gelas kimia
·         Ampul
·         Gelas ukur 
·         Penusuk (kayu)
·         Satu set alat refluks
·         Corong Buchner (penyaring vakum)
·         Alat destilasi
·         Penangas air
·         Kolom kromatografi
·         Pipa kapiler
·         Chamber KLT
·         Lampu UV
·         Evaporator



2.      Bahan
·         Wortel
·         Batu didih
·         Diklorometan
·         n-heksan
·         Metanol
·         Kapas
·         Silika gel
·         Plat KLT
·         Plat KLT preparative
·         Kertas saring


·          
D.    Prosedur Kerja






Hasil
 

 


E.     Hasil Pengamatan
No.
Variabel yang Diamati
Hasil Pengamatan
1.

2.



3.

4.



5.

Wortel

Direfluks kurang lebih 1 jam menggunakan pelarut diklorometan 50 ml.

Dievaporasi

Residu dikromatografi menggunakan kromatografi grafitasi.

Fraksi dari kromatografi grafitasi di analasis menggunakan KLT
± 20 gram

Ekstrak wortel berwarna orange



Residu

Menghasilkan fraksi










F.     Pembahasan 
Kunyit adalah jenis tumbuhan rimpang dengan warna kuning kemerah-merahan pada rimpangnya. Di dalam kunyit telah dikatahui mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman kunyit (Curcuma longa). Zat ini adalah polifenol dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin dapat memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan.  Senyawa ini memiliki rumus molekul  2 gugus vinilguaiacol yang saling dihubungkan dengan rantai alfa beta diketon.
Pada percobaan ini, kita akan memisahkan dan memurnikan β-karoten dari ekstrak wortel dengan meggunakan metode kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Terlebih dahulu kita mengisolasi senyawa β-karoten tersebut dengan cara merefluks sampel wortel.
β-karoten merupakan pigmen berwarna kuning. Kromofor dalam β-karoten merupakan sistem 11 ikatan rangkap terkonjugasi geometris trans. Sifat kromofor dari struktur senyawa ini mudah dikenali di bawah lampu UV sehingga memudahkan identifikasi dalam kromatografi lapis tipis. Pada metode isolasi senyawa β-karoten dengan cara refluks yaitu tejadi penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan zat pelarut (kloroform) lalu dipanaskan dan diberikan batu didih agar pemanasan berlangsung secara merata. Uap-uap pelarut terkondensasi pada kondensor menjadi molekul-molekul pelarut yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, dan akan akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat. Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, setelah itu filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan cara evaporasi. Evaporasi yaitu proses pemisahan ekstrak dari cairan penyaringan dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat.
Setelah ekstrak dievaporasi kemudian dilanjutkan proses pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Kromotografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang  di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben tentang terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun  hasil isolasinya.
Pada metode ini, kolom diisikan dengan adsorben yang berupa padatan dalam hal ini adalah silika gel yang dicampurkan dengan pelarut n – heksan hingga membentuk bubur silika (slurry). Slurry dimasukkan dengan hati-hati ke dalam kolom kromatografi yang telah diisikan n-heksan yang sebelumnya telah disumbat dengan kapas dan kertas saring yang berfungsi sebagai penahan adsorben agar tidak keluar bersama eluen. Pengisian kolom harus dikerjakan secara seragam dan sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya gelembung-gelembung udara. Jika terdapat gelembung-gelembung udara dalam kolom maka akan berpotensi menyebabkan pecahnya kolom.
Hal lain yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pemecahan kolom adalah dengan menambahkan eluen secara kontinu agar udara tidak masuk ke dalam kolom. Kolom yang padat diindikasikan dengan warna slurry yang semakin memutih dan kecepatan alir eluen yang semakin lambat. Jika kolom sudah memadat, larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom.
Mekanisme yang terjadi pada kromatografi kolom ialah sample akan terelusi oleh eluen (n-heksan) melalui fase diam silika gel. Senyawa organik terelusi oleh eluen proses elusi terjadi karena keseimbangan distribusi zat analit pada fase gerak n-heksan dan fase diam selika gel. Elusi terus berlangsung hingga tidak ada lagi yang tinggal dalam kolom. Proses elusi ini menghasilkan eluat yang diharapkan mengandung banyak betakaroten. 
Eluat yang didapatkan kemudian diuji kemurniannya melalui proses Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Seperti yang kita ketahui, KLT ini pemisahan perbedaan distribusi antara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam yang digunakan pada percobaan ini adalah plat, dan fasa gerak yang kami gunakan adalah heksan dengan etil dengan perbandingan tertentu. Eluen inilah yang mengelusi campuran/senyawa dari ujung yang satu keujung yang lainnya. Eluen digunakan adalah n-heksan dan aseton dengan perbandingan 8:2 setelah eluen naik keatas, dimana kompenen yang lebih kuat diaserap oleh adsorben akan lebih lambat naiknhya dan kompenen yang kurang diserap oleh adsorben akan lebih cepat naiknya pada plat. Maka plat KLT dikeluarkan dari chamber, dan dikeringkan dan hasilnya dilihat pada/dibawah sinar uv. Dari pengamatan yang terlihat terbentuk beberapa noda dengan jarak gerak yang berbeda.
Rate of flow (Rf) adalah harga perbandingan jarak yang ditempuh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh pelarut adalah dasar untuk mengidentifikasi komponen yang terdapat yang terdapat dalam ekstrak berupa noda-noda, yang timbul pada pelat. Selain memberi informasi nilai Rf, bentuk noda yang nampak pada plat juga dapat memberi keterangan tentang keterangan tentang keadaan pengerjaan. Rate of Law (Rf) dari ekstrak β-karoten hanya terdapat pada fraksi kedua dan keempat masing – masing sebesar 0.36 dan 0.25 sedangkan pada fraksi pertama dan ketiga tidak terdapat bercak noda. Hal ini dapat terjadi kemungkinan dikarenakan oleh ekstrak yang diperoleh kurang murni atau bisa saja karena perbandingan pelarut yang digunakan kurang tepat untuk menarik noda atau spot ketika dielusi pada plat KLT.




G.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini antara lain adalah :
1.    Pemisahan komponen-komponen dalam sampel dengan menggunakan kromatografi kolom dilakukan dengan mengelusi sampel tersebut dalam suatu kolom dengan fasa diam berupa padatan seperti silika gel dan fasa gerak berupa campuran pelarut. Sedangkan pada KLT sampel ditotolkan pada pelat, lebih lanjut dikembangkan dalam sistem pelarut yang telah jenuh yang kemudian identitasnya dinyatakan dengan harga Rf.
2.         Perbedaan antara kromatografi kolom dan KLT adalah Kromatografi kolom menggunakan kolom sebagai media pemisahan sedangkan KLT menggunakan pelat tipis. Dalam proses elusinya, kromatografi kolom memanfaatkan gaya grafitasi sedangkan pada KLT memanfaatkan gaya kapilaritas.



DAFTAR PUSTAKA

Adnan, J.M., 1997, Kimia Makanan, ITB, Bandung.
Cahyono, B., 2002. Wortel (Tekhnik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani). Kanisus. Yogyakarta.
Michel P.J. and Liñan-Cabello, M. 2000. “Carotenoids and Retinoids Metabolites as Precursors of Receptors-Specific Bioactive Compounds. Advances in hrimp.Avances en Nutrición acuícola V. Memorias del V Simposium Internacional de Nutrición Acuícola. 19-22 Noviembre, 2000. Mérida, Yucatán, Mexico.
Soebagio, B., Rusdiana, T., Risnawati, R., 2007, Formulasi gel antioksidan dari ekstrak umbi wortel (daucus carota l.) Dengan menggunakan aqupec HV-505, Makalah pada Kongres Ilmiah XV ISFI, Jakarta.
Suwandi, U., 1991, Manfaat Beta-Karoten bagi Kesehatan, Cermin Dunia  Kedokteran, No. 73.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar