Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Senin, 27 Januari 2014

ISOLASI ETIL p-METOKSI SINAMAT

PERCOBAAN I
ISOLASI ETIL p-METOKSI SINAMAT

A.    Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui prinsip dasar dan teknik isolasi dengan cara perkolasi.
2.      Melakukan pemisahan dan pemurnian hasil isolasi dari bahan tumbuhan.

B.     Landasan Teori

Tanaman kencur digolongan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai rimpang yang  tidak berserat dan lunak. Manfaat dari tanaman kencur bervariasi , seperti simplisia kencur dapat digunakan sebagai tonikum, ekspektoran (memperlancar keluarnya dahak), karminatif, obat batuk, penambah nafsu makan, selain itu juga kencur dijadikan bahan baku obat, pemberi aroma pada masakan, minuman penyegar, bahan farfum, pewarna dan untuk mengusir serangga (Yousmillah, 2003).
Etil p-metoksisinamat (EMPS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur yang merupakan bahan dasar  senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk ke dalam senyawa yang mengandung cincin benzen dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksan (Barus, 2009).
Metode isolasi merupakan teknik pemisahan suatu komponen dari campuran yang lebih kompleks. Dasar dari teknik pemisahan ini adalah perbandingan sifat partisi komponen terhadap adsorbennya. Komponen kimia dapat diisolasi dengan cara ekstraksi dan fraksinasi, dengan memisahkan komponen tersebut berdasarkan kelarutannya dalam pelarut tertentu. Hasil pemisahan dimurnikan kembali untuk menghilangkan pengotor yang masih ikut tercampur (Harborne, 1996).
Ekstraksi bertujuan untuk menarik komponen-komponen kimia yang terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu. Dua jenis ekstraksi yang sering digunakan adalah ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Ekstraksi dingin dilakukan dengan maserasi, sedangkan ekstraksi secara panas secara panas dilakukan dengan refluks, sokletasi, perkolasi dan destilasi uap (Harborne, 1996).
Kromatografi Lapis Tipis KLT merupakan metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. KLT analitik ini digunakan untuk mencari eluen terbaik dari beberapa eluen yang baik dalam pemisahan senyawa tanin. Eluen yang baik adalah eluen yang bisa memisahkan senyawa dalam jumlah yang banyak ditandai dengan munculnya noda. Noda yang terbentuk tidak berekor dan jarak antara noda satu dengan yang lainnya jelas (Harborne, 1987).

C.    Alat dan Bahan

1.      Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
a.       Erlenmeyer 250 mL
b.      Corong
c.       Chamber
d.      Penangas air
e.       Pinset
f.       Kertas saring
g.      Evaporator
h.      Lampu UV

2.      Bahan

Bahan -bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a.       Kencur 50 gram
b.      n-heksan
c.       Kloroform
d.      Plat TLC
e.       Es batu

D.    Prosedur Kerja




E.     Hasil Pengamatan

1. Hasil KLT
      
2. Perhitungan
Dik.     Jarak noda       = 1,4 cm
                 Tinggi plat       = 4,3 cm
Dit.      Rf = ....?
Peny.



F.     Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan isolasi Etil p-Metoksi Sinamat dari rimpang kencur dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Kromatografi adalah suatu metoda pemisahan yang didasarkan pada perbedaan migrasi senyawa-senyawa yang dipisahkan pada suatu sistem yang terdiri dari dari fasa diam dan fasa gerak. Pada awal perkembangannya pemisahan dengan kromatografi hanya didasarkan pada perbedaan kemampuan serap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan pada suatu fasa diam (kromatografi adsorpsi). Fasa diam kemudian dielusi dengan eluen yang sesuai untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terserap tersebut. Senyawa yang tidak terserap dengan baik pada fasa gerak akan bergerak bersama fasa gerak dan yang terserap dengan baik akan tetap pada posisi awal senyawa tersebut diaplikasikan.
Kromatografi lapis tipis merupakan pemisahan yang terdiri dari fase diam dan fase gerak. Fase diamnya menggunakan lapis tipis silica atau alumina yag seragam pada sebuah lempengan gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silica atau alumina mengandung substansi dimana substansi tersebut dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase gerak kromatografi disebut juga dengan eluent. Pemisahan komponen sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara adsorbent dan eluen. Dalam kromatografi lapis tipis, eluen biasanya disebut sebagai larutan pengembang.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk isolasi Etil p-Metoksi Sinamat dari rimpang kencur secara KLT. Dalam percobaan ini dilakukan beberapa tahap yaitu penotolan sampel serta elusi pengembang dan lokasi noda hingga didapatkan nilai Rf-nya. lempeng terbuat dari silica gel G yang kita sebut sebagai fasa diam. Silica gel memiliki gugus hidroksil pada permukaan menyebabkan sifatnya sangat polar, silica gel dapat membentuk ikatan hidrogen di permukaan serta dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Silica gel berfungsi sebagai tempat berjalannya adsorben sehingga proses migrasi analit oleh solventnya bisa berjalan. Selanjutnya dilakukan penotolan sampel pada plat KLT. Namun sebelum penotolan dibuat terlebih dahulu batas atas dan batas bawah pada plat sehingga dapat diketahui lokasi penotolan sampel dan pembanding. Setelah dilakukan penotolan, plat KLT dimasukkan ke dalam chamber dimana eluent di dalamnya telah dijenuhkan sebelumnya. Ketika plat masuk ke dalam chamber maka pelarut mulai membasahi plat dari bawah hingga sampai pada batas atas plat di keluarkan dari chamber. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan KLT sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Senyawa akan berinteraksi antara eluent dan silica sehingga senyawa yang paling polar akan terperangkap dibagian paling bawah menunjukan bahwa senyawa tersebut dapat membentuk ikatan hidrogen yang akan melekat pada silika (polar) lebih kuat dibanding senyawa lainnya.
Silica yang dari dalam chamber di amati di bawah lampu UV, yang berfungsi untuk melihat ada tidaknya noda pada plat KLT. Langkah terakhir yaitu menentukan nilai Rf yang terdapat pada plat. Pengukuran Rf dilakukan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut. Dimana semakin besar nilai Rf sampel maka semakin besar jarak bergeraknya senyawa pada plat kromatografi lapis tipis. Dari hasil pengamatan jarak noda adalah 1,4 cm sedangkan tinggi platnya adalah 4,3 cm. Sehingga Rf pada sampel yaitu 0,325 cm.
      



DAFTAR PUSTAKA


Anwar C., Purwono, B., Paranomo, H.D., Wahyuningsih, T.D. 1994. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Harborne, J. B.1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, ITB.Bandung.

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Edisi II. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sastrohamidjojo, H. 2007. Kromatografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar