Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Januari 2014

Penggunaan sambiloto untuk kanker



DEFINISI PENYAKIT
     1. Definisi Kanker
         Istilah kanker berasal dari bahasa latin yang artinya adalah kepiting. Penyakit keganasan, kanker, diibaratkan seperti capit-capit lengan kepiting oleh seorang Hippocrates, yang mengamati bahwa penyakit kanker dapat menyebar didalam tubuh dan biasanya berakhir pada kematian. Secara umum sel kanker didefinisikan sebagai sel yang tidak normal, yang tumbuh serta berkembang biak secara cepat dan tidak terkendali. Sel kanker tidak perduli dengan keterbatasan zat makanan, ruang dan fakta kalau mereka harus berbagi dengan sel-sel normal yang ada disekitarnya. Lebih jauh dari itu, sel-sel kanker mengabaikan perintah untuk berhenti berbiak oleh tubuh yang bersangkutan. Sel tubuh yang normal juga tumbuh, membelah diri dan pada saat tertentu akan mati. Akan tetapi pada sel kanker, terus tumbuh, memperbanyak diri dan berusaha menghindari kematiannya (apoptosis), lebih buruknya lagi kecepatan pertumbuhan sel kanker jauh melebihi sel-sel yang normal.  Secara garis besar kanker dibagi menjadi dua kelompok, kanker jinak dan kanker ganas. Kanker jinak (benign) memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih lambat darikanker ganas dan mereka tidak menyebar keorgan lain didalam tubuh. Sedangkan kanker ganas (malignant) memiliki pertumbuhan sel yang sangat cepat, dapat menginvasi serta menghancurkan jaringan disekitarnya dan pada fase tertentu akan menyebar ke organ-organ lain didalam tubuh. 
     2. Mekanisme terjadinya Kanker
               Terbentuknya sel kanker dan kemampuannya untuk ‘berjalan’, metastasis, adalah suatu proses yang sangat kompleks, yang melibatkan benyak gen didalamnya. Pada perjalanannya, satu sel kanker harus melepaskan diri dari kelompoknya (primary tumor)  untuk mengadakan invasi kedaerah sekitarnya, berusaha menembus pembuluh lymph atau secara langsung mencari pembuluh darah, berjuang melawan proses pertahanan tubuh (hos  immune defense), berhenti diorgan tujuannya dan memulai berkembang biak di lingkungan barunya (secondary tumor).
Perubahan sel normal menjadi sel kanker disebabkan oleh mutasi bertingkat yang menyebabkan perubahan prilaku sel. Gen-gen yang mengalami mutasi antara lain onkogen, gen penekan tumor dan gen yang mengatur apoptosis. Onkogen merupakan bentuk aktif dari proto-onkogen. Gen penekan tumor merupakan gen yang mengatur sel dengan menghambat pertumbuhan sel yang berlebihan. Bila gen penekan tumor tidak aktif maka sel akan tumbuh tanpa terkendali. Mutasi pada gen-gen penyebab apoptosis menyebabkan menurun atau hilangnya apoptosis sehingga sel-sel akan terus hidup selama tersedianya nutrisi.
B. TANAMAN
     1. Taksonomi dan gambar
Andrographis paniculata (Sambiloto)
                         
Kingdom: Plantae
Divisi: Embbryophyta siphonogama
Sub divisi: Angiospermae
Class: Dicotyledonae
Orde: Tubiflorae
Famili: Acanthaceae
Genus: Andrographis
Spesies:Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees.
2. Sinonim
A. subspathulata (C.B.) Clarke., Justicia paniculata Burm.f., J. stricta Lamk., J. latebrosa Russ.
3. Nama Daerah
Sumatera: Ampadu tanah (Minang), pepaitan (Melayu); Jawa: Sambiloto, bidara, sadilata, takila (Jawa), ki oray, ki peurat, takilo (Sunda).2
4. Nama Asing
    Inggris: King of bitter, creat, green chiretta, halviva, kariyat.
    5. Deskripsi
     Tanaman :
Tumbuhan berhabitus terna semusim, tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 90 cm, batang  berbentuk segi empat dengan rusuk yang jelas, menebal di bagian buku-buku batang. Helaian daun merupakan daun tunggal, terletak bersilang berhadapan, helaian daun bentuk lanset, ukuran 3-12 x 1-3 cm, panjang tangkai daun 0,2-0,5 cm, pangkal dan ujung helaian daun runcing, tepi daun rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Perbungaan berupa bunga majemuk malai rata, di bagian ujung batang atau di bagian ketiak daun di bagian atas. Kelopak bunga berlekatan terbagi menjadi 5 helai. Daun mahkota 5, berlekatan membentuk tabung mahkota bunga, panjang tabung 6 mm, panjang helaian daun mahkota lebih dari panjang tabung mahkota, 2 helai daun mahkota di bagian atas (bibir atas) berwarna putih dengan garis kuning di bagian ujungnya, panjang helaian 7-8 mm, bibir bawah terdiri atas 3 helaian daun mahkota, putih atau putih disertai warna ungu. Tangkai sari 5, ukuran tangkai sari sepanjang mahkota bunga, tangkai sari melebar di bagian pangkal. Tangkai putik panjang, melebihi panjang mahkota bunga. Buah berbentuk kapsul, berkatup dan berisi 3-7 biji berwarna coklat tua. Berbunga sepanjang tahun, semua bagian tanaman terutama daun sangat pahit.
Simplisia:
Batang tidak berambut, tebal 2-6 mm, jelas persegi empat, batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang berhadapan, umumnya terlepas dari batang, bentuk lanset sampai bentuk lidah tombak. Permukaan atas berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau pucat. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak, panjang 3-4 mm, berambut. Buah berbentuk kapsul, pangkal dan ujung tajam. Permukaan kulit luar buah berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan. Biji agak keras. Simplisia tidak berbau, rasa sangat pahit.  Habitat
Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau di pekarangan. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Seringkali tumbuh berkelompok. Tanaman ini tumbuh di daerah panas di wilayah Asia dengan iklim tropik dan sub tropik seperti di India, semenanjung Malaya, dan hampir pulau di seluruh Indonesia. Syarat Tumbuh: Ketinggian tempat 1-700 m di atas permukaan laut; rata-rata curah hujan tahunan 2.000-3.000 mm/tahun, bulan basah (di atas 100 mm/bulan), bulan kering (di bawah 60 mm/bulan); suhu udara 25-32o C; kelembaban  sedang; intensitas cahaya sedang; tekstur tanah berpasir; drainase baik; kedalaman air tanah 200-300 cm dari  permukaan tanah; kedalaman perakaran lebih dari 25 cm dari permukaan tanah; keasaman (pH) 5,5 - 6,5; kesuburan sedang - tinggi.
C. Penggunaan secara Tradisional
1.         Indikasi
Secara tradisional digunakan pada penderita kanker.
2.         Penyimpanan
Simpan di tempat  sejuk dan kering di dalam wadah tertutup rapat, jauh dari jangkuan anak-anak.
      3. Penyiapan dan Dosis
          Cara penggunaan: Daun sambiloto segar sebanyak 1 genggam ditumbuk. Tambahkan ½ cangkir air matang, saring lalu minum. 3 gram bahan kering atau 25 gram bahan segar direbus dan diminum 2 kali/hari sebelum makan.

D. Data ilmiah
1.        Kandungan kimia (Dhiman Anju et al., 2012)
  
                          a.                     b.                   c.                     d.            e.
Keterangan:
a. Gambar Struktur 3-D Andrografolid
b. Gambar Struktur 2-D Andrografolid
c. Gambar Struktur 2-D Neoandrografolid
d. Gambar Struktur 2-D 14-deoxy-11,12-didehidroandrografolid
e. Gambar Struktur 2-D 14-deoxy-11,-oksoandrografolid
 Menurut Tan, 2005:
Pada ekstrak AP, senyawa aktif yang menunjukkan aktivitas sitotoksik adalah 14-deoxyandrographolide dan 14-deoxy-11,12 didehydroandrographolide, tetapi hanya terbatas terhadap T-47D cell line (harga EC50 masing adalah 2.8 ig/ml dan 1.5 ig/ml), dan yang paling berpotensi adalah senyawa 14-deoxy-11,12 didehydroandrographolide dibandingkan senyawa diterpenoid lainnya.
     2. Dosis
Dosis 3 g dan 6 g andrographolida per hari.
Andrografolid mulai berefek pada dosis 1mg/ml dan apoptosis terbanyak terjadi pada dosis 100mg/ml
2.    Kontraindikasi
Menurut Daniel, 2010:
Ibu hamil dan menyusui dilarang menggunakan herba ini karena dapat menyebabkan keguguran (mempunyai aktivitas abortivum) dan adanya efek antagonis dengan progesteron endogen. Penderita yang alergi terhadap tanaman Acanthaceae.
3.                  Peringatan
Menurut Daniel, 2010:
Tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil. Dapat menimbulkan reaksi anafilaksis bagi yang alergi. Hati-hati pada pasien kardiovaskular, jika mengkonsumsi bersamaan dengan obat antiplatelet atau antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat agregasi platelet.
Menurut, Panossian, 2002:
Hindari penggunaan jangka panjang  bersamaan  dengan obat imunosupresan.
4.                  Efek yang Tidak Diinginkan
Menurut, Panossian, 2002:
Penggunaan dosis tinggi herba sambiloto dapat menyebabkan perut tidak enak, muntah-muntah, mual dan kehilangan selera makan, hal ini disebabkan karena rasa pahit dari andrografolida, sedangkan pada wanita dapat menyebabkan efek antifertilitas. Pernah dilaporkan (sangat jarang) timbulnya gatal-gatal (kaligata/urtikaria) setelah minum rebusan sambiloto.
5.                  Toksisitas
Menurut Guo, 1998:
LD50 dari herba sambiloto cara pemberian peroral adalah 27,538 g/kg BB (Practically non-toxic). Ekstrak daun sambiloto pada hewan uji tidak menunjukkan efek toksik pada fungsi hati dan ginjal hewan uji pada pengujian subkronik. Uji ini juga tidak menunjukkan efek teratogenitas pada hewan uji. Uji toksisitas akut ekstrak uji menghasilkan harga LD50 (mencit) adalah 19,473 g/kgBB sehingga berdasarkan data pustaka, ekstrak uji dapat dikategorikan sebagai practically non-toxic. Hasil uji aktivitas SGOT, SGPT dan kadar kreatinin pada serum hewan coba setelah pemberian selama dua bulan dengan dosis sampai 5 x dosis lazim tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak uji tidak memiliki toksisitas sub kronik terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal hewan coba. Uji pengaruh teratogenik terhadap mencit tidak menunjukkan adanya kelainan morfologi janin mencit sampai dengandosis lima kali dosis lazim. 11 Pada mencit yang diberi rebusan sambiloto secara oral dengan dosis 10 g/kgBB sekali sehari selama 7 hari, tidak ada satupun mencit yang mati. Pada kelinci yang diberikan andrografolida i. v (10 mg/kgBB) tidak ada kelainan pada kardiovaskular.  Pada uji yang lain, tikus atau kelinci diberikan 1g/kg BB isolat andrografolida atau neoandrografolida secara oral selama 7 hari, tidak memberikan efek pada berat badan, jumlah darah, fungsi hati dan ginjal, atau organ penting lainnya.
 E. Efek Farmakologi
 Andrographis paniculata mengandung Andrografolid (Andro), merupakan lakton diterpenoid yang diisolasi dari sambiloto, diketahui memiliki aktivitas antikanker melalui induksi apoptosis dan menghambat proliferasi sel.
 Induksi apoptosis
Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram yang penting  dalam berbagai proses biologi karena berfungsi untuk menghilangkan sel-sel yang rusak atau bermutasi. Apoptosis dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan bentuk kematian sel sebagai akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian rupa yang secara umum memberi keuntungan selama siklus  kehidupan suatu organisme.
Andrografolid (andro) mengaktivasi reseptor kematian ekstrinsik (meliputi caspase-3 dan caspase-8) dan menginduksi apoptosis kematian sel pada beberapa tipe sel kanker manusia. Pada beberapa tipe sel (tipe 1) aktifasi caspase 8 cukup mengaktifasi caspase (caspase 3/7), meskipun mayoritas tipe sel (tipe 2) aktivasi efektor caspase memerlukan amplifikasi signal mitokondria. Anggota keluarga Bcl2 Proto-apoptosis (bid dan bax) merupakan mediator kunci signaling kematian sel yang diinisiasii oleh andrografolida dari caspase 8 ke mitokondria kemudian ke efektor downstream caspase 3, khususnya pelepasan sitokrom c dan apoptosis sel.
 Suatu studi mendemonstrasikan bahwa andrografolid dapat meningkatkan secara signifikan tumor necrosis factor-a (TNF-a) yang berhubungan dengan ligan penginduksi apoptosis (Tumor necrosis factor–related apoptosis-inducing ligand, TRAIL) dalam berbagai kultur sel kanker manusia, termasuk sel yang resisten TRAIL. Tumor necrosis factor–related apoptosis-inducing ligand (TRAIL) adalah bagian penting dari faktor nekrosis tumor yang memiliki  potensi besar dalam terapi kanker. Andrografolid memiliki kemampuan meningkatkan ekspresi TRAIL melalui up-regulasi dari death receptor 4 (DR4),  dan re-sensitisasi  sel kanker yang telah resisten terhadap TRAIL-induced apoptosis. Mekanisme molekuler yang bertanggung jawab terhadap regulasi DR4, adalah suppresor tumor p53 yang memiliki peran penting dalam aktivasi transkripsi DR4. Andro mampu mengaktivasi p53 melalui fosforilasi p53 dan stabilisasi protein. Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan efek antikanker dari Andro.
            Penghambatan siklus sel
Tiga senyawa diterpen dari fraksi diklorometan yaitu andrografolid, 14-deoksiandrografolid (DA), 14-deoksi-11,12-didehidroandrografolid (DDA), dilaporkan dapat menghambat perkembangbiakan sel kanker secara in vitro dengan menghambat siklus sel fase G0/G1 melalui induksi penghambatan siklus sel protein p27, dan mengurangi aktivitas cyclin-dependent kinase 4 (CDK4).


DAFTAR PUSTAKA

Anju, D.,  Goyal, J., Sharma, K., Nanda, A., Dhiman, S., 2012, A Review On Medicinal Prospectives Of Andrographis Paniculata Nees, Journal of Pharmaceutical and Scientific Innovation, Vol 1,1.
Daniel, L., Soemardji, A.A., Immaculata, M.,  2000, Kajian Efek Imunostimulasi Ekstrak Air Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Ness., Acanthaceae) Pada Mencit Balb/ c, Skripsi, Departemen Farmasi,, ITB,  Bandung.
Guo, S.Y., D.Z. Li, W.S. Li, A.H. Fu, and L.F. Zhang. 1998, Study of the toxicity of andrographolide in rabbits. J. Beijing Med. 5:422-28.
Kardono, L.B.S., N. Artanti, I. D. Dewiyanti, T. Basuki, K. Padmawinata, 2003, Selected Indonesian Medicinal Plants: Monographs and Descriptions, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 113-153.
Nugrahaningsih, 2003, Efek Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis Paniculata) terhadap Kematian Sel Adenokarsinoma Mama Mencit CH3 (In Vitro), Tesis, Semarang.
Panossian, A., Davtyan, T., Gukassyan, N., Gukasova, G., Mamikonyan, G., Garielian, E., Wikman, G.., 2002,  Effect of andrographolide and kan jang fixed combination of extract SHA10 and extract SHE-3 on proliferation of human lymphocytes, production of cytokines and immune activation markers in the whole blood cells culture, Phytomed., 9:598-605.
Tan, M.L., Kuroyanagi M., Sulaiman S.F., Najimudin N., Muhammad T.S.T., 2005, Cytotoxic activities of major diterpenoid constituents of Andrographis paniculata in a panel of human tumor cell lines. Pharmaceutical Biology, 43, 501-508.
Zhou, J., Lu, G.D., Ong, C.S., Ong, C.N., Shen, H.M., 2008, Andrographolide sensitizes cancer cells to TRAIL-induced apoptosis via p53-mediated death receptor 4 up-regulation, Mol. Cancer Ther., 7: 2170-80.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar