DEFINISI PENYAKIT
1. Definisi Kanker
Istilah kanker berasal dari bahasa latin yang artinya adalah kepiting.
Penyakit keganasan, kanker, diibaratkan seperti capit-capit lengan kepiting
oleh seorang Hippocrates, yang mengamati bahwa penyakit kanker dapat menyebar
didalam tubuh dan biasanya berakhir pada kematian. Secara umum sel kanker
didefinisikan sebagai sel yang tidak normal, yang tumbuh serta berkembang biak
secara cepat dan tidak terkendali. Sel kanker tidak perduli dengan keterbatasan
zat makanan, ruang dan fakta kalau mereka harus berbagi dengan sel-sel normal
yang ada disekitarnya. Lebih jauh dari itu, sel-sel kanker mengabaikan perintah
untuk berhenti berbiak oleh tubuh yang bersangkutan.
Sel tubuh yang normal juga tumbuh, membelah diri dan
pada saat tertentu akan mati. Akan tetapi pada sel kanker, terus tumbuh,
memperbanyak diri dan berusaha menghindari kematiannya (apoptosis), lebih
buruknya lagi kecepatan pertumbuhan sel kanker jauh melebihi sel-sel yang
normal. Secara garis besar kanker dibagi
menjadi dua kelompok, kanker jinak dan kanker ganas. Kanker jinak (benign)
memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih lambat darikanker ganas dan mereka
tidak menyebar keorgan lain didalam tubuh. Sedangkan kanker ganas (malignant)
memiliki pertumbuhan sel yang sangat cepat, dapat menginvasi serta
menghancurkan jaringan disekitarnya dan pada fase tertentu akan menyebar ke
organ-organ lain didalam tubuh.
2. Mekanisme
terjadinya Kanker
Terbentuknya sel kanker dan kemampuannya untuk
‘berjalan’, metastasis, adalah suatu proses yang sangat kompleks, yang
melibatkan benyak gen didalamnya. Pada perjalanannya, satu sel kanker harus
melepaskan diri dari kelompoknya (primary tumor) untuk mengadakan invasi kedaerah sekitarnya,
berusaha menembus pembuluh lymph atau secara langsung mencari pembuluh darah,
berjuang melawan proses pertahanan tubuh (hos
immune defense), berhenti diorgan tujuannya dan memulai berkembang biak
di lingkungan barunya (secondary tumor).
Perubahan sel normal
menjadi sel kanker disebabkan oleh mutasi bertingkat yang menyebabkan perubahan
prilaku sel. Gen-gen yang mengalami mutasi antara lain onkogen, gen penekan
tumor dan gen yang mengatur apoptosis. Onkogen merupakan bentuk aktif dari
proto-onkogen. Gen penekan tumor merupakan gen yang mengatur sel dengan menghambat
pertumbuhan sel yang berlebihan. Bila gen penekan tumor tidak aktif maka sel
akan tumbuh tanpa terkendali. Mutasi pada gen-gen penyebab apoptosis
menyebabkan menurun atau hilangnya apoptosis sehingga sel-sel akan terus hidup
selama tersedianya nutrisi.
B. TANAMAN
1. Taksonomi dan gambar
Andrographis
paniculata (Sambiloto)
Kingdom:
Plantae
Divisi:
Embbryophyta siphonogama
Sub
divisi: Angiospermae
Class:
Dicotyledonae
Orde:
Tubiflorae
Famili:
Acanthaceae
Genus:
Andrographis
Spesies:Andrographis
paniculata (Burm.f.) Nees.
2.
Sinonim
A. subspathulata (C.B.) Clarke.,
Justicia paniculata Burm.f., J. stricta Lamk.,
J. latebrosa Russ.
3. Nama Daerah
Sumatera: Ampadu tanah (Minang), pepaitan (Melayu);
Jawa: Sambiloto, bidara, sadilata, takila (Jawa), ki oray, ki peurat, takilo (Sunda).2
4. Nama Asing
Inggris: King of bitter, creat, green
chiretta, halviva, kariyat.
5.
Deskripsi
Tanaman
:
Tumbuhan berhabitus terna
semusim, tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 90 cm, batang berbentuk segi empat dengan rusuk yang jelas,
menebal di bagian buku-buku batang. Helaian daun merupakan daun tunggal,
terletak bersilang berhadapan, helaian daun bentuk lanset, ukuran 3-12 x 1-3
cm, panjang tangkai daun 0,2-0,5 cm, pangkal dan ujung helaian daun runcing,
tepi daun rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Perbungaan
berupa bunga majemuk malai rata, di bagian ujung batang atau di bagian ketiak
daun di bagian atas. Kelopak bunga berlekatan terbagi menjadi 5 helai. Daun
mahkota 5, berlekatan membentuk tabung mahkota bunga, panjang tabung 6 mm,
panjang helaian daun mahkota lebih dari panjang tabung mahkota, 2 helai daun
mahkota di bagian atas (bibir atas) berwarna putih dengan garis kuning di
bagian ujungnya, panjang helaian 7-8 mm, bibir bawah terdiri atas 3 helaian
daun mahkota, putih atau putih disertai warna ungu. Tangkai sari 5, ukuran
tangkai sari sepanjang mahkota bunga, tangkai sari melebar di bagian pangkal.
Tangkai putik panjang, melebihi panjang mahkota bunga. Buah berbentuk kapsul,
berkatup dan berisi 3-7 biji berwarna coklat tua. Berbunga sepanjang tahun,
semua bagian tanaman terutama daun sangat pahit.
Simplisia:
Batang tidak berambut,
tebal 2-6 mm, jelas persegi empat, batang bagian atas seringkali dengan sudut
agak berusuk. Daun bersilang berhadapan, umumnya terlepas dari batang, bentuk
lanset sampai bentuk lidah tombak. Permukaan atas berwarna hijau tua atau hijau
kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau pucat. Kelopak bunga terdiri dari 5
helai daun kelopak, panjang 3-4 mm, berambut. Buah berbentuk kapsul, pangkal
dan ujung tajam. Permukaan kulit luar buah berwarna hijau tua sampai hijau
kecoklatan. Biji agak keras. Simplisia tidak berbau, rasa sangat pahit. Habitat
Sambiloto tumbuh liar di
tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab,
atau di pekarangan. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl.
Seringkali tumbuh berkelompok. Tanaman ini tumbuh di daerah panas di wilayah
Asia dengan iklim tropik dan sub tropik seperti di India, semenanjung Malaya,
dan hampir pulau di seluruh Indonesia. Syarat Tumbuh: Ketinggian tempat 1-700 m
di atas permukaan laut; rata-rata curah hujan tahunan 2.000-3.000 mm/tahun,
bulan basah (di atas 100 mm/bulan), bulan kering (di bawah 60 mm/bulan); suhu
udara 25-32o C; kelembaban
sedang; intensitas cahaya sedang; tekstur tanah berpasir; drainase baik;
kedalaman air tanah 200-300 cm dari
permukaan tanah; kedalaman perakaran lebih dari 25 cm dari permukaan
tanah; keasaman (pH) 5,5 - 6,5; kesuburan sedang - tinggi.
C. Penggunaan secara Tradisional
1.
Indikasi
Secara tradisional digunakan pada penderita kanker.
2.
Penyimpanan
Simpan di tempat
sejuk dan kering di dalam wadah tertutup rapat, jauh dari jangkuan
anak-anak.
3. Penyiapan dan Dosis
Cara
penggunaan: Daun sambiloto segar sebanyak 1 genggam ditumbuk. Tambahkan ½
cangkir air matang, saring lalu minum. 3 gram bahan kering atau 25 gram bahan
segar direbus dan diminum 2 kali/hari sebelum makan.
D. Data ilmiah
1.
Kandungan kimia (Dhiman Anju et al., 2012)
a. b. c.
d. e.
Keterangan:
a. Gambar Struktur 3-D Andrografolid
b. Gambar Struktur 2-D Andrografolid
c. Gambar Struktur 2-D Neoandrografolid
d. Gambar Struktur 2-D 14-deoxy-11,12-didehidroandrografolid
e. Gambar Struktur 2-D 14-deoxy-11,-oksoandrografolid
Menurut Tan, 2005:
Pada ekstrak AP, senyawa aktif yang menunjukkan aktivitas
sitotoksik adalah 14-deoxyandrographolide dan 14-deoxy-11,12 didehydroandrographolide,
tetapi hanya terbatas terhadap T-47D cell line (harga EC50 masing adalah 2.8 ig/ml
dan 1.5 ig/ml), dan yang paling berpotensi adalah senyawa 14-deoxy-11,12 didehydroandrographolide
dibandingkan senyawa diterpenoid lainnya.
2. Dosis
Dosis 3 g dan 6 g andrographolida per hari.
Andrografolid mulai berefek pada dosis 1mg/ml dan
apoptosis terbanyak terjadi pada dosis 100mg/ml
2. Kontraindikasi
Menurut Daniel, 2010:
Ibu hamil dan menyusui dilarang menggunakan herba
ini karena dapat menyebabkan keguguran (mempunyai aktivitas abortivum) dan
adanya efek antagonis dengan progesteron endogen. Penderita yang alergi terhadap
tanaman Acanthaceae.
3.
Peringatan
Menurut Daniel, 2010:
Tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil. Dapat
menimbulkan reaksi anafilaksis bagi yang alergi. Hati-hati pada pasien
kardiovaskular, jika mengkonsumsi bersamaan dengan obat antiplatelet atau
antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat agregasi platelet.
Menurut, Panossian, 2002:
Hindari penggunaan jangka panjang bersamaan
dengan obat imunosupresan.
4.
Efek yang Tidak Diinginkan
Menurut, Panossian, 2002:
Penggunaan dosis tinggi herba sambiloto dapat
menyebabkan perut tidak enak, muntah-muntah, mual dan kehilangan selera makan,
hal ini disebabkan karena rasa pahit dari andrografolida, sedangkan pada wanita
dapat menyebabkan efek antifertilitas. Pernah dilaporkan (sangat jarang)
timbulnya gatal-gatal (kaligata/urtikaria) setelah minum rebusan sambiloto.
5.
Toksisitas
Menurut Guo, 1998:
LD50 dari herba sambiloto cara pemberian
peroral adalah 27,538 g/kg BB (Practically non-toxic). Ekstrak daun
sambiloto pada hewan uji tidak menunjukkan efek toksik pada fungsi hati dan
ginjal hewan uji pada pengujian subkronik. Uji ini juga tidak menunjukkan efek teratogenitas
pada hewan uji. Uji toksisitas akut ekstrak uji menghasilkan harga LD50
(mencit) adalah 19,473 g/kgBB sehingga berdasarkan data pustaka, ekstrak uji
dapat dikategorikan sebagai practically non-toxic. Hasil uji aktivitas
SGOT, SGPT dan kadar kreatinin pada serum hewan coba setelah pemberian selama
dua bulan dengan dosis sampai 5 x dosis lazim tidak menunjukkan adanya perbedaan
bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak uji tidak memiliki toksisitas sub
kronik terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal hewan coba. Uji pengaruh
teratogenik terhadap mencit tidak menunjukkan adanya kelainan morfologi janin
mencit sampai dengandosis lima kali dosis lazim. 11 Pada mencit yang diberi
rebusan sambiloto secara oral dengan dosis 10 g/kgBB sekali sehari selama 7
hari, tidak ada satupun mencit yang mati. Pada kelinci yang diberikan andrografolida
i. v (10 mg/kgBB) tidak ada kelainan pada kardiovaskular. Pada uji yang lain, tikus atau kelinci
diberikan 1g/kg BB isolat andrografolida atau neoandrografolida secara oral
selama 7 hari, tidak memberikan efek pada berat badan, jumlah darah, fungsi hati
dan ginjal, atau organ penting lainnya.
E. Efek Farmakologi
Andrographis
paniculata mengandung Andrografolid (Andro), merupakan lakton diterpenoid
yang diisolasi dari sambiloto, diketahui memiliki aktivitas antikanker melalui induksi apoptosis dan menghambat proliferasi sel.
Induksi apoptosis
Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram yang penting dalam berbagai proses biologi karena berfungsi
untuk menghilangkan sel-sel yang rusak atau bermutasi. Apoptosis dipengaruhi
oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan
bentuk kematian sel sebagai akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi
dalam proses yang diatur sedemikian rupa yang secara umum memberi keuntungan
selama siklus kehidupan suatu organisme.
Andrografolid (andro)
mengaktivasi reseptor kematian ekstrinsik (meliputi caspase-3 dan caspase-8) dan
menginduksi apoptosis kematian sel pada beberapa tipe sel kanker manusia. Pada
beberapa tipe sel (tipe 1) aktifasi caspase 8 cukup mengaktifasi caspase
(caspase 3/7), meskipun mayoritas tipe sel (tipe 2) aktivasi efektor caspase
memerlukan amplifikasi signal mitokondria. Anggota keluarga Bcl2
Proto-apoptosis (bid dan bax) merupakan mediator kunci signaling kematian sel
yang diinisiasii oleh andrografolida dari caspase 8 ke mitokondria kemudian ke
efektor downstream caspase 3, khususnya pelepasan sitokrom c dan apoptosis sel.
Suatu studi mendemonstrasikan bahwa
andrografolid dapat meningkatkan secara signifikan tumor necrosis factor-a (TNF-a) yang berhubungan dengan ligan
penginduksi apoptosis (Tumor necrosis factor–related apoptosis-inducing ligand,
TRAIL) dalam berbagai kultur sel kanker manusia, termasuk sel yang resisten
TRAIL. Tumor necrosis factor–related apoptosis-inducing ligand (TRAIL) adalah
bagian penting dari faktor nekrosis tumor yang memiliki potensi besar dalam terapi kanker. Andrografolid
memiliki kemampuan meningkatkan ekspresi TRAIL melalui up-regulasi dari death
receptor 4 (DR4), dan
re-sensitisasi sel kanker yang telah
resisten terhadap TRAIL-induced apoptosis. Mekanisme molekuler yang bertanggung
jawab terhadap regulasi DR4, adalah suppresor tumor p53 yang memiliki peran
penting dalam aktivasi transkripsi DR4. Andro mampu mengaktivasi p53 melalui
fosforilasi p53 dan stabilisasi protein. Secara keseluruhan, hasil ini
menunjukkan efek antikanker dari Andro.
Penghambatan siklus sel
Tiga senyawa diterpen dari
fraksi diklorometan yaitu andrografolid, 14-deoksiandrografolid (DA),
14-deoksi-11,12-didehidroandrografolid (DDA), dilaporkan dapat menghambat
perkembangbiakan sel kanker secara in vitro dengan menghambat siklus sel fase G0/G1
melalui induksi penghambatan siklus sel protein p27, dan mengurangi
aktivitas cyclin-dependent kinase 4 (CDK4).
DAFTAR PUSTAKA
Anju, D., Goyal, J., Sharma, K., Nanda, A., Dhiman, S.,
2012,
A Review On Medicinal
Prospectives Of Andrographis Paniculata Nees, Journal of Pharmaceutical
and Scientific Innovation, Vol 1,1.
Daniel, L., Soemardji, A.A., Immaculata, M., 2000, Kajian Efek Imunostimulasi Ekstrak Air
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Ness., Acanthaceae)
Pada Mencit Balb/ c, Skripsi, Departemen Farmasi,, ITB, Bandung.
Guo, S.Y., D.Z. Li, W.S. Li, A.H. Fu, and L.F.
Zhang. 1998, Study of the toxicity of andrographolide in rabbits. J. Beijing
Med. 5:422-28.
Kardono, L.B.S., N. Artanti, I. D. Dewiyanti, T.
Basuki, K. Padmawinata, 2003, Selected Indonesian Medicinal Plants: Monographs
and Descriptions, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 113-153.
Nugrahaningsih, 2003, Efek Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis
Paniculata) terhadap Kematian Sel Adenokarsinoma Mama Mencit CH3 (In
Vitro), Tesis, Semarang.
Panossian, A., Davtyan, T., Gukassyan, N., Gukasova,
G., Mamikonyan, G., Garielian, E., Wikman, G.., 2002, Effect of andrographolide and kan jang fixed
combination of extract SHA10 and extract SHE-3 on proliferation of human
lymphocytes, production of cytokines and immune activation markers in the whole
blood cells culture, Phytomed., 9:598-605.
Tan, M.L., Kuroyanagi M., Sulaiman S.F., Najimudin N.,
Muhammad T.S.T., 2005, Cytotoxic activities of major diterpenoid constituents
of Andrographis paniculata in a panel of human tumor cell lines. Pharmaceutical Biology, 43,
501-508.
Zhou, J., Lu, G.D., Ong, C.S., Ong, C.N., Shen, H.M., 2008, Andrographolide
sensitizes cancer cells to TRAIL-induced apoptosis via p53-mediated death
receptor 4 up-regulation, Mol. Cancer Ther., 7: 2170-80.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar