A.
DEFINISI
HEPATITIS
Hati kita adalah organ yang terbesar dalam tubuh kita.
Kurang lebih sama besar dengan buah pepaya, hati terletak di perut kanan-atas.
Kita tidak dapat hidup tanpa fungsi hati yang baik. Hati juga berperan dalam
menangani tingkat zat tertentu dalam tubuh, misalnya kadar kolesterol, hormon,
dan gula, yang semuanya dibutuhkan untuk mempertahankan hidup, namun juga dapat
menimbulkan masalah bila tidak seimbang.
Hepatitis
adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus. Hepatitis ialah
peradangan hati yang akut karena suatu infeksi atau keracuanan. Bermacam-macam
zat dan organisme mungkin mendatangkan radang hati, termasuk kuman-kuman,
virus-virus, dan zat-zat racun.
Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Dikatakan akut
apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung
selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan
selama lebih dari 6 bulan. Keadaan kronis pada anak-anak lebih sukar dirumuskan
karena perjalanan penyakitnya lebih ringan daripada orang dewasa. Identifikasi
virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan
G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. Hepatitis A, B dan C
adalah yang paling banyak ditemukan., sedangkan hepatitis B dan C bersifat kronis
dan bahkan dapat berkembang menjadi kanker hati.
B.
HEPATITIS A DAN HEPATITIS B
1.
Hepatitis A
Hepatitis A
merupakan infeksi virus pada hati. Virus ini ditularkan melalui rute fekal-oral
termasuk makanan atau air tercemar, atau melalui kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi. Vaksinasi dan kebersihan baik mencegah infeksi. Hepatitis A bersifat akut. Infeksi
hepatitis A terjadi melalui rute fekal-oral, kontak dengan penderita, atau
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, atau melalui darah (jarang).
Lebih sering terjadi pada masyarakat golongan sosioekonomi rendah dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan sanitasi yang buruk.
Virus hepatitis A (Hepatitis
A Virus=HAV) merupakan Hepatovirus
yang berhubungan dengan Enterovirus
dalam family Picornaviridae.
Gambar Hepatitis A
2.
Hepatitis B
Hepatitis B
merupakan infeksi serius yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
Imunisasi dianjurkan untuk semua anak, serta orang dewasa yang menghadapi
risiko penyakit ini. Seks aman dan penggunaan alat dan perkakas steril penting
dalam pencegahan. Hepatitis B merupakan infeksi hati yang disebabkan oleh virus
yang dikenal sebagai hepatitis B. ‘Hepatitis’ berarti ‘radang atau bengkak
hati’. Setelah terinfeksi, penderita akan menghapuskan infeksi dan tidak mengalami
masalah lebih lanjut; atau akan terinfeksi secara kronis. Penderita infeksi
kronis adakalanya dikenal sebagai ‘pembawa’.
Hepatitis
B Virus (HBV) ditularkan secara seksual, parenteral, dan
perinatal. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh
penderita, terutama darah dan komponen darah.
Gambar Hepatitis
B
3. Hepatitis C
Hepatitis
C disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui kontak dengan darah yang
terinfeksi. Pencegahan melalui penggunaan jarum dan alat suntik steril paling
penting, dan penderita hepatitis C harus memastikan bahwa orang lain tidak
terekspos pada darahnya. Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala
yang jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan
kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Sejumlah
85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak
hati bertahun-tahun.
Gambar
Hepatitis C
C.
PATOFISIOLOGI
HEPATITIS
a.
Hepatitis
A
b.
Hepatitis
B
c.
Hepatitis
C
D.
SASARAN,
STARTEGI. DAN PENATALAKSANAAN TERAPI
Sasaran
terapi dari hepatitis yaitu untuk pemulihan kondisi pasien. Terapi umumnya bersifat
suportif. Penggunaan steroid tidak disarankan. Tujuan terapi diet pada pasien
penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan hati yang permanen;
meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang
memadai; memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh; mengurangi gejala
ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini; dan pada penderita sirosis hati,
mencegah komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang
berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Diet yang seimbang sangatlah penting.
Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati dan
menyebabkan penimbunan lemak dalam hati.
Pada
hepatitis B Pemilihan strategi terapi yang digunakan harus disesuaikan dengan
kondisi individu tiap pasien. Tenofovir atau entecavir adalah obat yang dinilai
paling efektif untuk digunakan, namun mengingat tingginya biaya dan
ketersediaan obat, lamivudin, telbivudin, dan adefovir juga tetap dapat
digunakan di Indonesia. Obat-obat tersebut dapat menurunkan atau menghapus
hepatitis B dari darah dan mengurangi risiko sirosis dan kanker hati. Pasien
dengan hepatitis kronis harus menghindari alkohol dan harus selalu memeriksa
dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat atau suplemen herbal tambahan.
Pada
Hepatitis C strategi
perubahan strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum
pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti kombinasi IFN dengan ribavirin.
Penatalaksanaan
penyakit hepatitis terdiri dari 2 yaitu non farmakologi dan farmakologi
1)
Hepatitis Akut
Terdiri
dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
-
Istirahat
Pada
periode akut dan keadaan lemah diharuskan untuk istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada
mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
-
Diet
Jika
pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di berikan infus.
Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori ( 30 – 35
kalori/kg BB ) dengan protein cukup ( 1 gr/kg BB ). Pemberin lemak sebenarnya
tidak perlu dibatasi.
-
Medikalmentosa
Kortikosteroid tidak
diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid
dapat digunakan pada kolestatis yang berkepanjangan, dimana transamenase
serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada
keadaan ini dapat diberikan prednisone 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian
dilakukan tapering off.
2)
Hepatitis Kronik
Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Obat
yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis kronik adalah interferon
(IFN). Obat tersebut adalah suatu protein selular stabil dalam asam yang
diproduksi oleh sel tubuh kita akibat rangsangan virus atau akibat induksi mikroorganisme,
asam nukleat, anti gen, mitogen, dan polimer sintetik. Interferon
mempunyai efek antivirus, imunomodulasi, dan antiproliferatif.
a.
Hepatitis B
Pemberian
interferon pada penyakit ini ditujukan untuk menghambat replikasi virus
hepatitis B, menghambat nekrosis sel hati oleh karena reaksi radang, dan
mencegah transformasi maigna sel-sel hati. Di indiksikan untuk pasien berikut
ini.
1) Pasien dengan
HbeAG dan HBV-DNA positif
2) Pasien
hepatitis kronik aktif berdasarkan pemeriksaan histopatologi
3) Dapat
dipertimbangkan pemberian interferon pada hepatitis fulminan akut meskipun
belum banyak dilakukan penelitian pada bidang ini.
Menurut Arif
Mansjoer (2001: 515) Diberikan IFN leukosit pada kasus hepatitis
kronik aktif dengan dosis sedang 5-10 MU/m2/hari selama 3-6
bulan. Dapat juga pemberian IFN limfoblastoid 10MU/m2 3kali seminggu
selama 3 bulan lebih. Sebagian pasien hepatitis B kronik memberi respon
terhadap terapi interferon, ditandai dengan hilangnya HBV DNA dan serokonversi
HbeAG/Anti Hbe, serokonversi HbsAG/Anti HBs terjadi pada 7% pasien.
Terapi ini harus dilakukan minimal selama 3 bulan.
b.
Hepatitis C
Pemberian interferon
bertujuan mengurangi gejala, mengusahakan perbaikan parameter kimiawi,
mengurangi peradangan dalam jaringan hati, menghambat progresi histopatologi,
menurunkan infektivitas, menurunkan resiko terjadinya hepatoma, dan
memperbaiki harapan hidup. Respon tergantung dari lamanya
penyakit dan kelainan histologi. Dosis standar yang bisa dipakai adalah interferon
α dengan dosis 3 x 3 juta unit/minggu selama 6 bulan. Masih belum jelas
menambah waktu pengobatan di atas 9 bulan dapat meningkatkan resppon dan
menurunkan angka kambuh. hari selam 6 bulan atau sampai merasa sehat dan
berkonsultasi dengan dokter.
E.
EVALUASI OBAT YANG BEREDAR
1)
Lamivudin
Lamivudin merupakan antivirus
melalui efek penghambatan transkripsi selama siklus replikasi virus hepatitis
B. Pemberian lamivudin 100 mg/hari selama 1 tahun dapat menekan HBV DNA,
normalisasi ALT, serokonversi HBeAg dan mengurangi progresi fibrosis secara
bermakna dibandingkan plasebo. Namun lamivudin memicu resistensi.
Dilaporkan bahwa resistensi terhadap
lamivudin sebesar lebih dari 32% setelah terapi selama satu tahun dan menjadi
57% setelah terapi selama 3 tahun. Risiko resistensi terhadap lamivudin meningkat
dengan makin lamanya pemberian. Dalam suatu studi di Asia, resistensi genotip
meningkat dari 14% pada tahun pertama pemberian lamivudin, menjadi 38%, 49%,
66% dan 69% masing masing pada tahun ke 2,3,4 dan 5 terapi.
2)
Adefovir
Adefovir merupakan analog asiklik
dari deoxyadenosine monophosphate (dAMP), yang sudah disetujui oleh FDA untuk
digunakan sebagai anti virus terhadap hepatitis B kronis. Cara kerjanya adalah
dengan menghambat amplifikasi dari cccDNA virus. Dosis yang direkomendasikan
untuk dewasa adalah 10 mg/hari oral paling tidak selama satu tahun.
Marcellin et al (2003) melakukan
penelitian pada 515 pasien hepatitis B kronis dengan HBeAg positif yang
diterapi dengan adefovir 10mg dan 30mg selama 48 minggu dibandingkan plasebo.
Disimpulkan bahwa adefovir memberikan hasil lebih baik secara signifikan
(p<0,001) dalam hal : respon histologi, normalisasi ALT, serokonversi HBeAg
dan penurunan kadar HBV DNA. Keamanan adefovir 10 mg sama dengan plasebo.
Hadziyanmis et al memberikan
adefovir pada penderita hepatitis B kronis dengan HBeAg negatif. Pada pasien
yang mendapatkan 10 mg adefovir terjadi penurunan HBV DNA secara bermakna
dibandingkan plasebo, namun efikasinya menghilang pada evaluasi minggu ke 48.
Pada kelompok yang medapatkan adefovir selama 144 minggu efikasinya dapat dipertahankan dengan resistensi sebesar 5,9%(21). Kelebihan adefovir dibandingkan lamivudin, di samping risiko resistennya lebih kecil juga adefovir dapat menekan YMDD mutant yang resisten terhadap lamivudin.
Pada kelompok yang medapatkan adefovir selama 144 minggu efikasinya dapat dipertahankan dengan resistensi sebesar 5,9%(21). Kelebihan adefovir dibandingkan lamivudin, di samping risiko resistennya lebih kecil juga adefovir dapat menekan YMDD mutant yang resisten terhadap lamivudin.
3)
Peginterferon
Lau et al, melakukan penelitian
terapi peginterferon tunggal dibandingkan kombinasi pada 841 penderita
hepatitis B kronis. Kelompok pertama mendapatkan peginterferon alfa 2a
(Pegasys) 180 ug/minggu + plasebo tiap hari, kelompok ke dua mendapatkan
peginterferon alfa 2a (Pegasys) 180 ug/minggu + lamivudin 100 mg/hari dan
kelompok ke tiga memperoleh lamivudin 100 mg/hari, selama 48 minggu. Hasilnya pada
akhir minggu ke 48, yaitu:
§ Serokonversi HBeAg tertinggi pada
peginterferon tanpa kombinasi, yaitu 27%, dibandingkan kombinasi (24%) dan
lamivudin tunggal (20%).
§ Respon virologi tertinggi pada
peginterferon + lamivudin (86%).
§ Normalisasi ALT tertinggi pada
lamivudin (62%).
§ Respon HBsAg pada minggu ke 72 :
peginterferon tunggal 8 pasien, terapi kombinasi 8 pasien dan lamivudin tidak
ada serokonversi.
§ Resistensi (mutasi YMDD) pada minggu
ke 48 didapatlan pada: 69 (27%) pasien dengan lamivudin, 9 pasien (4%) pada
kelompok kombinasi.
§ Efek samping relatif minimal pada
ketiga kelompok. Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil kombinasi (serokonversi
HBeAg, normalisasi ALT, penurunan HBV DNA dan supresi HBsAg), peginterferon
memberikan hasil lebih baik dibandingkan lamivudin.
4) Analog Nucleotide Lainnya
Di samping entecavir, saat ini
beberapa obat antivirus sedang dalam tahap penelitian, seperti : telbivudine,
emtricitabine, clevudine dan LB 80380 (ANA 380). Berdasarkan studi acak buta,
telbivudine 400-800 mg selama 52 minggu dapat menurunkan HBV DNA sampai 6 logs,
dan risiko timbulnya mutasi YMDD turun sebesar 4,9%. Emtricitabine yang
merupakan derivat lamivudin, mempunyai potensi dan peluang yang hampir sama
dengan lamivudin dalam memicu terjadinya mutasi YMDD. Clevudine yang merupakan
analog pirimidin, sedang dalam studi fase II. Pemberian clevudine 100-200
mg/hari selama 28 hari dapat menurunkan 3 logs HBV DNA.
F.
PUSTAKA
Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati,
Depkes RI, Jakarta.
DiPiro JT, et al, 2008, Pharmacotherapy. A Pathophysiologic
Approach (seventh edition), The McGraw Hill Companies, New York.
Fung YM., Lai CL., 2003, Current and future antiviral agents
for chronic hepatitis B. J. Antimicrob Chemotherapy.
Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford, 2009, At a Glance
Mikrobiologi Medis dan Infeksi (Edisi Ketiga) terj. Stella Tinia H., Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Guan R, Lai CL, Liaw YF, Lim SG, Lee CM., 2001, Efficacy and
safety of 5 years lamivudin treatment of Chinese patients with chronic
hepatitis B ( abstract). J Gastroenterol Hepatol.
Lai CL, Chien RN, Leung NWY. 1998, A one year trial of
lamivudine for chronic hepatitis B. New Engl J Med.
Leung NW, Lai CL, Guan R, Chang TT, Lee CM, Yeen Ng K., Lim
SG, Dent JC, Edmundson S, Condrea LD, Chien RN., 2001, Extended lamivudin treatment in
patients with chronic hepatitis B enhances hepatitis Be antigen seroconversion
rates : results after 3 years of therapy. Hepatology.
Lau GK, Piratvisuth ., Lou XL, Marcellin P, Thongsawat S,
Cooksley G, Gane E, Fried MW, Chow WC, Paik SW, Chang WY, Berg T, Flisiak R,
McLoud P, Pluck N., 2005, Peginterferon alfa-2a, lamivudin, and the combination
for HBeAg_positive chronic hepatitis B. New Engl J Med.
Marcellin P, Chang TT, Lim SG, Tong MJ, Sievert W, Shiffman
ML, Jefferes L. et.al., 2003, Adefovir dipovoxil for treatment of hepatitis Be
antigen-positive chronic hepatitis B. New Engl J Med.
Sutadi,S.M, 2003, Sirosis
Hepatitis, FK Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara, Sumatera.
Yuen MF, Lai CL., 2005, Treatment of Chronic Hepatitis B.
Med. Progr.
www.health.nsw.gov.au. Lembar Fakta Penyakit Menular.
Home Access Hiv Test?
BalasHapusHepatitis Pharmacy
Kulit penis yg sederhana lebih tipis,kulit yg jelang sirah penis bakal memutar balik dan jadi dua tumpuk, menutupi sirah penis, dinamakan kulup, yg dinamakan dgn kulup terlampaui panjang ialah kulup menaungi seluruh sirah penis,jika sirah penis tak kecil,kulup dapat tertuntung dan bakal menampakan sirah penis. berulang ada pertanda kulup yg panjang yg merujuk bagi sirah kulup yg terlampaui kecil,terbungkus perbincangan oleh sirah penis,tidak sanggup ditarik keatas dan tak dapat menampakan sirah penis.
BalasHapusPria yg terserang kulup terlampaui panjang,cenderung guna memainkan kulup penis, buat disaat yg identik rentan guna masturbasi buat cowok yg sudah gemuk dan bakal merintangi pertumbuhan penis untuk anak yg lagi pada musim pertumbuhan dan kronologi. kulup yg terlampaui panjang tak dapat dikategorikan sbg penyakit,tapi yaitu hina bawaan(cacat bawaan).
Kulup terlampaui panjang bakal mempengaruhi libido,juga ke-2 belah pihak bisa terinduksi kesulitan. Kulup yg terlampaui panjang bakal mempengaruhi kenikmatan seksual buat ke-2 belah pihak.Bagi seluruh cowok kulup yg terlampaui panjang mungkin sanggup mendirikan rasa nyeri atau mati rasa buat dikala bersambung intim, lebihlebih keadaan libido bakal melemah,
Ketika kulup terlampaui panjang melekatkan penis,akan menciutkan sensitivitas sirah penis,menimbulkan tak ejakulasi,ada separo cowok yg kulup nya panjang disertai bersama pertanda impotensi. malahan kulup yg panjang tengah sanggup mendatangkan simptom tidak jarang angan-angan basah. sehingga bersumber itu kepada seluruh cowok yg orang sakit kulup yg panjang mesti mengerti bakal berdampak kepada kehidupan seksualdan resiko negative yg lain nya.
article from: Klinik Apollo
Peringatan : apabila anda merasa artikel ana belum terang atau ada hal lain, sehingga kamu dapat klik Chat Online, di mana profesional saya dapat menjawab keluhan kamu, atau hubungi nomer (021)-62303060. Klinik Apollo Jakarta mengharapkan mudah-mudahan kamu selalu sembuh.
Klinik andrologi jakarta | Pengobatan kulup panjang dengan sirkumsisi
Sirkumsisi di jakarta | Metode sunat modern di Klinik Apollo
Chat Online | Free Consultasion