Parameter farmakokinetika adalah besaran
yang diturunkan secara matematis dari model yang berdasarkan hasil pengukuran
kadar obat utuh atau metabolitnya dalam darah, urin atau cairan hayati lainya.
Parameter farmakokinetik suatu obat ini dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran dan mempelajari suatu kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi
didalam tubuh.
Pada hakekatnya parameter farmakokinetik
ada 3 jenis yaitu : parameter primer, sekunder dan turunan. Parameter
farmakokinetik primer adalah parameter yang harganya dipengaruhi oleh perubahan
salah satu atau lebih perubahan fisiologis yang terkait. Termasuk parameter
tersebut adalah ka (konstanta kecepatan absorbsi), Fa (Fraksi obat
terabsorbsi), Vd (volume distribusi),
ClT(klirens obat), ClH (kliren hepatik)
dan ClR (kliren renal). Parameter farmakokinetik sekunder adalah parameter
farmakokinetik yang harganya tergantung pada harga parameter farmakokinetik
primer. Perubahan harga suatu parameter farmakokinetik sekunder di sebabkan
berubahnya harga parameter farmakokinetik primer tertentu sebagai cerminan
adalah pergeseran nilai suatu ubahan fisiologi. Contoh parameter farmakokinetik
sekunder adalah t1/2el (waktu
paruh
eliminasi), Kel (Konstanta kecepatan eliminasi) dan Fe (fraksi obat yang
tereksresi). Parameter farmakokinetik turunan harganya semata-mata tidak
tergantung dari harga parameter farmakokinetik primer tapi juga tergantung dari
dosis atau kecepatan pemberian obat terkait
Besarnya
harga bioavailabilitas suatu obat yang digunakan secara oral digambarkan oleh
AUC kadar obat dalam plasma dalam waktu, dari obat oral tersebut dibandingkan
dengan AUC nya secara iv. Ini disebut bioavaibilitas oral. Volume Distribusi
(Vd). Parameter ini didefinisikan sebagai hasil bagi dari jumlah obat dalam
tubuh dan konsentrasinya dalam plasma.
1.
Parameter farmakokinetik primer
a. Tetapan kecepatan absorbsi (Ka)
Tetapan kecepatan absorpsi
menggambarkan kecepatan absorpsi, yaitu masuknya obat ke alam sirkulasi
sistemik dari absorpsinya (saluran cerna pada pemberian oral, jaringan otot
pada pemberian intramuskuler, dsb). Nilai ini merupakan resultante dari
kecepatan disolusi obat dari bentuk sediaannya dari pelarutannya dalam
lingkungan tempat absorpsi, proses absorpsi itu sendiri, dan proses lebih jauh
yang mungkin telah berlangsung, yakni distribusi dan eliminasi. Bila terjadi
hambatan dalam proses absorpsi, akan didapatkan nilai Ka yang lebih kecil.
Satuan dari parameter ini adalah fraksi persatuan waktu (jam-1 atau menit-1).
Selain Ka, gambaran kecepatan disolusi juga bisa diperoleh dari nilai Tlag
(lag-time), yakni tenggang waktu antara saa
t
pemberian obat dengan munculnya kadar obat di sirkulasi sistemik
(darah/serum/plasma). Satuan untuk Tlag adalah jam atau menit.
b.
Cl (Klirens)
Klirens
adalah volume plasma yang dibersihkan oleh seluruh tubuh dari obat per satuan
waktu. Klirens merupakan bilangan konstan pada kadar obat apabila ditentukan
dengan menggunakan kinetika orde kesatu. Bersihan total merupakan hasil
penjumlahan bersihan berbagai organ dan jaringan tubuh, terutama ginjal dan
hepar.
2.
Parameter skunder
a.waktu
paruh eliminasi (t1/2)
Waktu
paro adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat di dalam tubuh
menjadi seperdua selama eliminasi (atau selama infus yang konstan) (Katzung,
2001). Waktu-paruh eliminasi untuk setiap obat adalah waktu yang diperlukan
untuk penurunan konsentrasi obat tersebut dalam darah atau plasma hingga
separuh dari nilai maksimumnya. Pengetahuan tentang waktu-paruh obat sangat
penting dalam penyusunan rencana pemberian obat. Obat-obat diberikan
kurang-lebih dengan waktu-paruh. Bila pemberian obat menyimpang terlalu banyak
dari ketentuan ini, fluktuasi konsentrasinya dalam plasma akan menimbulkan
kegagalan terapi dan/atau toksisitas.
b.
Tetapan kecepatan eliminasi ( Kel )
Kecepatan
eliminasi adalah fraksi obat yang ada pada suatu waktu yang akan tereliminasi
dalam satu satuan waktu. Tetapan kecepatan eliminasi menunjukkan laju penurunan
kadar obat setelah proses kinetik mencapai keseimbangan (Neal, 2006).
3.
Parameter Turunan
a.
Waktu mencapai kadar puncak ( tmak )
Nilai
ini menunjukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai puncak.
b.
Kadar puncak (Cp mak)
Kadar
puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah atau serum atau plasma.
Nilai ini merupakan hasil dari proses absorbsi, distribusi dan eliminasi dengan
pengertian bahwa pada saat kadar mencapai puncak proses-proses tersebut berada
dalam keadaan seimbang.
c.
Luas daerah di bawah kurva kadar obat dalam sirkulasi sistemik vs waktu (AUC)
Nilai
ini menggambarkan derajad absorbsi, yakni berapa banyak obat diabsorbsi dari
sejumlah dosis yang diberikan. Area dibawah kurva konsentrasi obat-waktu (AUC)
berguna sebagai ukuran dari jumlah total obat yang utuh tidak berubah yang
mencapai sirkulasi sistemik (Shargel dan Yu, 2005).
makasih,atas infonya.. :)
BalasHapusTermakasih
BalasHapustolong dicantumin dapust ya. makasih
BalasHapusmantap!
BalasHapuskalau berkenan, silahkan bertamu kemari ya
MunezCorporation.Blogspot.Com