STERILISASI
Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk
kehidupan, baik bentuk patogen, non patogen, vegetatif, non vegetatif dari
suatu objek atau material.. Suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali
bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam
bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
Sterilisasi adalah
proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional
keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran
dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.
Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi
1. Untuk mencegah
transmisi penyakit
2. Untuk mencegah
pembusukan material oleh mikroorganisme
3. Untuk mencegah
kompetisi nutrien dalam media pertumbuhan sehingga memungkinkan kultur
organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (seperti produksi ragi) atau
untuk metabolitnya (seperti untuk memproduksi minuman dan antibiotika).
Produk Farmasi Steril
•
Untuk
produk parenteral, sediaan obat mata, termasuk larutan lensa kontak, dan
produk-produk yang diberikan pada luka terbuka atau untuk proses irigasi rongga
tubuh.
•
Uji
sterilitas perlu dilakukan.
•
Syarat
Steril : Sterility Assurance Level dengan probabilitas sama atau lebih baik
dari 10-6, artinya dalam satu
juta sediaan steril hanya boleh maksimum 1 yang tidak steril.
•
Analisis
sterilitas adalah berdasarkan tidak adanya pertumbuhan mikroba pada media Fluid
Thioglycollate (FTM) dan Soyabean Casein Digest (SCD) pada 30-35oC
(bakteri) dan 20-25oC (fungi) selama 7 dan 14 hari.
PROSES STERILISASI : FISIKA, KIMIA DAN MEKANIS
Ø Sterilisasi
secara fisik
Meliputi
pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama
senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat
temperatur atau tekanan tinggi. Dengan udara panas, dipergunakan alat
“bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170o – 180oC
dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).
1. Panas
a. Inaktivasi virus
dengan panas
Contohnya seperti
penganjuran pada semua alat suntik seperti jarum dan instrument lain yang telah
kena kontak dengan darah agar di autoklaf pada suhu 121oC selama 20
menit atau dipanaskan dalam oven pada suhu 180oC selama 1 jam.
b. Metode sterilisasi dengan panas
• Panas lembab
• Pemanasan
Kering
• Air mendidih
2. Pengeringan (
Desikasi )
3. Radiasi
Semua bentuk radiasi dapat merusak mikroorganisme, yang menyebabkan kematian atau mutasi. Dua kelompok radiasi yang telah digunakan untuk mengendalika mikroorganisme adalah radiasi pengionan (sinar–X, sinar gamma dan sinar katode) dan sinar ultraviolet.
Semua bentuk radiasi dapat merusak mikroorganisme, yang menyebabkan kematian atau mutasi. Dua kelompok radiasi yang telah digunakan untuk mengendalika mikroorganisme adalah radiasi pengionan (sinar–X, sinar gamma dan sinar katode) dan sinar ultraviolet.
a. Sinar pengion
b. Cahaya
Ultraviolet
Ø Sterilisasi secara kimia
Digunakan apabila
dengan sterilisasi panas kering atau sterilisasi tekanan tinggi akan merusak
objek tersebut atau peralatan tidak tersedia.
Ø Sterilisasi secara mekanik
Digunakan untuk
beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan.
1. Filtrasi
Substansi
tertentu yang tidak dapat terkena panas atau perlakuan kimia tanpa perombakan
atau kerusakan lainnya mungkin di sterilisasi dengan proses filtrasi. Bakteri
tidak mati sewaktu filtrasi tetapi secara fisik terpisah dari cairan dengan
cara ini. Filter yang sebenarnya, biasanya terbuat dari asetat selulosa,
mempunyai banyak lubang kecil (pori) yang tidak dilewati bakeri.
2. Tekanan Osmosis
Laju lewatnya air
dari larutan yang satu ke larutan yang lain adalah fungsi perbedaan kadar
antara kedua larutan, ini dikenal sebagai tekanan osmosis. Oleh karena itu,
apabila bakteri ditempatkan ke dalam suatu larutan garam atau gula yang
berkadar tinggi, air akan mengalir dari sel bakteri ke dalam larutan garam atau
gula. Hal ini, tentunya mencegah pertumbuhan bakteri.
3. Vibrasi Sonik
(Getaran Suara), Triturasi, Agitasi
Istilah
supersonik atau ultrasonik digunakan untuk menunjukan gelombang suara yang
bernada begitu tinggi sehingga tak dapat didengar oleh telinga manusia. Seperti
triturasi (proses pelumatan) dan agitasi (proses penggoncangan), suara ultra
sebenarnya menghancurkan bakteri sehingga bahan intraseluler dan dinding sel
dapat dipisahkan untuk penggunaan dalam studi laboratorium.
MEKANISME
STERILISASI
Sterilisasi Secara Kimia, Berdasarkan
mekanisme kerjanya zat anti-mikroba, maka sterilisasi kimiawi bisa
diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu:
1. Golongan
zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.
2. Golongan
zat yang menyebabkan denaturasi protein.
3. Golongan
zat yang mampu mengubah grup protein dan asam amino yang fungsional
Contoh zat kimia
yang dapat digunakan untuk sterilisasi :
1. Fenol
Mekanisme kerja :
menyebabkan lisis pada sel, merusak membrane sel dan menyebabkan denaturasi
protein.
2. Alcohol
Mekanisme kerja :
menyebabkan denaturasi protein dan merusak membrane sel (bagian lipid)
3. Formaldehyde
Mekanisme :
menyebabkan terjadi ikatan pada gugus amina antara protein, ikatan silang pada
DNA/RNA, dan reaksi alkilasi.
4. Gas Etilen oksida
dan propilen oksida
Mekanisme :
mengganggu metabolisme sel bakteri.
Sterilisasi Gas
digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk
padat, sterilisasi adalah fenomena
permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh.
Gas yang biasa
digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran dengan gas
inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar.
Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk
sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam ruang atau chamber
sterilisasi.
Sterilisasi
menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion
klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan
baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan yang
toksik yang harus dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses
sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari suhu
kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil dari efek berbahaya
gas ini.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan
distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada
adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan
pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain
khusus pada bahan pengemas.
Mekanisme aksi
etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme dengan
mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi.
Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus
sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil
metabolit yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga
mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi.
Sterilisasi Secara Fisika, dapat dilakukan
dengan cara:
Pemanasan Kering
a. Udara Panas Oven
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap
destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak
lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril
seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering
adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat
bedah.
Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan
yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting
dalam sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya lembab
dan penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan
Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh
oleh suhu sampai 121oC (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf
bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untuk alasan ini, autoklaf merupakan
metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan
basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak
sama sekali
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini
berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri
yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi
dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah
tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selama
12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada
suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam.
Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol
dan mungkin gas atau elektrik gas
b. Minyak dan penangas lain
Bahan kimia dapat
disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas yang berisi minyak mineral
pada suhu 1620C. larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia
klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang
mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan,
untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk memelihara cat penutup.
c. Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas,
filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu
ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur
dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumpang dan alu dapat disterilisasi
dengan metode ini
Panas lembab
a. Uap bertekanan
Sterilisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini
merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi,
karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan
parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah
dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi
b. Uap panas pada 100oC
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air
mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan
dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur
c. Pemanasan dengan
bakterisida
Pemanasan ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap panas pada 100oC.
adanya bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini
digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada
temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf
d. Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi
jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus
benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20
menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang
telah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi
pensterilan dari air, 5 % fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol
tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-bahan logam.
Sterilisasi Radiasi
Sinar matahari memiliki aktivitas bakterisida dan memainkan peranan
penting dalam sterilisasi yang bersifat spontan yang terjadi pada keadaan alami.
Peran desinfektan tersebut terutama karena kandungan sinar ultravioletnya, yang
sebagian besar disaring oleh kaca dan adanya ozon pada atmosfer bumi dan
polutan atmosfer (asap). Sinar elektromagnetik lain dengan panjang gelombang
lebih pendek, seperti sinar-x dan sinar-γ, juga sinar yang dihasilkan dari
kerusakan radioaktif dan oleh akselerator ion, juga dapat memperlihatkan
efeknya jika diserap oleh bakteri
Efek Radiasi.
Hanya cahaya yang diserap (diabsorbsi) yang membantu reaksi fotokimia.
Sebagai molekul pengabsorbsi cahaya, yang menerima energi dalam bentuk unit
dengan ciri tersendiri yang disebut “kuanta”. Energi suatu kuantum berbanding
terbalik dengan panjang gelombangnya. Pada reaksi primer, hanya 1 kuantum
cahaya yang diserap oleh setiap molekul substansi pengabsorbsi. Jumlah kuanta
yang diabsorbsi oleh suatu sistem biologi sebanding dengan lamanya dan intensitas
produk radiasi, juga sebanding dengan koefisien absorbsi bahan terirradiasi.
Absorbsi kuantum oleh elektron dalam satu atom menyebabkan inaktivasi molekul,
yang selanjutnya menggunakan kelebihan energi untuk merubah senyawa kimia,
seperti dekomposisi dan penyusunan-kembali bagian dalam(“internal
rearrangements”) , atau dapat hilang sama sekali sebagai panas atau fluoresensi.Radiasi
memiliki energi yang cukup untuk memindahkan suatu electron secara sempurna
dari suatu atom dan menghasilkan muatan listrik (ionisasi) , atau energi hanya
cukup untuk memindahkan elektron ke tempat energi yang lebih tinggi (eksitasi).
Energi sebanding dengan 10 elektron volt yang dibutuhkan untuk
menarik suatu elektron keluar dari suatu atom. Hal ini dilakukan oleh
sinar-x dan sinar-γ yang mengionisasi
atom melalui pemasukan elektron dari beberapa atom melalui radiasi.
Meskipun energi kuantum diabsorbsi
oleh molekul, dalam rentang sinar ultraviolet dan sinar yang dapat dilihat,
tidak dapat memindahkan suatu elektron secara sempurna, eksitasi yang
dihasilkan sering mengarah pada perubahan fotokimia. Pada rentang spektrum
inframerah, energi tidak cukup untuk memulai perubahan senyawa kimia dalam
bahan biologi, dan energi yang diserap akan dihamburkan sebagai panas.
a. Radiasi Ultraviolet
Mekanisme Kerusakan
Oleh Radiasi Ultraviolet.
Cahaya ultraviolet
meliputispektrum radiasi dari 15 – 390 nm. Efektivitas cahaya ultraviolet
sebagai suatu bahan mutagenik dan mematikan berhubungan erat dengan panjang gelombangnya.
Panjang gelombang bersifat bakterisida yang paling efektif ialah pada rentang
240 – 280 nm,dengan panjang optimum sekitar 260 nm, yang dilaporkan mengalami absorbs
maksimum oleh DNA. Mekanisme efek mematikan sinar UV yang terbanyak pada bakteri,
karena absorbsi menyebabkan kerusakan DNA. Radiasi UV mengarah pada pembentukan
ikatan kovalen antara residu pirimidin yang berdekatan satu sama lainpada
rantai yang sama, menghasilkan formasi dimer pirimidin tipe-siklobutan. Dimer ini
merupakan bentuk penyimpangan DNA dan bergabung dengan pasangan basanormal. Hal
tersebut mengakibatkan suatu hambatan sintesis DNA dan efek sekundernya
menghambat pertumbuhan dan respirasi. Cahaya UV juga bersifat mutagenik. Efek
mutagenik bergantung pada induksi oleh dimer siklobutan dari respon SOS, yang
secara serasi mengatur grup operon terrepresi secara negative. Efek lain dari
radiasi UV, misalnya fotohidrasi sitosin dan pautan-silang rantai DNAkomplemen,
tetapi UV dalam dosis yang sangat tinggi perlu diatur sebagaimekanisme terbesar
untuk merusak sel
Penggunaan Cahaya
UV.
Radiasi UV dapat
dihasilkan secara buatan dengan lampu asap merkuri. Unit energi radiasi diukur
dalam mikrowatt per unit area per unitwaktu. Cahaya UV 15 watt menghantarkan
radiasi 38µW/cm2 /s pada jarak 1 m. Radiasi UV sama efektifnya
untuk bakteri gram-positif maupun gram-negatif. Untuk sebagian besar
bakteri yang tidak membentuk spora, dosis yang mematikan bervariasi mulai dari
1800 µW/cm2 /s sampai 6500 µW/cm2 /s. Spora
bakteri membutuhkan 10 kali dosis tersebut.Saat ini sudah ada lampu yang
disebut lampu germisidal, yang memancarkan sinar ultraviolet dengan konsentrasi
tinggi dengan daya germisidal paling efektif,yaitu terletak pada daerah 260 –
270 nm. Lampu germisidal banyak digunakan untuk mengurangi populasi mikroba
di kamar-kamar bedah rumah sakit, di ruang aseptik untuk pengisian
obat-obatan industri farmasi, pada tempat pengisian produk steril kedalam
tabung kecil atau ampul dengan pipet dan di industri-industri pangan serta persusuan
untuk membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Meskipun
komponen radiasi UV secara tidak diragukan bersifat bakterisida, tetapi radiasi
UV tidak layak digolongkan sebagai bahan pensterilisasi karena ketidakjelasan
dalam penggunaannya. Tidak seperti radiasi ionisasi, energi radiasi UV adalah
rendah, dan daya tembusnya kecil. Radiasi UV tidak menembus benda padat, dan
hanya sedikit menembus benda cair. Bahkan selapis kaca yang tipis dapat menahan
sebagian besar sinar tersebut. Oleh karena itu, sinar UV tidak berpengaruh
terhadap mikroorganisme yang terlindung dari pancaran langsung sinar tersebut
(“incident beams”). Jadi hanya mikroorganisme yang ada di permukaan suatu benda
yang secara langsung terkenai sinar ultraviolet, yang rentan terhadap pembasmian.
b. Radiasi Pengionisasi
Komponen Radiasi
Pengionisasi.
Radiasi
pengionisasi dikelompokkan menjadi dua golongan sesuai dengan komponen fisiknya
: (1) yang memiliki masa dan bermuatan atau tidak bermuatan, dan (2) hanya
energi saja. Beberapa radiasi pengionisasi merupakan produk dari kerusakan
radioaktif (sinar-α, -β, -γ ), dan yang lainnya dihasilkan pada suatu
mesin sinar-x, melalui pengeboman partikel, atau reactor nuklir. Radiasi
pengionisasi yang memiliki nilai terbesar untuk keperluan sterilisasi ialah
sinar-x , sinar-γ elektromagnetik, dan partikel sinar katoda (electron terakselerasi
buatan). Radiasi tersebut memiliki sejumlah energi yang lebih besar daripada
yang dikandung dalam radiasi UV, sehingga kemampuan untuk menghasilkan
efek mematikan juga lebih besar. Daya tembus radiasi pengionisasi mendukung
efektivitasnya sebagai bahan sterilisasi. Sinar katoda, karena sifat partikelnya,
memiliki energi dari dalam , dan akibatnya memiliki daya tembus terbesar,
meskipun sinar-α dan sinar-γ memiliki daya tembus yang lebih besar.Karena
sifat mekanisme dilibatkan, maka aktivitas optimum tidak pernah terjadi pada permukaan
bahan yang disinari. Dengan sinar-γ , aktivitas optimum terjadi hanya bagian
dalam atau di bawah permukaan, dengan sinar katoda hal itu terjadi lebihdalam
beberapa sentimeter
Efek Mematikan.
Sebagian besar
bakteri yang tidak membentuk spora, relatif sensitif terhadap radiasi
pengionisasi. Diantara bakteri tersebut, bakteri gram-positif umumnya
lebih resisten daripada bakteri Gram-negatif, spora sebagian besarmikroorganisme
bersifat resisten-radiasi.Kematian mikroorganisme karena paparan radiasi
pengionisasi biasanyabersifat eksponensial melalui periode sterilisasi,
meskipun dalam beberapa kasus hal tersebut cenderung sigmoidal. Kemiringan
kurva waktu-survivor ditentukan oleh intensitas penyinaran, tetapi hubungan
dosis dengan persentase organisme yangdibunuh, selalu eksponensial. Menuju
akhir proses, suatu efek bagian akhir menjadi mencolok, perlu ditegaskan bahwa
dosis penuh secara yakin sudah diberikan.
Penggunaan Praktis.
Meskipun dosis
sterilisasi bergantung pada tingkat kontaminasi awal, suatu dosis 2,5 Mrad
radiasi pengionisasi (1 Mrad = 106 rad, 1 rad= absorbsi energi 100
ergs/gram udara) sudah diterima sebagai dosis sterilisasi.Dosis tersebut, cukup
untuk membunuh sebagian besar mikroorganisme dan jugatersedia sebagai dosis
yang aman untuk digunakan dalam praktek
Bidang
Farmasi dan kedokteran, merupakan bidang utama yang menggunakan radiasi
pengionisasi untuk sterilisasi. Khususnya untuk sterilisasi benda atau bahan
seperti alat bedah sekali-pakai, benang jahit terbuat dari usus hewan (“cat
gut”), benang jahit nilon, dan alat-alat yang berhubungan dengan kedokteran.
Sterilisasi Dengan Ultrasonik Dan Vibrasi Sonik
Vibrasi suara pada frekuensi tinggi, dalam rentang ultrasonik dan dapat didengar
(20-1000 kc), merupakan teknik yang sering digunakan untuk merusak sel mikroba.
Generator gelombang suara yang secara luas digunakan untuk keperluan operasi,
dalam rentang frekuensi 9-100 kc/s. Tidak ditemukan frekuensi khusus,tetapi
secara umum dengan meningkatkan frekuensi gelombang ultrasonik.Vibrasi
ultrasonik juga dapat menyebabkan depolimerisasi makromolekuldan
pengelompokan-kembali intramolekuler. Pelepasan rantai-ganda oleh vibrasisonik
dihasilkan untuk pemindahan DNA, dan integrasi kedalam genom inang dapat dihambat.
Mikroorganisme memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap vibrasi
sonik dan ultrasonik. Sebagian besar batang Gram-negatif bersifat rentan,
dan diantara sebagian besar yang resisten adalah Staphylococcus, membutuhkan
waktu paparan yang lama. Meskipun vibrasi sonik dapat mematikan populasi
bakteri, tetapi ada juga yang bertahan hidup. Akibatnya, perlakuan dengan
vibrasi sonik tidak memiliki nilai praktis untuk sterilisasi dan disinfeksi.
Sehubungan dengan pengendalian mikroorganisme, yang terpenting ialah mekanisme
kerja gelombang suara berfrekuensi tinggi pada pembersih ultrasonik,yaitu
unit-unit berisi cairan yang dilalui oleh gelombang suara tersebut.
Gelombangsuara berfrekuensi tinggi menempuh perjalanannya melalui cairan tadi,
makaterbentuklah sejumlah besar gelombang kecil yang setelah mencapai ukuran
tertentumenghilang dengan sangat cepat. Fenomena ini dinamakan kavitasi
(“cavitation”),yaitu tenaga yang ditimbulkan akan menghilangkan debu atau
partikel-partikel (termasuk mikroorganisme) dari permukaan benda yang ada dalam
cairan tersebut. Pembersih ultrasonik lebih efisien untuk membersihkan bahan
organik dari peralatan dibandingkan dengan penyikatan secara mekanis
Sterilisasi Mekanis (Filtrasi)
Penyaringan atau filtrasi merupakan metode yang
digunakan dalam laboratorium untuk sterilisasi bahan-bahan yang tidak-tahan
panas. Meskipun saringan mekanik memainkan peranan dalam semua proses
penyaringan, fenomena absorpsi dan elektrostatik dan konstruksi fisik filter
juga secara nyata memiliki pengaruh. Sejumlah tipe filter sudah digunakan untuk
keperluan sterilisasi. Bahan filter tersebut merupakan suatu lapisan yang
relatif tebal terbuat dari asbes, tanah diatom, porselen atau kaca berpori
(“sintered glass”). Sebagian besar tipe lama (Berkefeld, Chamberland, Seitz)
sudah diganti dengan filter membran yang terdiri dari cakram berpori dari ester
selulosa lembam (lamban) atau bahan polimerik lain dengan pori-pori berukuran
tepat serta seragam. Cakram tersebut sedikit meyerapcairan yang tersaring ,
maka selanjutnya sering digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan tertentu yang
tidak tahan, tanpa kelemahan, digunakan suhu tinggi dalam sterilisasi panas.
Filter Membran.
Filter membran yang layak memiliki ukuran pori 14-0,023µm. Filter
berukuran 0,22 µm, secara luas digunakan untuk sterilisasi karena ukuran pori tersebut
lebih kecil daripada bakteri. Filter tersebut harus selalu digunakan
untuk sterilisasi larutan yang mengandung serum, plasma, atau tripsin
dimana seringterdapat spesies Pseudomonas atau bakteri kecil lain
Filter membran berperan penting sebagai
penyaring bersifat dua-dimensi,menahan semua partikel yang ukuran pori. Pada
penyaringan cairan, sejumlah besar partikel apapun yang lebih kecil dari ukuran
pori, ditahan oleh tekanan van der Waals, dengan terperangkap secara acak pada
pori, dan dengan menambah partikel yang tertahan sebelumnya. Sifat penting
filter membran adalah semua partikel yang lebih besar dari ukuran pori secara
positif ditahan pada permukaan filter. Mikroorganisme ditahan pada lapisan
filter bukan hanya disebabkan ukuran pori filter, tetapi juga disebabkan oleh
kombinasi ukuran pori, sifat jaringan bahan berserat atau partikel penyusun
lapisan saringan, dan muatan listrik bahan-bahan tersebut.
Filter udara.
Sudah dikembangkan filter yang memiliki efisiensi tinggi
untuk menyaring udara yang berisik partikel (“high efficiency particulate
air filter” atau HEPA) ,memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup. Tipe filtrasi udara semacam ini bersama dengan sistem aliran udara
laminar (laminar air flow), sekarang banyak digunakan untuk
menyediakan udara yang bebas dari debu dan bakteri. Filter udara digunakan di
dalam ruang transfer mikrobiologi untuk mencegah timbulnya kontaminasi pada
tempat pengisolasian bakteri khususnya patogen untuk mencegah penyebaran
infeksi dan di dalam ruang-ruang yang digunakan untuk merakit peralatan
elektronik miniatur karena kontaminasi oleh partikel-partikel bahkan sekecil
bakteri dapat merusak daya guna komponen peralatan tersebut.
Pelindung muka.
Pelindung terbuat dari kain kasa yang dilengkapi dengan pita perekat
atau tali pengikat, karena digunakan untuk menutup mulut dan hidung maka wdisebut
pelindung muka; alat ini biasa digunakan oleh tim ahli bedah selama berlangsungnya
operasi, sebagai filter untuk menyaring mikroorganisme pada waktu bernafas
sehingga tidak mencemari ruang bedah.Pelindung muka juga digunakan petugas rumah
sakit untuk melindungi diri dari pasien-pasien yang menderita penyakit menular,
dengan cara menyaring mikroorganisme asal-udara yang masuk melalui pernafasan.
PEMILIHAN METODE
STERILISASI
Metode yg
digunakan untuk mendptkan sterilitas sediaan sangat tergantung pada sifat
sediaan dan zat aktif yang dikandung.
Lamanya
sterilisasi tergantung :
1. Jenis
mikroorganisme :
- vegetatif (100oC,
60 menit +)
- spora (100oC,
60 menit - )
- Clostridium
tetani (140oC, 15 menit)
- Clostridium botulinum (140oC, 60 menit)
2.
Tinggi/rendahnya suhu sterilisasi
- 148oC
(3 jam)
- 170oC
(1 jam)
3. Faktor lain :
pH
pH asam/alkalis
> netral
pH 1,2 (5 menit,
100oC)
pH 10,2 (11
menit, 100oC)
pH 7,2 (29 menit, 100oC)
Bentuk spora
lebih tahan dari bentuk vegetatif
Spora protein mengandung
Ca-dipikolinat, suatu senyawa komplek stabil yang dapat melindungi protein dari
panas
Lima metode yang umum digunakan untuk mensterilkan produk farmasi :
1. Sterilisasi uap (panas
lembab/panas basah) :
Sterilisasi uap dilakukan dalam autoklaf dan
menggunakan uap air dengan tekanan. Cara ini dilakukan sebagai cara yang
terpillih pada hampir semua keadaan di mana produk mampu diperlakukan seperti
itu. Tekanan uap air yang lazim, temperatur yang dapat dicapai dengan tekanan
tersebut, dan penetapan waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi sesudah sistem
mencapai temperatur yang ditentukan, adalah sebagai berikut :
- Tekanan 10 pound (115,5oC),
untuk 30 menit
- Tekanan 15 pound (121,5oC),
untuk 20 menit
- Tekanan 20 pound (126,5oC),
untuk 15 menit
Dapat dilihat, makin besar tekanan yang
dipergunakan makin tinggi temperatur yang dicapai dan makin pendek waktu yang
diutuhkan untuk sterilisasi. Suatu siklus otoklaf yang ditetapkan dalam
farmakope untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121oC
kecuali dinyatakan lain.
Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air
panas adalah kerena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein
esensial organisme tersebut.
1. Pada
umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan –
bahan yang dapat tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan penembusan uap
air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air
tersebut.metode ini juga dipergunakan untuk larutan dalam jumlah besar, alat –
alat gelas, pembalut operasi dan instrumen. Tidak digunakan untuk mensterilkan
minyak – minyak, minyak lemak, dan sediaan – sediaan lain yang tidak dapat
ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh
uap air jenuh.
2. Sterilisasi panas
kering:
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan
dengan oven pensteril yang dirancang khusus untuk tujuan itu. Sterilisasi panas
kering, biasanya ditetapkan pada temperatur 160o – 170oC
dengan waktu tidak kurang dari 2 jam. Rentang suhu khas yang dapat diterima di
dalam bejan sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15oC, jika alat
strilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250oC.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk
senyawa – senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas. Senyawa
– senyawa tersebut meliputi minyak lemak, gliserin, berbagai produk minyak
tanah seperti petrolatum, petrolatum cair (minyak mineral), paraffin dan
berbagai serbuk yang stabil oleh pemanasan seperti ZnO.
Pada proses
pemanasan kering tidak ada air sehingga kelembaban kurang. Prinsip kerja dengan
cara ini adalah :
- terjadi
dehidrasi dan oksidasi protein
- Butuh energy
Pemanasan basah
butuh waktu lebih singkat, suhu lebih rendah dibanding pemanasan kering
3. Sterilisasi dengan
penyaringan
Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada
penghilangan mikroba secara fisik dengan adsorbsi pada media penyaring atau
dengan makanisme penyaringan, digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak
tahan panas.
Penyaringan – penyaringan yang ada meliputi :
1. Penyaring
berbentuk tabung reaksi disebut sebagai ”lilin penyaring” yang dibuat dari
tanah infusoria yang dikempa (penyaring Berkefeld dan Mandler).
2. Lilin
penyaring dibuat dari porselen yang tidak dilapisi (penyaring Pasteur
Chamberland, Doulton, dan Selas).
3. Piringan
asbes yang dikempa dipasang ditempat khusus dalam peralatan saringan (penyaring
Seitz dan Swinney).
4. Gelas
Buchner-jenis corong dengan pegangan gelas yang menjadi satu.
Ukuran penyaring.
Pengukuran porositas membran penyaring dilakukan dengan pengukuran nominal yang
menggambarkan kemampuan membran penyaring untuk menahan mikroba dari galur
tertentu dengan ukuran yang sesuai, bukan dengan penetapan suatu ukuran rata –
rata pori dan pernyataan tentang distribusi ukuran.
4. Sterilisasi gas
Beberapa senyawa yang tidak tahan terhadap panas
dan uap dapat disterilkan dengan baik dengan memaparkan gas etilen oksida atau
propilen oksida bila dibandingkan dengan cara – cara lain. Keburukan dari
etilen oksida adalah sifatnya yang sangat mudah terbakar, walaupun sudah
dicampur dengan gas inert yang sesuai, bersifat mutagenik, dan kemungkinan
adanya residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung
ion klorida.
5. Sterilisasi dengan
radiasi pengionan
Teknik – teknik yang disediakan untuk
sterilisasi beberapa jenis sediaan – sediaan farmasi dengan sinar gama dan
sinar – sinar katoda, tetap penggunaan tehnik – tehnik ini terbatas karena
memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh – pengaruh radiasi pada
produk – produk dan wadah – wadah. Keunggulan sterilisasi iradiasi meliputi
reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur, dan kenyataan yang
membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan lebih sedikit. Ada 2 jenis radiasi
ion yang digunakan, yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi
gamma) dan radiasi berkas elektron.
INDIKATOR
STERILISASI
- Indikator
mekanik
Adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi yang mengukur suhu,
tekanan, dan parameter yang lain apakah alat bekerja dengan baik. Keterbatasan
dari indikator ini adalah hanya memberi informasi secara cepat tentang fungsi
alat sterilisasi. Informasi dapat salah bila tidak dilakukan kalibrasi.
- Indikator
kimia
Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu dan
vial ). Dan peka terhadap satu atau lebih parameter. Kelebihan dari indikator
ini adalah memberikan informasi secara spesifik pada setiap kemasan.
Chemical Indicators
|
Chemical Indicators are being used for daily controls as well as
validation of sterilisation processes. There is a broad variety of Chemical
Indicators, which are developed particularly for the
different existing sterilisation methods.
|
- Indikator Biologi
Prinsip kerja dari indikator biologi adalah mensterilkan spora hidup
mikroorganisme yang non patogen dan resisten dalam jumlah tertentu. Apabila
selama proses sterilisasi spora itu terbunuh dapat diasumsikan bahwa
mikroorganisme yang lain juga terbunuh (steril).
Penggunaan indikator biologis
dan kimiawi saja tidak dapat diterima sebagai bukti bahwa proses sterilisasi
telah efektif. Indikator tersebut hanya menunjukkan kegagalan proses
sterilisasi tetapi tidak membuktikan bahwa proses sterilisasi berhasil dengan
sempurna.
Penggunaan indikator biologis
kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan pemantauan cara fisis kecuali pada
sterilisasi dengan gas etilen oksida.
Tersedia indikator kimiawi untuk
sterilisasi cara panas, gas etilen oksida dan radiasi, biasanya dalam bentuk
pita atau lembaran adhesif, kartu bercak-warna, tabung kecil atau sachet.
Indikator tersebut akan berubah warna akibat reaksi kimiawi karena proses
sterilisasi. Karena ada kemungkinan perubahan warna terjadi sebelum proses
sterilisasi selesai, indikator tersebut tidak cocok untuk pembuktian
sterilisasi sempurna, kecuali dosimeter plastik yang digunakan pada proses
sterilisasi cara radiasi.
VALIDASI
Validation: Effectiveness evaluation of the applied method in the
presence of the product
|
Validation was initially introduced in the 1970s to the
pharmaceutical industry as a means for more firmly establishing the sterility
of drug products where normal analytical methods are wholly inadequate for
that purpose. In following years, its application was extended to numerous
other aspects of pharmaceutical operations: water systems, environmental
control, tablet,and capsule formulations, analytical methods, and
computerized systems.
The FDA defines process validation as: ‘‘Process validation is establishing
documented evidences, which provides a high degree of assurance that a
specific process will consistently produce a product meeting its
predetermined specifications and quality characteristics’’
Semua proses
sterilisasi hendaklah divalidasi. Perhatian khusus hendaklah diberikan bila
metode sterilisasi yang digunakan tidak sesuai dengan standar farmakope atau
standar nasional lain, atau bila digunakan untuk produk yang bukan merupakan
larutan sederhana dalam air atau minyak.
Sebelum
proses sterilisasi digunakan, ketepatan untuk produk terkait dan efikasinya
untuk mencapai kondisi sterilisasi yang diinginkan pada semua bagian dari
tiap jenis beban yang harus diproses, hendaklah dibuktikan dengan pengukuran
fisis dan bila diperlukan menggunakan indikator biologis.
|
Salah satu tujuan validasi
pada pembuatan sediaan steril adalah untuk meminimalkan ketidakpercayaan
terhadap pengujian produk akhir.
Tiga prinsip yang terlibat
dalam proses validasi sediaan steril adalah :
1. Untuk membuat sterilitas kedalam sediaan
2. Untuk menunjukkan tingkat kemungkinan maksimum
yang pasti dimana proses dan metode sterilisasi memiliki sterilisasi yang
terpercaya terhadap semua unit dari batch sediaan.
3. Untuk
memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung hasil dari uji sterilitas
sediaan akhir.
VALIDASI PROSES
Validasi Proses dilakukan dengan cara pengujian dan mengumpulkan
dokumen – dokumen pembuktian
Validasi Proses ada tiga yakni :
a. Prospektif
b. Concurent
c. Retrospektif
PERBEDAAN PROSES INI ADALAH OUTPUTNYA.
“Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan
(validasi prospektif), dalam keadaan tertentu, jika hal diatas tidak
memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin
dlakukan (Validasi concurent). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga
divalidasi (validasi retrospektif).”
Validasi prospektif digunakan untuk obat yang belum dipasarkan
(new product), validasi concurent untuk obat baru tapi sudah dipasarkan,
sedangkan validasi retrospektif digunakan untuk produk yang sudah sangat lama
dipasarkan.
Karena Retrospektif dari masa sekarang ke masa lalu maka dapat
yang kita lakukan hanya dengan melihat batch recordnya. Menurut CPOB 2006
validasi ini memerlukan data dari 10 sampai 30 batch berurutan untuk menilai
konsistensi proses, (tapi jumlah bets yang lebih sedikit dimunginkan bila dapat
di justifikasi.). Contoh salah satu pabrik di Bandung menggunakan 20 batch.
Laporan untuk Validasi Retrospektif adalah 1 karena kita hanya menganalisa 20
batch record yang sudah ada.
Sedangkan untuk prospektif batch yang digunakan adalah 3 batch
berurutan yang memenuhi parameter yang disetujui dapat diterima telah memenuhi
persyaratan validasi proses. Sama halnya dengan prospektif, pada validasi
concurent sesuai CPOB “dalam hal tertentu produksi rutin dapat dimulai tanpa
lebih dulu menyelesaikan program validasi.” Laporan pada validasi prospektif
karena dibuat dengan waktu berdekatan sehingga laporan batch pertama, laporan
batch kedua, dan laporan batc ketiga langsung dalam satu laporan. Sedangkan
pada concurent karena tiap batch nya dibuat dalam waktu yang berjauhan (karena
produk yang menggunakan concurent biasanya produk me too, kurang laku di pasaran,
jarang dibikin , slow moving), maka setiap satu batch ada laporan validasi
mininya, hanya saja kemudian ada summary record setelah tiga batch.
Tahapan validasi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu tahap
kritikal dan tahapan non kritikal.
Jika melakukan validasi by desain maka validasi prospektif maupun
concurent ini tidak berlaku. karena dengan validasi by desain , pengembangan
produk berdasarkan critical processing steps. Artinya apabila pada saat
pengembangan produk R&D punya prosedur tahapan manufactured, dan R&D
telah melakukan validation by desain, maka peluang salah saat dilaunch sangat
kecil. Intinya dengan konsep Validation by design, R&D sudah harus
menentukan critical processing step, critical quality attribute, critical
equipment pada waktu pengembangan produk.
Dari validasi ini hasilnya adalah dapat digunakan sebagai
pembuktian bahwa proses produksi telah bisa menghasilkan produk secara
konsisten baik dibuktikan menggunakan kriteria data maupun kriteria produk (friabilitas,
kekerasan, kerapuhan, disolusi, dll).
|
|
Validation study types
(examples)
|
|
·
simulations of specific depleation methods
·
qualification of dry-heat and steam
sterilisation
·
process specific testing and
characterisation of biological indicators
·
microbiological validation of water systems
·
validation of desinfection methods
·
Container Closure Integrity Test
·
endotoxin depleation studies, e.g.
within a heat-tunnel validation
|
|
Contoh validasi
alat untuk sterilisasi (validasi autoclave)
UJI PERFORMA / KUALIFIKASI AUTOCLAVE
Kualifikasi pada
hakekatnya adalah bagian dari proses validasi. Tujuan dari kualifikasi adalah
untuk memastikan, menjaga dan menjamin peralatan atau instrumen telah terpasang
dan dapat berfungsi secara benar sesuai kriteria yang diinginkan. Definisi dari
kualifikasi merupakan segala kegiatan pembuktian dan pendokumentasian bahwa
sebuah sistem dan atau alat sudah terpasang dengan benar dan berfungsi secara
benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan atau keinginan pemakai.
Frekuensi kualifikasi
/re-kualifikasi dilakukan pada waktu tertentu :
1. Yang sudah ditentukan oleh perusahaan
pembuat
2. Ada perubahan yang signifikan (perbaikan
/ modifikasi)
3. Yang ditetapkan dalam PROTAP
masing-masing pengguna berdasarkan analisa resiko
(1 th
atau 2 th sekali)
Untuk mengetahui
sejauh mana performa Autoclave yang kita gunakan, sudah sesuai
kebutuhan dan memenuhi persyaratan atau tidaknya harus dilakukan Performa
Qualifikasi (PQ) yang terdiri dari :
1. Kalibrasi Temperature Sensor :
untuk mengetahui kinerja dari sensor / kemampuan sensing dari sensor
2. Heat Distribution test : untuk
mengetahui pemerataan distribusi panas ke seluruh ruang dalam autoclave
3. Heat Penetration Test : untuk
mengetahui efektifitas kinerja autoclave pada material yang di sterilkan,
biasanya menggunakan Bioindikator untuk pembuktian nya
KALIBRASI TEMPERATURE SENSOR AUTOCLAVE
1. Tujuan
Untuk memastikan,
menjaga dan menjamin kinerja / hasil pengukuran yang benar dan memadai
dari peralatan atau instrumen, dalam hal ini sensor temperature. Kalibrasi
merupakan salah satu aspek kritis yang wajib diimplementasikan pada instrumen
dan atau peralatan yang memiliki alat ukur
2. Definisi
Kalibrasi adalah suatu
kegiatan membandingkan suatu nilai ukur antara alat yang dikalibrasi dengan
sebuah standar acuan (kalibrator) atau bahan acuan.
3. Parameter
Kalibrasi
Sensor Suhu adalah
parameter yang dikalibrasi pada autoclave
4. Kalibrator
Dry Well
Temperature Kalibrator
5. Frekuensi
Kalibrasi
Kalibrasi yang baik
adalah yang dilakukan secara periodik waktu tertentu (ditentukan oleh pemakai
dan ditetapkan dalam PROTAP masing-masing) berdasarkan analisa resiko,
pemantauan kinerja alat dan waktu khusus (setelah perbaikan / modifikasi)
karena hingga kini belum ada literatur atau badan yang menentukan mengenai satu
waktu yang tepat.
HEAT DISTRIBUTION
TEST
Menempatkan beberapa
sensor suhu kalibrator pada sejumlah titik di dalam autoclave yang
telah ditentukan berdasarkan dimensi autoclave, dikondisikan dengan suhu
dan waktu yang ditentukan dan dipantau menggunakan validator.
HEAT PENETRATION
TEST
Proses sama dengan uji pemerataan tetapi ditambahkan material
yang disterilkan dan dibuktikan dengan menggunakan bioindikator.
Perubahan yang bisa terlihat sesudah proses sterilisasi, pada kontrol
positif akan menunjukkan warna kuning keruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar