A. Asma
Asma
merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai dengan peningkatan
reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan saluran napas yang bisa
kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai (Anonim, 2007). Sedangkan menurut
Dipiro (2008) Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas yang mana berbagai
sel inflamasi berperan, terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag,
netrofil dan sel epitel.
B. Mekanisme
Asma
Mekanisme terjadinya
asma dapat dibagi dalam 3 fase (Yulia, 2013), yaitu :
1. Fase
induksi
Proses inflamasi
bronkus dan hiperresponsif jalan napas dimulai dari masuknya allergen ke dalam
jalan napas. Alergen yang dapat melalui mekanisme pertahanan tersebut akan
menembus lapisan epitel dasar dan akan ditangkap oleh antigenpresenting cell
(APC) terutama sel dendritik dan makrofag alveolar. Alergen tersebut akan dibawa
ke kelenjar limfe dan dipresentasikan ke sel T dan B. Sel Th yang teraktivasi
akan menghasilkan berbagai sitokin seperti interleukin (IL)-2, IL-3, IL-4,
IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, IL-12, IL-13, IL-18, interferon (IFN)-γ,
tumornecrosis factor (TNF)-α,
TNF-β dan granulocyte macrophage colony
stimulating factor (GMCSF). Sitokin yang paling berperan dalam perkembangan
asma adalah IL-4, IL-5, IL-9 dan IL-13, sedangkan IL-4 dan IL-13 berperan penting
pada produksi IgE. Interleukin -4 dan 13 bersama dengan IL-9 berperan dalam menghasilkan
sel mast, produksi mukus yang berlebihan dan hiperesponsivitas jalan napas. Sitokin
utama yang menyebabkan akumulasi
eosinofi l adalah IL-5.
2. Reaksi
Asma Dini
Saat terjadi serangan
asma, jumlah sel mast yang berdegranulasi meningkat. Pajanan berulang terhadap alergen akan menyebabkan
terjadinya ikatan silang antara antigen, IgE dan reseptor Fc pada sel mast. Ikatan
tersebut menghasilkan pelepasan mediator seperti histamin, prostaglandin, leukotrien
dan sitokin misalnya TNF-α. Hal ini merupakan
penyebab timbulnya gejalagejala hipersensitivitas tipe cepat seperti rinitis
ringan sampai syok anafi laktik. Proses inflamasi ini pada akhirnya menyebabkan
kontraksi otot polos jalan napas, edema dan meningkatnya sekresi mukus sehingga
terjadi sumbatan jalan napas serta timbul gejala asma akut seperti hidung tersumbat,
bersin, bronkokonstriksi dan kulit kemerahan. Respons fase dini ini akan menginduksi
menurunnya VEP1 sebanyak 25%
3. Reaksi
Asma Lanjutan
Reaksi asma fase dini
yang berlangsung sekitar 4-6 jam berikutnya akan diikuti reaksi asma fase
lanjut yang lebih berat dan lama. Secara umum sel mast dan mediator-mediator
yang dilepaskannya akan menginduksi terjadinya konstriksi jalan napas,
meningkatnya permeabilitas vaskular, hiperresponsif jalan napas, sekresi mukus
dan meningkatkan penarikan sel-sel infl amasi ke dalam jalan napas setelah
beberapa jam pajanan allergen terutama eosinofi l selain itu sel T, makrofag, basofi
l, neutrofi l serta sel-sel structural seperti sel epitel, fi broblas, sel
endotel dan sel-sel otot polos. Sel-sel infl amasi ini dapat menghasilkan
mediator-mediator infl amasi yang sangat banyak seperti kemokin, sitokin dan
leukotrien yang berpengaruh baik secara langsung terhadap jalan napas maupun tidak
langsung melalui mekanisme neural,peningkatan infl amasi jalan napas kronik setelah
pajanan alergen berulang. Hasilnya adalah berupa infl amasi kronik jalan napas yang
terus-menerus mengalami cedera hingga akhirnya menimbulkan perubahan
struktural jalan napas
dan akan tampak beberapa tahun berikutnya berupa penurunan VEP1 sebanyak 75%. Perubahan
struktur ini secara keseluruhan disebut sebagai proses remodeling jalan
napas.
C. Tanaman
·
Gambar Tanaman
Legundi ( Vitex trifolia L.)
Gambar 1.
Legundi ( Vitex trifolia L.)
Tanaman
ini termasuk tanaman pohon yang dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia.
Ia dikenal dengan berbagai nama daerah seperti:Gendasari (Melayu), legundi,
lilogundi (Palembang), langgundi (Minang), Lagundi (Sunda),Lengghundi (Madura),
Galumi (sumbawa), sangari (bima), danuko (Kalimantan), lanra (Makasar),
Lawasani, Pala (Bugis), Ai Tuban (Ambon).
·
Deskripsi
Deskripsi
dari tanaman tersebut: Pohon Legundi (Vitex trifolia) merupakan pohon semak atau pohon kecil,
tingginya kurang dari 5 m dan batangnya ditutupi oleh
rambut-rambut lembut. Daunnya tersusun beraturan sepanjang batang dan biasanya
majemuk, terdiri dari 3 selebaran linier yang berkisar antara 1 -12 cm.
Permukaan atas daun berwarna hijau dan permukaan bawahnya berwarna hijau keabu-abuan.
Bunganya tumbuh dalam malai atau kelompok hingga 18 cm panjangnya. Bunga
individu berwarna ungu violet memiliki dua bibir mahkota selebar 5 mm. Benang
sarinya berjumlah dua pasang dan ovarium nampak menonjol atau tumbuh melebihi
mahkota. Buahnya berdaging sekitar 6 mm dan mengandung 4 biji hitam kecil.
D. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub
kelas :
Dialypetalae
Bangsa : Solanales
Suku : Verbenaceae
Marga : Vitex
Jenis :
Vitex trifolia L.
E. Penggunaan
Secara Tradisional
Penggunaan secara
tradisional tanaman legundi dengan mengambil 4-5 lembar daun ditambahkan dengan
air lalu didihkan kurang lebih 15 menit, air rebusan kemudian disaring dalam
wadah.
F. Data
Ilmiah
·
Kandungan Kimia
Legundi merupakan tanaman yang memiliki kandungan kimia berupa
viteksin, casticin, 3,5,7 trimetil quercetagetin, artemetin, 5-metil artemetin,
7-desmetil artemetin, luteolin-7-O-b-D-glukuronid, luteolin 3-O-b-D-glukuronid
dan isoorientin, triterpenoid friedelin, b-sitosterol dan b-sitosterol-b-D-glukosida.
Daun legundi mengandung flavonoid viteksikarpin, viteosin A dan vitetrifolin.
Viteksikarpin merupakan senyawa marker daun legundi yang strukturnya seperti
pada gambar . Kadar viteksikarpin untuk ekstrak daun legundi adalah 4,36%.
Gambar 2.
Struktur Kimia Viteksikarpin
·
Penelitian Ilmiah
Penelitian yang dilakukan Ikawati et al. (2001)
dilaporkan bahwa ekstrak n-heksana maupun etanol daun tanaman tersebut
menunjukkan penghambatan pelepasan histamin yang diinduksi IgE pada sel RBL-2H3
(rat basophilic leukemia cell line), analog tumor dari sel mast masing-masing
sebesar 80 dan 70 %. Kedua ekstrak daun V. trifolia tidak menunjukkan
stimulasi histamin pada sel RBL-2H3 tanpa diinduksi IgE (Spontaneous histamine
release). Hal ini mengindikasi bahwa ekstrak daun V. trifolia tidak
menginduksi histamin secara spontan, dan dapat menghambat pelepasan histamin in
vitro.
Di lain pihak, Shin et al. (2000) meneliti ekstrak
air dari buah V. trifolia var.simplicifolia Cham. (Vitex
rotundifolia L. f.) terhadap reaksi allergi tipe segera (immediatetype allergic
reaction) baik in vitro maupun in vivo. Ekstrak tanaman (10-3
–1,0 mg/ml) tersebut dapat menghambat pelepasan histamin dari sel mast
peritoneal tikus yang diinduksi baik dengan compound 48/80 ataupun IgE
anti-DNP.. Ekstrak tanaman V. trifolia var. simplicifolia Cham. Diduga
mengandung banyak polisakarida anionik dan tanin yang dapat mempengaruhi
aktivasi protein-G sehingga dapat menghambat pelepasan histamin. Lebih lanjut,
esktrak tersebut juga menghambat produksi tumor necrosis factor alpha (TNF-α)
pada sel mast peritoneal tikus yang diinduksi IgE. TNF-α sel mast merupakan
mediator penting dalam proses inflammasi. Penelitian in vivo, ekstrak tanaman
V. trifolia var. simplicifolia Cham. menghambat reaksi allergi
sistemik yang diinduksi compound 48/80 maupun reaksi anafilaksis kutaneus pasif
yang diinduksi Ig-E antidinitrofenil (DNP). Berdasarkan penelitian-penelitian
di atas, tanaman V.trifolia dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat anti
alergi. Namun demikian masih diperlukan uji farmakologi lebih lanjut maupun
fraksinasi maupun isolasi kandungan senyawa aktifnya.
·
Toksisitas
Telah dilakukan penelitian toksisitas akut ekstrak
etanol daun legundi ( Vitex trifolia L) pada tikus jantan galur wistar.
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan potensi ketoksikan akut (LD5o)
ekstrak etanol dari daun legundi, menilai gejala toksik yang timbul dan
perkiraan mekanisme toksisitas setelah pemberian ekstrak etanol daun legundi (Vitex
trifolia L) secara peroral dengan dosis tunggal. Penelitian dilakukan
menggunakan tikus jantan 35 ekor, dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 7 ekor tikus. Kelompok I merupakan kontrol negatif dengan pemberian
tween 1%12,5 ml/kgBB. Kelompok II adalah kelompok dosis terendah hasil konversi
dari dosis terapi untuk manusia yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh
hewan uji dosis 393,4 mg/kgBB. Kelompok III dosis 786,8 mg/kgBB dan kelompok IV
adalah pemberian dosis diatasnya yaitu dosis 1573,6 mg/kgB, dan kelompokV
adalah kelompok dosis tertinggi yaitu dosis 3147,2mg/kgBB. Dari uji ketoksikan
akut ini pemberian sediaan uji tidak menimbulkan kematian sehingga (LD50) tidak
dapat ditentukan. Pada pemberian sediaan uji ekstrak etanol daun legundi secara
oral dosis tunggal dari dosis terendah sampai dengan dosis tertinggi tidak
memberikan efek toksik yang berarti pada organ jantung, hati, paru, ginjal,
limpa, dan lambung. Pada hasil pengamatan histopatologi menunjukkan efek toksik
pada hati yaitu degenerasi hidropik dan radang sedangkan pada paru adalah edema
(Ratih, 2004).
G. Farmakologi
tanaman legundi sebagai anti-alergi ?
Tanaman legundi
bekerja sebagai anti asma dengan cara menghambat pelepasan histamin dari sel
mast. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa sel mast berperan penting pada
reaksi asma yang mengubungkan IgE dan jalan napas. Saat terjadi serangan asma
jumlah sel mast yang berdegranulasi meningkat. Pajanan berulang terhadap
allergen menyebabkan terjadiyna ikatan silang antara antigen, IgE dan reseptor
Fc pada sel mast, ikatan terebut menghasilkan pelepasan histamine,
prostaglandine dan sitokin. Nah disinilah tanaman legundi bekerja yaitu
mencegah pelepasan histamine dari sel mast.
Daftar Pustaka
Agung, E N dan Gemini
A. tth. “Medicinal Plant Legundi (Vitex trifolia L.)”.Revew. Yogyakarta:
Farmasi UGM
Anonym. 2007.”
Pharmaceutical Care”. Binfar Depekes RI
Dipiro, J T.,Talbert L.,Yee, G C.,Matzke, G R. 2008. “Pharmacoteraphy A
Phatophysiologic 7th”. United Stated. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Ikawati, Z., 2010. “Pengembangan Formula Ekstrak Daun Legundi (Vitex
trifolia L.) dan Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Sebagai
Fitofarmaka Untuk Anti Alergi”. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Farmasi UGM,
Ratih. 2004. “Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Legundi (Vitex
trifolia L Pada Tikus Jantan Galur
Wistar”. Skripsi.Yogyakarta: Farmasi Universitas Islam Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar