Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Januari 2014

FITOTERAPI PENYAKIT ASMA MENGGUNAKAN TANAMAN LEGUNDI (Vitex trifolia L.)



A.    Asma  
Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai dengan peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai (Anonim, 2007). Sedangkan menurut Dipiro (2008) Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas yang mana berbagai sel inflamasi berperan, terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, netrofil dan sel epitel.
B.     Mekanisme Asma
Mekanisme terjadinya asma dapat dibagi dalam 3 fase (Yulia, 2013), yaitu :
1.      Fase induksi
Proses inflamasi bronkus dan hiperresponsif jalan napas dimulai dari masuknya allergen ke dalam jalan napas. Alergen yang dapat melalui mekanisme pertahanan tersebut akan menembus lapisan epitel dasar dan akan ditangkap oleh antigenpresenting cell (APC) terutama sel dendritik dan makrofag alveolar. Alergen tersebut akan dibawa ke kelenjar limfe dan dipresentasikan ke sel T dan B. Sel Th yang teraktivasi akan menghasilkan berbagai sitokin seperti interleukin (IL)-2, IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, IL-12, IL-13, IL-18, interferon (IFN)-γ, tumornecrosis factor (TNF)-α, TNF-β dan granulocyte macrophage colony stimulating factor (GMCSF). Sitokin yang paling berperan dalam perkembangan asma adalah IL-4, IL-5, IL-9 dan IL-13, sedangkan IL-4 dan IL-13 berperan penting pada produksi IgE. Interleukin -4 dan 13 bersama dengan IL-9 berperan dalam menghasilkan sel mast, produksi mukus yang berlebihan dan hiperesponsivitas jalan napas. Sitokin utama yang menyebabkan akumulasi
eosinofi l adalah IL-5.
2.      Reaksi Asma Dini
Saat terjadi serangan asma, jumlah sel mast yang berdegranulasi meningkat.  Pajanan berulang terhadap alergen akan menyebabkan terjadinya ikatan silang antara antigen, IgE dan reseptor Fc pada sel mast. Ikatan tersebut menghasilkan pelepasan mediator seperti histamin, prostaglandin, leukotrien dan sitokin misalnya TNF-α. Hal ini merupakan penyebab timbulnya gejalagejala hipersensitivitas tipe cepat seperti rinitis ringan sampai syok anafi laktik. Proses inflamasi ini pada akhirnya menyebabkan kontraksi otot polos jalan napas, edema dan meningkatnya sekresi mukus sehingga terjadi sumbatan jalan napas serta timbul gejala asma akut seperti hidung tersumbat, bersin, bronkokonstriksi dan kulit kemerahan. Respons fase dini ini akan menginduksi menurunnya VEP1 sebanyak 25%
3.      Reaksi Asma Lanjutan
Reaksi asma fase dini yang berlangsung sekitar 4-6 jam berikutnya akan diikuti reaksi asma fase lanjut yang lebih berat dan lama. Secara umum sel mast dan mediator-mediator yang dilepaskannya akan menginduksi terjadinya konstriksi jalan napas, meningkatnya permeabilitas vaskular, hiperresponsif jalan napas, sekresi mukus dan meningkatkan penarikan sel-sel infl amasi ke dalam jalan napas setelah beberapa jam pajanan allergen terutama eosinofi l selain itu sel T, makrofag, basofi l, neutrofi l serta sel-sel structural seperti sel epitel, fi broblas, sel endotel dan sel-sel otot polos. Sel-sel infl amasi ini dapat menghasilkan mediator-mediator infl amasi yang sangat banyak seperti kemokin, sitokin dan leukotrien yang berpengaruh baik secara langsung terhadap jalan napas maupun tidak langsung melalui mekanisme neural,peningkatan infl amasi jalan napas kronik setelah pajanan alergen berulang. Hasilnya adalah berupa infl amasi kronik jalan napas yang terus-menerus mengalami cedera hingga akhirnya menimbulkan perubahan
struktural jalan napas dan akan tampak beberapa tahun berikutnya berupa penurunan VEP1 sebanyak 75%. Perubahan struktur ini secara keseluruhan disebut sebagai proses remodeling jalan napas.
C.     Tanaman
·         Gambar Tanaman
Legundi ( Vitex trifolia L.)
Gambar 1. Legundi ( Vitex trifolia L.)
Tanaman ini termasuk tanaman pohon yang dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Ia dikenal dengan berbagai nama daerah seperti:Gendasari (Melayu), legundi, lilogundi (Palembang), langgundi (Minang), Lagundi (Sunda),Lengghundi (Madura), Galumi (sumbawa), sangari (bima), danuko (Kalimantan), lanra (Makasar), Lawasani, Pala (Bugis), Ai Tuban (Ambon).
·            Deskripsi
Deskripsi dari tanaman tersebut: Pohon Legundi (Vitex trifolia) merupakan pohon semak atau pohon kecil, tingginya kurang dari 5 m dan batangnya ditutupi oleh rambut-rambut lembut. Daunnya tersusun beraturan sepanjang batang dan biasanya majemuk, terdiri dari 3 selebaran linier yang berkisar antara 1 -12 cm. Permukaan atas daun berwarna hijau dan permukaan bawahnya berwarna hijau keabu-abuan. Bunganya tumbuh dalam malai atau kelompok hingga 18 cm panjangnya. Bunga individu berwarna ungu violet memiliki dua bibir mahkota selebar 5 mm. Benang sarinya berjumlah dua pasang dan ovarium nampak menonjol atau tumbuh melebihi mahkota. Buahnya berdaging sekitar 6 mm dan mengandung 4 biji hitam kecil.
D.    Klasifikasi
Divisi                   : Spermatophyta
Subdivisi              : Angiospermae
Kelas                    : Dicotyledonae
Sub kelas                         : Dialypetalae
Bangsa                 : Solanales
Suku                    : Verbenaceae
Marga                  : Vitex
Jenis                     : Vitex trifolia L.
E.     Penggunaan Secara Tradisional
Penggunaan secara tradisional tanaman legundi dengan mengambil 4-5 lembar daun ditambahkan dengan air lalu didihkan kurang lebih 15 menit, air rebusan kemudian disaring dalam wadah.
F.      Data Ilmiah
·         Kandungan Kimia
Legundi merupakan tanaman yang memiliki kandungan kimia berupa viteksin, casticin, 3,5,7 trimetil quercetagetin, artemetin, 5-metil artemetin, 7-desmetil artemetin, luteolin-7-O-b-D-glukuronid, luteolin 3-O-b-D-glukuronid dan isoorientin, triterpenoid friedelin, b-sitosterol dan b-sitosterol-b-D-glukosida. Daun legundi mengandung flavonoid viteksikarpin, viteosin A dan vitetrifolin. Viteksikarpin merupakan senyawa marker daun legundi yang strukturnya seperti pada gambar . Kadar viteksikarpin untuk ekstrak daun legundi adalah 4,36%.
Gambar 2. Struktur Kimia Viteksikarpin
·         Penelitian Ilmiah
Penelitian yang dilakukan Ikawati et al. (2001) dilaporkan bahwa ekstrak n-heksana maupun etanol daun tanaman tersebut menunjukkan penghambatan pelepasan histamin yang diinduksi IgE pada sel RBL-2H3 (rat basophilic leukemia cell line), analog tumor dari sel mast masing-masing sebesar 80 dan 70 %. Kedua ekstrak daun V. trifolia tidak menunjukkan stimulasi histamin pada sel RBL-2H3 tanpa diinduksi IgE (Spontaneous histamine release). Hal ini mengindikasi bahwa ekstrak daun V. trifolia tidak menginduksi histamin secara spontan, dan dapat menghambat pelepasan histamin in vitro.
Di lain pihak, Shin et al. (2000) meneliti ekstrak air dari buah V. trifolia var.simplicifolia Cham. (Vitex rotundifolia L. f.) terhadap reaksi allergi tipe segera (immediatetype allergic reaction) baik in vitro maupun in vivo. Ekstrak tanaman (10-3 –1,0 mg/ml) tersebut dapat menghambat pelepasan histamin dari sel mast peritoneal tikus yang diinduksi baik dengan compound 48/80 ataupun IgE anti-DNP.. Ekstrak tanaman V. trifolia var. simplicifolia Cham. Diduga mengandung banyak polisakarida anionik dan tanin yang dapat mempengaruhi aktivasi protein-G sehingga dapat menghambat pelepasan histamin. Lebih lanjut, esktrak tersebut juga menghambat produksi tumor necrosis factor alpha (TNF-α) pada sel mast peritoneal tikus yang diinduksi IgE. TNF-α sel mast merupakan mediator penting dalam proses inflammasi. Penelitian in vivo, ekstrak tanaman V. trifolia var. simplicifolia Cham. menghambat reaksi allergi sistemik yang diinduksi compound 48/80 maupun reaksi anafilaksis kutaneus pasif yang diinduksi Ig-E antidinitrofenil (DNP). Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, tanaman V.trifolia dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat anti alergi. Namun demikian masih diperlukan uji farmakologi lebih lanjut maupun fraksinasi maupun isolasi kandungan senyawa aktifnya.
·         Toksisitas
Telah dilakukan penelitian toksisitas akut ekstrak etanol daun legundi ( Vitex trifolia L) pada tikus jantan galur wistar. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan potensi ketoksikan akut (LD5o) ekstrak etanol dari daun legundi, menilai gejala toksik yang timbul dan perkiraan mekanisme toksisitas setelah pemberian ekstrak etanol daun legundi (Vitex trifolia L) secara peroral dengan dosis tunggal. Penelitian dilakukan menggunakan tikus jantan 35 ekor, dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 7 ekor tikus. Kelompok I merupakan kontrol negatif dengan pemberian tween 1%12,5 ml/kgBB. Kelompok II adalah kelompok dosis terendah hasil konversi dari dosis terapi untuk manusia yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji dosis 393,4 mg/kgBB. Kelompok III dosis 786,8 mg/kgBB dan kelompok IV adalah pemberian dosis diatasnya yaitu dosis 1573,6 mg/kgB, dan kelompokV adalah kelompok dosis tertinggi yaitu dosis 3147,2mg/kgBB. Dari uji ketoksikan akut ini pemberian sediaan uji tidak menimbulkan kematian sehingga (LD50) tidak dapat ditentukan. Pada pemberian sediaan uji ekstrak etanol daun legundi secara oral dosis tunggal dari dosis terendah sampai dengan dosis tertinggi tidak memberikan efek toksik yang berarti pada organ jantung, hati, paru, ginjal, limpa, dan lambung. Pada hasil pengamatan histopatologi menunjukkan efek toksik pada hati yaitu degenerasi hidropik dan radang sedangkan pada paru adalah edema (Ratih, 2004).
G.    Farmakologi tanaman legundi sebagai anti-alergi ?
Tanaman legundi bekerja sebagai anti asma dengan cara menghambat pelepasan histamin dari sel mast. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa sel mast berperan penting pada reaksi asma yang mengubungkan IgE dan jalan napas. Saat terjadi serangan asma jumlah sel mast yang berdegranulasi meningkat. Pajanan berulang terhadap allergen menyebabkan terjadiyna ikatan silang antara antigen, IgE dan reseptor Fc pada sel mast, ikatan terebut menghasilkan pelepasan histamine, prostaglandine dan sitokin. Nah disinilah tanaman legundi bekerja yaitu mencegah pelepasan histamine dari sel mast. 


Daftar Pustaka
Agung, E N dan Gemini A. tth. “Medicinal Plant Legundi (Vitex trifolia L.)”.Revew. Yogyakarta: Farmasi UGM

Anonym. 2007.” Pharmaceutical Care”. Binfar Depekes RI

Dipiro, J T.,Talbert L.,Yee, G C.,Matzke, G R. 2008. “Pharmacoteraphy A Phatophysiologic 7th”. United Stated. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Ikawati, Z., 2010. “Pengembangan Formula Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia L.) dan Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Sebagai Fitofarmaka Untuk Anti Alergi”. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Farmasi UGM,

Ratih. 2004. “Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Legundi (Vitex trifolia L Pada Tikus Jantan Galur Wistar”. Skripsi.Yogyakarta: Farmasi Universitas Islam Indonesia

Yuli, 2013. “Inflamasi Allergi Pada Asma”. Catatan Dunia Kedoktern.Vol 40. 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar