a. Definisi
Imunomodulator
Sistem
imun sangat penting bagi tubuh manusia.Tanpa sistem imun kekebalan tubuh
manusia akan sangat lemah dan mudah dihinggapi penyakit. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah penyakit menyerang tubuh kita adalah dengan
melakukan imunisasi. Sistem imunitas tubuh
merupakan suatu sistem yang Sangat kompleks dengan berbagai mekanisme dalam
usaha mempertahankan homeostasis dan kesehataIl tubuh. Secara normal, sistem imunitas
tubuh berfungsi sebagai suatu system pertahanan tubuh terhadap berbagai bahan asing
seperti mikroorganisme patogen dan terhadap sel tubuh yang telah rnengalami transformasi
neoplastik
Imunomodulator
adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas sistem
imun. Imunomodulator dibagi menjadi 3 kelompok: i) imunostimulator, berfungsi
untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun, ii) imunoregulator,
artinya dapat meregulasi sistem imun, dan iii) imunosupresor yang dapat
menghambat atau menekan aktivitas system imun. Kebanyakan tanaman obat yang
telah diteliti membuktikan adanya kerja imunostimulator, sedangkan untuk
imunosupresor masih jarang dijumpai. Pemakaian tanaman obat sebagai
imunostimulator dengan maksud menekan atau mengurangi infeksi virus dan bakteri
intraseluler, untuk mengatasi imunodefisiensi atau sebagai perangsang
pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam sistem imunitas (BLOCK dan MEAD, 2003).
Bahan yang dapat menstimulasi sistem imun disebut biological response
modifiers (BRM), dibagi menjadi dua kelompok yaitu bahan biologis dan sintetik.
Yang termasuk bahan biologis diantaranya adalah sitokin (interferon), hormon
timus dan antibody monoklonal, sedangkan bahan sintetik antara lain adalah
senyawa muramil dipeptida (MDP) dan levamisol (TIZARD, 2000).
Cara kerja imunomodulator meliputi : 1)
mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunrestorasi), 2) memperbaiki
fungsi sitem imun (imunostimulasi) dan 3) menekan respons imun (imunosupresi).
Imunomodulator digunakan terutama pada penyakit imunodefisiensi, infeksi kronis
dan kanker. Pemberian imunostimulan atau imunomodulator sangat diperlukan untuk
mencegah penghancuran sel penolong CD4+ pada pasien AIDS dan kanker. Dalam ilmu
kedokteran, imunitas pada mulanya berarti resistensi relatif terhadap suatu
mikroorganisme. Resistensi terbentuk berdasarkan respon imunologik. Selain
membentuk resistensi terhadap suatu infeksi, respon imun juga dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit. Oleh karena itu pada masa sekarang
ini arti respon imun sudah lebih luas, yang pada dasarnya mencakup pengobatan
maupun pencegahan suatu penyakit yang disebabkan oleh pengaruh faktor dari luar
tubuh atau zat asing. Aktivitas sistem imun dapat menurun karena berbagai
faktor, diantaranya karena usia atau penyakit (Nainggolan, 1990; Kresno, 1996;
dan Baratawidjaja, 2002). Adanya senyawasenyawa kimia yang dapat meningkatkan
aktivitas sistem imun sangat membantu untuk mengatasi penurunan sistem imun dan
senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan.
b. Deskripsi Tanaman
Lidah
Buaya atau Aloe vera merupakan sejenis tanaman berduri yang berasal dari daerah
kering di Benua Afrika. Menurut sejarahnya, lidah buaya dibawa ke Indonesia
oleh bangsa Cina pada abad ke-17. Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas
sebagai tanaman hias, ramuan obat-obat tradisional, dan bahan kecantikan.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman
lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta
sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.Secara umum, lidah buaya merupakan
satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Berdasarkan hasil
penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino,
mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Lidah buaya sering dikenal dengan nama aloe vera atau aloe. Karena
penyebarannya yang cukup luas, lidah buaya memiliki nama lokal yang beragam,
yang jumlahnya mencapa sekitar 75 nama, di antaranya adalah ghai kunwar,
gwar-patha, yaa dam, lou-houey, zambila, dan lain-lain. Kata aloe berasal dari
bahasa Arab ”alloeh” yang artinya zat yang pahit dan berkilau, sedangkan kata
“vera” dianggap dari bahasa Latin yang bermakna kebenaran. Secara spesifik
sebenarnya kata “aloe” menurut badan kesehatan dunia (World Health
Organization) digunakan untuk mendefinisikan hasil pengeringan jus daun Aloe
vera (L.) Burn. F. Atau A. Ferox Mill dari hasil hibridanya. Aloe vera (L.)
Burn. F. Dianggap sinonim dari naman yang sebenarnya, yaitu Aloe barbadensis
Mill. Taksonomi tanaman lidah buaya seperti berikut ini :
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Monocotyledoneae
Famili: Liliales
Ordo: Liliaceae
Genus: Aloe
Spesies: Aloe vera
c. Morfologi Tanaman
Tanaman
lidah buaya sangat mudah dikenali. Tanaman menyerupai kaktus tersebut merupakan
jenis sukulen atau banyak mengandung cairan. Lidah buaya merupakan tumbuhan yang
dapat hidup di tempat yang bersuhu tinggi atau ditanam di pekarangan rumah
sebagai tanaman hias. Ciri-ciri tanaman lidah buaya, antara lain daunnya agak
runcing berbentuk taji, tebal, getas, tepinya bergerigi/ berduri kecil; permukaan
berbintik - bintik dengan panjang 15-36 cm dan lebar 2-6 cm.a.Batang Tanaman
Lidah buaya atau Aloe vera berbatang pendek dan kecil yang dikelilingi oleh
pelepah daun. Batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang
rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Melalui batang ini akan muncul
tunas-tunas yang selanjutnya menjadikan anakan. Lidah buaya yang bertangkai
panjang juga muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun. Lidah
buaya tidak mempunyai cabang. Batang lidah buayajuga dapat disetek untuk
perbanyakan tanaman. b.Daun Daun tanaman lidah buayaberbentuk pita dengan
helaian yang memanjang. Daun lidah buaya melekat dari bagian bawah batu satu
dengan yang lain berhadap-hadapan membentuk struktur khas yang disebut roset.
Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat
sukulen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir (gel)
yang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Bentuk daunnya menyerupai
pedang dengan ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan duri lemas
dipinggirnya. Panjang daun dapat mencapai 50 –75 cm, dengan berat 0,5 kg –1 kg,
daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf. Pada tepi daun terdapat
duri yang tidak terlalu keras, warna daunnya berwarna hijau, dan pada daun yang
masih muda terdapat bercak-bercak putih.
d. Etnobotani
Pengobatan tradisional telah lama dikenal dan dipraktekan
oleh masyarakat terutama bahan-bahan dari tanaman. Berkembangnya tren gaya
hidup back to nature telah meningkatkan popularitas obat tradisional yang telah
dikenal secara turun temurun untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Tanaman lidah
buaya berkembang digunakan sebagai pengobatan di kawasan afrika sebagai obat demam. Ramuan jamu-jamuan dicampur
dengan tanaman lidah buaya banyak digunakan sebagai zat untuk memperhalus dan
memperlembut rambut.
Tanaman lidah buaya telah lama digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai penambah nafsu makan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Cara
masyarakat meramu tanaman lidah buaya yang selanjutnya digunakan sebagai obat
tersebut dengan mengambil 5-6 helai daun tanaman dan selanjutnya direbus. Air
hasil rebusan diminum satu kali sehari.
e. Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Imunomodulator
Dilaporkan
bahwa ekstrak berupa gel mengandung zat aktif monosakarida dan polisakarida (terutama
dalam bentuk mannosa) yang disebut acemannan (acetylated mannose), mempunyai
efek pada sistem imunitas tubuh hewan. Penelitian in vitro dan in
vivo tanaman ini juga telah banyak dilakukan, terutama pada model hewan
coba dan diketahui bahwa Aloe vera memiliki efek dan khasiat sebagai
antikanker, antiinflamasi, antidiabetik, antimikroba dan antioksidan (KAUFMAN,
1999). Penambahan gel lidah buaya juga terbukti efektif sebagai zat antibiotik
dengan menurunkan populasi bakteri aerobik (PASARIBU et al., 2005).
Pemberian
acemanan secara in vitro dapat meningkatkan fagositosis, aktivitas killing
terhadap sel target Candida albicans. Stimulasi acemannan terhadap
makrofag terjadi melalui reseptor mannosa yang terdapat di permukaan sel
makrofag. Acemannan meningkatkan aktivitas makrofag dari sistem imun sistemik
terutama dalam darah dan limpa serta meningkatkan produksi makrofag (DJERABA dan
QUERE, 2000). Fraksi karbohidrat dari gel Aloe vera (acemannan) dapat
meningkatkan produksi IL-12 dan maturasi dari sel dendritik sehingga sel
dendritik sebagai antigen presenting cell (APC) dapat meningkatkan
ekspresi molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas II (LEE et
al., 2001), dengan demikian fungsi limfosit ThCD4+ menjadi optimal. Dalam
penelitian diketahui, bahwa sel ThCD4+ berperan penting pada mekanisme efektor.
Sel-sel efektor berfungsi memproduksi dan melepas sitokin (sel Th), sel
yang membunuh virus dan mikroba (sel NK/natural killer dan makrofag),
sel yang membunuh sel yang terinfeksi (CTL/cytotoxic cells) atau melepas
antibodi (sel B yang berdiferensiasi) (WIEDOSARI, 2007).
Dari
uraian di atas setidaknya menggambarkan bahwa zak aktif acemannan yang
dikandung lidah buaya dapat berfungsi sebagai imunomodulator dengan meningkatkan
fungsi dan aktivitas sistem imun yang cenderung berpolarisasi ke arah Th1.
Respon ini ditunjukkan dengan meningkatkan aktivitas sel makrofag dan sel
dendritik sebagai antigen presenting cells (APC) (DJERABA dan QUERE, 2000;
LEE et al., 2001). Acemannan meningkatkan aktivitas makrofag dilakukan
melalui reseptor manosa yang terdapat di permukaan selnya, sedangkan terhadap
sel dendritik melalui peningkatan ekspresi molekul MHC kelas II. Respon ini
memacu transkripsi ke dua gen APC tersebut untuk memproduksi IL-12, yang
akhirnya memacu diferensiasi sel ThCD4+ menjadi sel efektor Th1 dan memproduksi
IFN- γ. Selanjutnya IFN- γ berperan dalam fungsi kritis imunitas nonspesifik
dan spesifik, yaitu mengaktifkan makrofag, merangsang ekspresi MHC kelas I dan
II APC, merangsang efek sitolitik sel natural killer (NK) dalam melisis
sel-sel yang terinfeksi virus dan bekerja terhadap sel B dalam switching subkelas
IgG yang berpartisipasi dalam eliminasi mikroba (WIEDOSARI, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Block, K.I. And
M.N. Mead. 2003. Immune system effects of Echinacea, Ginseng and Astragalus: A
review. Integrative cancer therapies. 2(3): 247 – 267.
Djeraba, A. And
P. Quere. 2000. In vivo macrophage activation in chickens with cemannan, a complex carbohydrate extracted
from Aloe vera. Int. J. Immunopharmacol. 22: 365 – 372.
Kaufmann, P.B. 1999.
Natural Product from plants, CRCPress, New York, pp. 172 – 184.
Kaufmann, S.H. 1993.
Immunity to intracellular bacteria.Annu. Rev. Immunol. 11: 129 – 163.
Lee, J.K., M.K.
Yuna And C.K. Lee. 2001. Acemannan purified from Aloe vera induces
phenotypic and functional maturation of immature dendritic cells. Int J.
Immunopharmacol. 1(7): 1275 – 1284.
Pasaribu, T.,
A.P. Sinurat Dan T. Purwadaria. 2005. Efektivitas bioaktif lidah buaya (Aloe
vera barbadensis) di tingkat peternak komersial. Pros. Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan,
Bogor. hlm. 727 – 732.
Tizard, I.R.
2000. Immunology: An Introduction. 6th Ed. New York: Saunders College
Publishing. pp. 98 – 161.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar