Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Januari 2014

Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Imunomodulator



a.       Definisi Imunomodulator
Sistem imun sangat penting bagi tubuh manusia.Tanpa sistem imun kekebalan tubuh manusia akan sangat lemah dan mudah dihinggapi penyakit. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit menyerang tubuh kita adalah dengan melakukan imunisasi. Sistem  imunitas tubuh merupakan suatu sistem yang Sangat kompleks dengan berbagai mekanisme dalam usaha mempertahankan homeostasis dan kesehataIl tubuh. Secara normal, sistem imunitas tubuh berfungsi sebagai suatu system pertahanan tubuh terhadap berbagai bahan asing seperti mikroorganisme patogen dan terhadap sel tubuh yang telah rnengalami transformasi neoplastik
Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas sistem imun. Imunomodulator dibagi menjadi 3 kelompok: i) imunostimulator, berfungsi untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun, ii) imunoregulator, artinya dapat meregulasi sistem imun, dan iii) imunosupresor yang dapat menghambat atau menekan aktivitas system imun. Kebanyakan tanaman obat yang telah diteliti membuktikan adanya kerja imunostimulator, sedangkan untuk imunosupresor masih jarang dijumpai. Pemakaian tanaman obat sebagai imunostimulator dengan maksud menekan atau mengurangi infeksi virus dan bakteri intraseluler, untuk mengatasi imunodefisiensi atau sebagai perangsang pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam sistem imunitas (BLOCK dan MEAD, 2003). Bahan yang dapat menstimulasi sistem imun disebut biological response modifiers (BRM), dibagi menjadi dua kelompok yaitu bahan biologis dan sintetik. Yang termasuk bahan biologis diantaranya adalah sitokin (interferon), hormon timus dan antibody monoklonal, sedangkan bahan sintetik antara lain adalah senyawa muramil dipeptida (MDP) dan levamisol (TIZARD, 2000).
Cara kerja imunomodulator meliputi : 1) mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunrestorasi), 2) memperbaiki fungsi sitem imun (imunostimulasi) dan 3) menekan respons imun (imunosupresi). Imunomodulator digunakan terutama pada penyakit imunodefisiensi, infeksi kronis dan kanker. Pemberian imunostimulan atau imunomodulator sangat diperlukan untuk mencegah penghancuran sel penolong CD4+ pada pasien AIDS dan kanker. Dalam ilmu kedokteran, imunitas pada mulanya berarti resistensi relatif terhadap suatu mikroorganisme. Resistensi terbentuk berdasarkan respon imunologik. Selain membentuk resistensi terhadap suatu infeksi, respon imun juga dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit. Oleh karena itu pada masa sekarang ini arti respon imun sudah lebih luas, yang pada dasarnya mencakup pengobatan maupun pencegahan suatu penyakit yang disebabkan oleh pengaruh faktor dari luar tubuh atau zat asing. Aktivitas sistem imun dapat menurun karena berbagai faktor, diantaranya karena usia atau penyakit (Nainggolan, 1990; Kresno, 1996; dan Baratawidjaja, 2002). Adanya senyawasenyawa kimia yang dapat meningkatkan aktivitas sistem imun sangat membantu untuk mengatasi penurunan sistem imun dan senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan.
b.      Deskripsi Tanaman
Lidah Buaya atau Aloe vera merupakan sejenis tanaman berduri yang berasal dari daerah kering di Benua Afrika. Menurut sejarahnya, lidah buaya dibawa ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17. Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas sebagai tanaman hias, ramuan obat-obat tradisional, dan bahan kecantikan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Lidah buaya sering dikenal dengan nama aloe vera atau aloe. Karena penyebarannya yang cukup luas, lidah buaya memiliki nama lokal yang beragam, yang jumlahnya mencapa sekitar 75 nama, di antaranya adalah ghai kunwar, gwar-patha, yaa dam, lou-houey, zambila, dan lain-lain. Kata aloe berasal dari bahasa Arab ”alloeh” yang artinya zat yang pahit dan berkilau, sedangkan kata “vera” dianggap dari bahasa Latin yang bermakna kebenaran. Secara spesifik sebenarnya kata “aloe” menurut badan kesehatan dunia (World Health Organization) digunakan untuk mendefinisikan hasil pengeringan jus daun Aloe vera (L.) Burn. F. Atau A. Ferox Mill dari hasil hibridanya. Aloe vera (L.) Burn. F. Dianggap sinonim dari naman yang sebenarnya, yaitu Aloe barbadensis Mill. Taksonomi tanaman lidah buaya seperti berikut ini :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXvKeAQYiVMSgFU2n4rSWtY5nfKtSmj3pUV514apXP7fbe8uJ8cCc1EJyd9mDaugrdXfdAIpAVGrjIO7P_jofQDvkjvXb_wgJpdf2q1Yu28vyyqgwSABVuQKU9uK1vWQVlhvSWD3mvb1pT/s320/Aloe-Gel-an-extract-from-the-Aloe-Vera-plant.jpg
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Monocotyledoneae
Famili: Liliales
Ordo: Liliaceae
Genus: Aloe
Spesies: Aloe vera



c.    Morfologi Tanaman

Tanaman lidah buaya sangat mudah dikenali. Tanaman menyerupai kaktus tersebut merupakan jenis sukulen atau banyak mengandung cairan. Lidah buaya merupakan tumbuhan yang dapat hidup di tempat yang bersuhu tinggi atau ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Ciri-ciri tanaman lidah buaya, antara lain daunnya agak runcing berbentuk taji, tebal, getas, tepinya bergerigi/ berduri kecil; permukaan berbintik - bintik dengan panjang 15-36 cm dan lebar 2-6 cm.a.Batang Tanaman Lidah buaya atau Aloe vera berbatang pendek dan kecil yang dikelilingi oleh pelepah daun. Batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya menjadikan anakan. Lidah buaya yang bertangkai panjang juga muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun. Lidah buaya tidak mempunyai cabang. Batang lidah buayajuga dapat disetek untuk perbanyakan tanaman. b.Daun Daun tanaman lidah buayaberbentuk pita dengan helaian yang memanjang. Daun lidah buaya melekat dari bagian bawah batu satu dengan yang lain berhadap-hadapan membentuk struktur khas yang disebut roset. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir (gel) yang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Bentuk daunnya menyerupai pedang dengan ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang daun dapat mencapai 50 –75 cm, dengan berat 0,5 kg –1 kg, daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf. Pada tepi daun terdapat duri yang tidak terlalu keras, warna daunnya berwarna hijau, dan pada daun yang masih muda terdapat bercak-bercak putih.

d.   Etnobotani
Pengobatan tradisional telah lama dikenal dan dipraktekan oleh masyarakat terutama bahan-bahan dari tanaman. Berkembangnya tren gaya hidup back to nature telah meningkatkan popularitas obat tradisional yang telah dikenal secara turun temurun untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Tanaman lidah buaya berkembang digunakan sebagai pengobatan di kawasan afrika sebagai  obat demam. Ramuan jamu-jamuan dicampur dengan tanaman lidah buaya banyak digunakan sebagai zat untuk memperhalus dan memperlembut rambut.
Tanaman lidah buaya telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai penambah nafsu makan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Cara masyarakat meramu tanaman lidah buaya yang selanjutnya digunakan sebagai obat tersebut dengan mengambil 5-6 helai daun tanaman dan selanjutnya direbus. Air hasil rebusan diminum satu kali sehari.

e.    Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Imunomodulator
Dilaporkan bahwa ekstrak berupa gel mengandung zat aktif monosakarida dan polisakarida (terutama dalam bentuk mannosa) yang disebut acemannan (acetylated mannose), mempunyai efek pada sistem imunitas tubuh hewan. Penelitian in vitro dan in vivo tanaman ini juga telah banyak dilakukan, terutama pada model hewan coba dan diketahui bahwa Aloe vera memiliki efek dan khasiat sebagai antikanker, antiinflamasi, antidiabetik, antimikroba dan antioksidan (KAUFMAN, 1999). Penambahan gel lidah buaya juga terbukti efektif sebagai zat antibiotik dengan menurunkan populasi bakteri aerobik (PASARIBU et al., 2005).
Pemberian acemanan secara in vitro dapat meningkatkan fagositosis, aktivitas killing terhadap sel target Candida albicans. Stimulasi acemannan terhadap makrofag terjadi melalui reseptor mannosa yang terdapat di permukaan sel makrofag. Acemannan meningkatkan aktivitas makrofag dari sistem imun sistemik terutama dalam darah dan limpa serta meningkatkan produksi makrofag (DJERABA dan QUERE, 2000). Fraksi karbohidrat dari gel Aloe vera (acemannan) dapat meningkatkan produksi IL-12 dan maturasi dari sel dendritik sehingga sel dendritik sebagai antigen presenting cell (APC) dapat meningkatkan ekspresi molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas II (LEE et al., 2001), dengan demikian fungsi limfosit ThCD4+ menjadi optimal. Dalam penelitian diketahui, bahwa sel ThCD4+ berperan penting pada mekanisme efektor. Sel-sel efektor berfungsi memproduksi dan melepas sitokin (sel Th), sel yang membunuh virus dan mikroba (sel NK/natural killer dan makrofag), sel yang membunuh sel yang terinfeksi (CTL/cytotoxic cells) atau melepas antibodi (sel B yang berdiferensiasi) (WIEDOSARI, 2007).
Dari uraian di atas setidaknya menggambarkan bahwa zak aktif acemannan yang dikandung lidah buaya dapat berfungsi sebagai imunomodulator dengan meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun yang cenderung berpolarisasi ke arah Th1. Respon ini ditunjukkan dengan meningkatkan aktivitas sel makrofag dan sel dendritik sebagai antigen presenting cells (APC) (DJERABA dan QUERE, 2000; LEE et al., 2001). Acemannan meningkatkan aktivitas makrofag dilakukan melalui reseptor manosa yang terdapat di permukaan selnya, sedangkan terhadap sel dendritik melalui peningkatan ekspresi molekul MHC kelas II. Respon ini memacu transkripsi ke dua gen APC tersebut untuk memproduksi IL-12, yang akhirnya memacu diferensiasi sel ThCD4+ menjadi sel efektor Th1 dan memproduksi IFN- γ. Selanjutnya IFN- γ berperan dalam fungsi kritis imunitas nonspesifik dan spesifik, yaitu mengaktifkan makrofag, merangsang ekspresi MHC kelas I dan II APC, merangsang efek sitolitik sel natural killer (NK) dalam melisis sel-sel yang terinfeksi virus dan bekerja terhadap sel B dalam switching subkelas IgG yang berpartisipasi dalam eliminasi mikroba (WIEDOSARI, 2007).





DAFTAR PUSTAKA
Block, K.I. And M.N. Mead. 2003. Immune system effects of Echinacea, Ginseng and Astragalus: A review. Integrative cancer therapies. 2(3): 247 – 267.

Djeraba, A. And P. Quere. 2000. In vivo macrophage activation in chickens with  cemannan, a complex carbohydrate extracted from Aloe vera. Int. J. Immunopharmacol. 22: 365 – 372.

Kaufmann, P.B. 1999. Natural Product from plants, CRCPress, New York, pp. 172 – 184.

Kaufmann, S.H. 1993. Immunity to intracellular bacteria.Annu. Rev. Immunol. 11: 129 – 163.

Lee, J.K., M.K. Yuna And C.K. Lee. 2001. Acemannan purified from Aloe vera induces phenotypic and functional maturation of immature dendritic cells. Int J. Immunopharmacol. 1(7): 1275 – 1284.

Pasaribu, T., A.P. Sinurat Dan T. Purwadaria. 2005. Efektivitas bioaktif lidah buaya (Aloe vera barbadensis) di tingkat peternak komersial. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 727 – 732.

Tizard, I.R. 2000. Immunology: An Introduction. 6th Ed. New York: Saunders College Publishing. pp. 98 – 161.

Wiedosari, E. 2007. Peranan Imunomodulator Alami (Aloe Vera) Dalam Sistem Imunitas Seluler Dan Humoral. Wartazoa Vol. 17 No. 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar