ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT
A.
Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan
ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan proses dan teknik pemisahan kurkumin
dari kunyit secara kromatografi serta sifat-sifat kurkumin.
B.
Landasan Teori
Kunyit (Curcuma) merupakan
tanaman rempah yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti India, Cina,
Malaysia, dan Indonesia.Kunyit memiliki banyak manfaat, selain sebagai bumbu
dapur dan pewarna makanan, kunyit juga digunakan sebagai bahan baku obat.
Kunyit mengandung beberapa komponen yang bersifat sebagai antioksidan dan
antibakteri (Aggarwal et al., 2006).
Salah satu cara pengambilan
kurkumin dari rimpangnya adalah dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan
salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum
ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi zat dari
suatu zat dengan penambahan pelarut tertentu untuk mengeluarkan komponen
campuran dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi padat yang
diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat
lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika solute
dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan (Wahyuni, et al., 2004).
Kurkumin di alam terdapat dalam dua bentuk
tautomer, keto dan enol. Substituen pendorong dan penarik elektron berpengaruh
pada stabilisasi tautomer keto-enol krkumin dan turunannya (Supardjan, 1999;
Istiyastono et al., 2003). Gugus dengan sifat pendorong elektron cenderung
menstabilkan tautomer keto, sedangkan gugus penarik elektron cenderung
menstabilkan tautomer bentuk enol. Bentuk tautomer tersebut berpengaruh
terhadap sebaran muatan parsial positif struktur kurkumin dan turunannya (lihat
gambar 1). Semakin bertambah sebaran muatan parsial positif, menunjukkan
aktivitas yang semakin meningkat. Stabilisasi struktur keto bertanggung jawab
terhadap peningkatan aktivitas turunan kurkumin (Supardjan dan Muhammad Da’i,
2005).
C.
Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang
digunakan pada percobaan ini yaitu :
·
Satu set alat refluks
·
Corong
Buchner (penyaring vakum)
·
Alat
destilasi
·
Penangas
air
·
Kolom
kromatografi
·
Pipa
kapiler
·
Chamber
KLT
·
Lampu
UV
·
Gelas
kimia
·
evaporator
2. Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu :
·
Rimpang
kunyit kering
·
Diklorometan
·
Heksan
·
Methanol
·
Silika gel
·
Plat KLT
·
Plat KLT preparative
D.
Prosedur Kerja
|
E.
Hasil Pengamatan
No.
|
Variabel yang Diamati
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kunyit kering
Direfluks kurang lebih 1
jam menggunakan pelarut diklorometan 50 ml.
Dievaporasi
Residu dikromatografi
menggunakan kromatografi grafitasi.
10 fraksi dan campuran dari
semua fraksi dianalisis menggunakan KLT dengan eluen CH2Cl2
: MeOH = 97 : 3
|
± 20
gram
Ekstrak kunyit berwarna kuning
Residu
Menghasilkan 10 fraksi
Menghasilkan 13 noda pada pelat KLT
|
|
|
F. Pembahasan
Kunyit adalah
jenis tumbuhan rimpang dengan warna kuning kemerah-merahan pada rimpangnya. Di dalam
kunyit telah diketahui mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin
adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman kunyit (Curcuma
longa). Zat ini adalah
polifenol dengan rumus kimia C21H20O6.
Kurkumin dapat memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur
keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Senyawa ini memiliki rumus molekul 2
gugus vinilguaiacol yang saling dihubungkan dengan rantai alfa beta diketon. Sejauh ini
senyawa yang paling banyak diisolasi dari kunyit adalah kurkumin (1,7-bis (4’-
hidroksi- 3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion). Kurkumin
dikabarkan memiliki kemampuan sebagai anti tumor dan antioksidan.
Pada percobaan
ini sebelum dilakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan proses preparasi
sampel. Kunyit yang
digunakan berbentuk serbuk halus, agar mempermudah pemisahan kurkumin dari
kunyit dan hasil yang akan diperoleh lebih maksimal. Kurkumin diekstraksi dengan cara
refluks. Proses refluks
dilakukan dengan menggunakan diklorometan yang bersifat nonpolar, hal ini
karena kurkumin bersifat nonpolar. Jadi senyawa yang bersifat nonpolar dipisahkan
terlebih dahulu. setelah itu
filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan
cara evaporasi. Evaporasi yaitu proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya
dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat. Dengan
bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang
ditampung dalam labu alas bulat.
Isolasi
kurkumin dari rimpang kunyit pada percobaan ini dilakukan dengan metode
kromatografi kolom gravitasi dan kromatografi lapis tipis. Metode kromatografi
kolom bertujuan untuk memisahkan kurkumin murni beserta eluennya dan KLT
bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan kurkumin dalam fraksi.
Mekanisme
kerja dari kromatografi kolom gravitasi adalah pemisahan suatu senyawa dalam
kolom kromatografi dengan silika gel sebagai fasa diam dan campuran pelarut
polar-nonpolar sebagai fasa gerak yang akan mengelusi sampel, eluen bergerak
turun dan mengelusi sampel digerakkan oleh gaya grafitasi bumi. Eluen yang
digunakan dalam percobaan ini adalah campuran 1,2-dikloroetan-metanol dengan
perbandingan 99:1. Metanol bersifat polar dan 1,2-dikloroetan bersifat non
polar. Eluen akan mengelusi sampel kunyit dan membawa senyawa bersamanya menuju
wadah eluat (keluar dari kolom), fasa diam (silika gel) memiliki daya adsorbsi
yang cukup besar, sehingga ketika eluen yang membawa sampel melewati fasa diam
akan terbentuk fraksi-fraksi warna yang berbeda. Fraksi warna yang berbeda ini
menunjukkan perbedaan senyawa atau zat aktif yang dipisahkan dari setiap
fraksi. Semakin pekat warna fraksi, maka semakin banyak senyawa atau zat aktif
yang terpisahkan dalam fraksi tersebut.
Pada dasarnya
kurkumin banyak terdapat pada kunyit, sehingga dapat dipastikan dari setiap
fraksi yang diperoleh memiliki kandungan kurkumin. Untuk menguji keberadaan
kurkumin maka dilakukan metode pemisahan dengan kromatografi lapis tipis. Eluen
yang digunakan untuk mengelusi sampel pada KLT ini sama dengan eluen yang
digunakan dalam kromatografi kolom, yaitu campuran 1,2-dikloroetan-metanol
dengan perbandingan 99:1. Eluen yang digunakan haruslah jenuh agar dapat
memisahkan sampel dengan baik, eluen akan mengelusi sampel pada plat KLT ke
arah atas akibat gaya kapilaritas silika gel. Dari hasil pembacaan noda pada
plat KLT yang telah dibasahi oleh CeSO4 dan dikeringkan dalam oven, diketahui
terdapat 13 noda yang terbentuk (lihat data pengamatan). Dengan membandingkan
jarak noda dan jarak pelarut maka akan didapatkan nilai Rf dari masing-masing
noda tersebut.
G.
Kesimpulan
Dari
percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui kandungan
yang terdapat dalam suatu sampel dapat dilakukan pemisahan dengan kromatografi
kolom yang dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis untuk memperoleh suatu
pemisahan senyawa yang murni dengan sistem ”like
disolves like”.
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, B. B., Sundaram, C., Malani, N. and H.
Ichikawa. 2006. Curcumin: The Indian Solid
Gold. SVNY332-Aggarwal. p: 1-76
Istiyasono, E.P., Supardjan, A.M., dan Pramono, H.D., 2003, Tautomeri Keto-Enol Kurkumin dan Beberapa Turunan Kurkumin Tersubstitusi pada
C-4, Suatu Kajian Pendekatan
Kimia Komputasi, Majalah Farmasi Indonesia 14(3):107-133.
Supardjan, A.M. 1999. Synthesis and Anti-Inflammatory Activity of Some 4-
Substitued Curcumin Derivatives. Disertastion. Gadjah Mada Univesrity.
Wahyuni,
A. Hardjono dan P.H. Yamrewav, 2004. “ Ekstraksi Kurkumin Dari Kunyit”. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia
Dan Proses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar