BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo dan dilaksanakan mulai bulan Oktober
2013 – Desember 2013.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu: satu set alat destilasi (Duran-Germany), penguap berputar vakum/ vacuum rotary evaporator (IKA-Werke
RV 05 Germany), oven (Gallenkamp
Civilab-Australia), timbangan analitik (Explorer
Ohaus), plat KLT, pipet tetes, botol plakon, kertas saring biasa dan whatman No.1, wadah plastik (jerigen), wadah
kaca (Topeles), pisau, lampu UV (Srahlen
Germany), chamber, kaca, cutter, spatula, pinset, mistar,
aluminium foil, penotol/pipa kapiler, gelas ukur (Pyrex), hot plate, kuvet, spektronik 20D dan
spektrofotometer IR.
3.2.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan
ini rimpang jahe (Zingiber officinales),
rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza),
buah pare (Momordica chanrantia L),
rimpang lengkuas (Languas galanga),
seledri (Apium graveolens), daun
jambu biji (Psidium guajava), baku
kurkumin, metanol (teknis), etanol (teknis), etil asetat (teknis), n-heksana
(teknis), diklorometan (teknis), kloroform p.a (E. Merck), silika gel 60 GF254 p.a (E. Merck), akuades, serium sulfat (CeSO4) 2% dalam H2SO4
2%., dan Kalium Bromida(KBr).
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penyiapan Simplisia
Tanaman
obat yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian adalah
:
1)
Seledri (Apium graveolnes)
Bahan baku tanaman
seledri diperoleh dari desa SP 5 kecamatan Palangga, Konawe selatan. Tanaman in
merupakan tanaman budidaya.
· Pemanenan: waktu pemanenan seledri dilakukan pada tanggal 19
oktober 2013, pukul 16.15 WITA, umur tanaman sekitar 3 bulan dan diambil dari bagian pelepah sampai ke daun
dengan cara manual yaitu dipetik menggunakan tangan.
· Sortasi basah: sortasi basah dilakukan dengan memisahkan
bagian tanaman yang bagus dan tanaman yang sudah tidak bagus lagi.
· Pencucian: tanaman dicuci dengan menggunakan air mengalir
dan dibersihkan dari tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada tanaman
seledri.
· Penirisan/pengeringan:Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak
pengering selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali
penyortiran
· Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris
tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan
secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun
dengan mesin pemotong/ perajang. Setelah itu ditimbang, setengah dari simplisia
ini kemudian dikeringkan.
· Pengeringan daun seledri dilakukan dengan menjemur tanaman dengan menutupinya menggunakan kain
hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari
cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan ini dilakukan selama 3 hari, dan setelah
kering ditimbang.
· Sortasi kering
dilakukan memisahkan simplisia dengan debu krikil dan benda lain.
Setelah itu sampel ditimbang.
2)
Jahe (Zingiber officinales)
Bahan baku tanaman
temulawak diperoleh dari desa Sumber Sari kecamatan Moramo. Tanaman ini
merupakan tanaman Budidaya.
· Pemanenan: pemanenan tanaman jahe dilakukan pada umur 10
bulan pada musim kemarau pukul 08.00 WITA. Tanaman jahe diambil rimpangnya
dengan cara menggali tanah dengan alat besi (Cangkul) tanpa menyentuh rimpang
tanaman dan menarik batang tanaman. Rimpang temulawak yang tersisa ditanah
diambil dan dikumpulkan.
· Sortasi basah: sortasi basah dilakukan dengan memisahkan
rimpang jahe dengan tanahdan bagian rimpang yang busuk.
· Pencucian: Rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir
dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang.
· Penirisan/pengeringan:Setelah pencucian, bahan langsung
ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan
selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran
· Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris
tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan
secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan
mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice.Setelah itu
rimpang ditimbang, setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan.
· Pengeringan rimpang temulawak dilakukan dengan menjemur tanaman
dengan menutupi rimpang menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung
dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain .
Pengeringan inidilakukan selama 5 hari, dan setelah kering ditimbang.
· Sortasi kering
dilakukan memisahkan simplisia dengan debu krikil dan benda lain.
Setelah itu sampel ditimbang.
3)
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
Bahan baku tanaman
temulawak diperoleh dari desa Wonua Sari kecamatan Mowila Konawe selatan.
Tanaman ini merupakan tanaman liar yang tumbuh di perkebunan.
· Pemanenan: Tanaman temulawak diambil rimpangnya dengan cara
menggali tanah dengan alat besi(linggis dan Cangkul) tanpa menyentuh rimpang
tanamn dan menarik batang tanaman.
Rimpang temulawak yang tersisa ditanah diambil dan dikumpulkan.
· Sortasi basah: sortasi basah dilakukan dengan memisahkan
rimpang temulawak dengan tanahdan bagian rimpang yang busuk.
· Pencucian: Rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir
dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang.
· Penirisan/pengeringan:Setelah pencucian, bahan langsung
ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan selama
beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran
· Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris
tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan
secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan
mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice.Setelah itu
rimpang ditimbang, setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan.
· Pengeringan rimpang temulawak dilakukan dengan
menjemurtanaman dengan menutupi rimpang menggunakan kain hitam. Sehingga tidak
terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan
senyawa lain. Pengeringan inidilakukan selama 5 hari, dan setelah kering
ditimbang.
· Sortasi kering
dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain.
Setelah itu sampel ditimbang.
4)
Pare (Momordica chanrantia)
Bahan baku tanaman
temulawak diperoleh dari desa Kusambi kecamatan Kusambi, Raha. Tanaman ini
merupakan tanaman budidaya dengan umur panen 2 bulan.
·
Pemanenan: Pemanenan
buah pare pada pagi hari pukul 08.10.Buah pare diambil dengan cara manual yaitu
dipetik dengan tangan.
· Sortasi basah: sortasi basah dilakukan dengan memisahkan buah
yang berbeda warnanya serta memisahkan antara buah yang layak dan busuk.
· Pencucian: buah pare dicuci dengan menggunakan air mengalir.
· Penirisan/pengeringan:Setelah pencucian, bahan langsung
ditiriskan di rak-rak pengering. Penjemuran buah dilakukan selama
beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran
· Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris
tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan
secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan
mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice.Setelah itu
rimpang ditimbang, setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan.
· Pengeringan buah pare dilakukan dengan menjemur tanaman di
bawah sinar matahari dengan menutupinya menggunakan kain hitam. Sehingga tidak
terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan
senyawa lain . Pengeringan ini dilakukan selama 2 hari, dan setelah kering
ditimbang.
· Sortasi kering
dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain.
Setelah itu sampel ditimbang.
5)
Lengkuas (Languas galanga)
Bahan baku tanaman
temulawak diperoleh dari desa Sumber Sari kecamatan Moramo, Konawe selatan.
Tanaman ini merupakan tanaman liar yang tumbuh di perkebunan.
· Pemanenan: pemanenan tanaman lengkuas dilakukan pada pukul
16.00 WITA. Tanaman Lengkuas diambil rimpangnya dengan cara menggali tanah
dengan alat besi (linggis dan Cangkul) tanpa menyentuh rimpang tanaman dan menarik batang tanaman. Rimpang temulawak
yang tersisa ditanah diambil dan dikumpulkan.
· Sortasi basah: sortasi basah dilakukan dengan memisahkan
rimpang lengkuas dengan tanah dan bagian rimpang yang busuk.
· Pencucian: Rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir
dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang.
· Penirisan/pengeringan:Setelah pencucian, bahan langsung
ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan selama
beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran
· Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris
tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan
secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan
mesin pemotong/perajang. Bentuk irisan split atau slice.Setelah itu
rimpang ditimbang, setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan.
· Pengeringan rimpang temulawak dilakukan dengan menjemur tanaman
dengan menutupi rimpang menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung
dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain .
Pengeringan inidilakukan selama 5 hari, dan setelah kering ditimbang.
· Sortasi kering dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu
krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.
6)
Jambu Biji (Psidium guajava)
Bahan baku tanaman
seledri diperoleh dari desa Ponggaluku kecamatan Lainea Konawe selatan. Tanaman
ini merupakan tanaman liar yang tumbuh di pekarangan rumah warga.
· Pemanenan: pemanenan dilakukan pukul 16.00 WITA. Tanaman
jambu biji diambil bagian daunnya dengan cara manual yaitu dipetik menggunakan
tangan.
· Sortasi basah: sortasi basah dilakukan dengan memisahkan
daun jambu biji yang berlubang-lubang karena dimakan ulat dengan daun jambu
yang bagus.
· Pencucian: Daun dicuci dengan menggunakan air mengalir.
· Penirisan/pengeringan:Setelah pencucian, bahan langsung
ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan selama
beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran
· Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris
tanaman menjadi ukuran yang lebih kecil dengan ukuran yang sama. Perajangan
bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees
ataupun dengan gunting. Bentuk Setelah itu rimpang ditimbang, setengah
dari simplisia in kemudian dikeringkan.
· Pengeringan daun jambu biji dilakukan dengan menjemur tanaman dengan menutupi menggunakan kain
hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari
cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan ini dilakukan selama 1 hari, dan setelah
kering ditimbang.
· Sortasi kering dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu
krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.
3.3.2 Ekstraksi
Ekstraksi
dilakukan pada 2 simplisia yaitu simplisia Segar dan simplisia kering.Pembuatan
ekstrak seledri menggunakan metode maserasi.simplisiaseledri direndam selama
3x24 jam dengan pelarut metanol. Selama perendaman, campuran ini diaduk setiap
3 jam dalam kurun waktu 24 jam. Kemudian campuran disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Setelah
itu filtrat ekstraksi dipisahkan kembali dengan penguapan menggunakan pompa
vakum evaporator pada suhu 680C. Masing masing simplisia diberi
perlakuan yang sama.
3.3.3 Penentuan profil Kromatografi Lapis Tipis
Semua ekstrak sampel basah maupun kering kecuali
daun jambu biji dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT) untuk melihat pola
noda senyawa yang terkandung dalam ekstrak menggunakan fasa gerak dengan sistem
pelarut yang berbeda-beda. Fasa gerak seledri yaitu etil asetat:metanol:air
(10:1:1), jahe (n-heksan:eter (4:6)), temulawak (kloroform:metanol (9:1)), pare
(n-heksan:etil asetat (8:2)), lengkuas (toluen:etil asetat (93:7)). Analisis
hasil pemisahan KLT menggunakan lampu UV dan pereaksi penampak noda serium
sulfat 2% dalam H2SO4 2%.
3.3.4 Penentuan kadar Senyawa Kurkumin
1.
Pembuatan baku
kurkumin
Baku kurkumin ditimbang 10 mg dan
dilarutkan dalam etanol 100 ml sehingga didapatkan larutan baku 100 ppm.
Selanjutnya diambil 5 ml dan diencerkan dengan etanol dalam labu takar 50 ml
sampai tanda tera. Divariasikan konsentrasinya 1,2,3,4,5 untuk pembuatan baku
standar yang ditambahkan hingga 10 ml didalam tabung reaksi masing-masing.
Diukur absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis pada λ425nm.
2.
Penetapan kadar sampel
Ekstrak temulawak 10 ml dilarutkan dalam etanol 100 ml.
diambil 5 ml dan diencerkan dengan etanol dalam labu takar 50 ml. Diukur
absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis pada absorbansinya pada λ425nm.
3.3.5 Penentuan Gugus fungsi Senyawa
1.
Pembuatan Pelet KBr
Ekstrak kental sampel ditambahkan
dengan KBr. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara diaduk. Campuran homogen
dimasukkan kedalam alat kempa dan dipadatkan menjadi lempengan tipis.
2.
Analisis Kualitatif
Menggunakan Spektrofotometer IR
Lempengan tipis sampel diletakkan dalam wadah sampel, dan
kemudian dianalis dengan spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 4000cm-1
- 800 cm-1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar