Suppositoria
Suppositoria merupakan suatu sediaan
padat yang melebur pada suhu tubuh, yaitu suhu sekitar 30-36 derajat celcius,
atau sediaan padat yang melarut pada tempat ia digunakan. Suppositoria
digunakan melalui rektal yang akan memberikan efek baik secara sistemik atau
lokal. Ovula merupakan suppositoria yang digunakan melalui vagina.
Suppositoria merupakan salah satu
sediaan farmasi yang mempunyai banyak keuntungan diantaranya adalah :
1. Absorpsinya cepat
2. Dapat mengindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan oleh asam lambung
3. Tidak mengalami metabolisme lintas pertama (First Pas Efect)
4. Dapat digunakan oleh orang yang sedang bermasalah dengan tenggorokannya
5. Dapat digunakan oleh orang yang sedang muntah atau orang yang tak sadarkan
diri.
Berikut ini adalah beberapa syarat
ideal suatu sediaan suppositoria :
1. Dapat melarut pada suhu tubuh, yaitu sekitar 30-36 derajat celcius atau
melarut pada cairan tempat ia digunakan
2. Tidak toksik
3. Tidak mengiritasi dan tidak merangsang
4. Dapat dengan segera melepaskan zat aktif obat
5. Mudah dalam proses pencetakan
6. Menyenangkan bagi pasien yang menggunakannya.
Berbagai macam basis yang digunakan
dalam sediaan suppositoria adalah
1. Basis Larut Air yang terdiriri dari PEG dan Gliseril-gelatin
2. Basis larut Lemak yang terdiri darin oleum cacao, minyak lemak
terhidrogenasi (minyak biji kapas, minyak kelapa sawit), senyawa gliserin
dengan BM asam lemak tinggi seperti gliserin monostearat.
Berikut beberapa keuntungan yang dimiliki oleh oleum cacao :
1. Suppositoria berbasis oleum cacao akan membeku pada suhu kamar dan melebur
pada suhu tubuh atau melarut pada cairain tempat ia digunakan
2. Tidak tengik karena oleum cacao tidak mempunyai ikatan rangkap
3. Tidak mengiritasi dan menyenangkan pada saat digunakan
Berikut beberapa kelemahan oleum cacao :
1. Jika memanaskan oleum caco di atas suhu leburnya maka akan mengalam
polimorfisme. Polimorfisme adalah perubahan fisika namun tidak disertai dengan
perubahan secara kimia. Polimorfisme selain disebabkan dengan pemanasan di atas
suhu leburnya, polimorfisme juga dapat disebabkan dengan adanya penggerusan.
2. Di daerah tropis oleum cacao cepat melebur
3. Suhu lebur akan turun jika terdapat bahan yang tidak larut.
Cara mengatasi terjadinya polimorfisme adalah pada saat meleburkan oleum cacao
harus di atas waterbath dan tidak boleh meleburkan secara keseluruhan,
disarankan proses peleburan hanya sebagian saja. Kemudian cara mengatasi cepat
meleburnya oleum cacao di daerah tropis dapat di atasi dengan menambahkan cera
flava 5% atau dengan menambahkan unguentum simplex sebesar 5%. Unguentum
simplex adalah campuran 30% cera flava dalam oleum sesami.
Larutan Saturasi
Larutan saturasi merupakan suatu larutan yang jenuh akan
CO2. CO2 yang terjadi akibat reaksi antara asam atau garam-garam asam dengan
senyawa karbonat.
Salah satu sediaan yang dapat menghasilkan larutan saturasi adalah tablet
effervescent. Tablet effervescen adalah tablet yang dapat menghasilkan gas CO2,
akibat dari reaksi asam atau garam-garam asam dengan senyawa karbonat.
Berikut ini merupakan zat aktif yang digunakan dalam tablet effervescen adalah:
1. Asam asetil salisilat
2. Asetaminofen atau Paracetamol
3. Ergotamin
4. Vitamin C
5. Antibiotik tertentu, seperti penisilin V, tetrasiklin dan amoksisilin
Berikut adalah salah satu cara membuat larutan saturasi adalah
1. Larutan saturasi terdiri dari asam citrat dan Magbesium Karbonat
2. Larutkan masing-masing asam citrat dan Magnesium karbonat kemudian ikat
tutup botol masing-masing
3. Jika terdapat bahan laiin yang akan ditambahkan, contohnya gula maka
larutkan dalam asam citrat, jika bahan lain lihat terlebih dahulu bersimat basa
atau asam tersebut. Jika bersifat asam cmpurkan dengan asam citrat dan jika
bersifat basa larutkan dengan kaslsium Magnesium Karbonat.
4. Masukkan ke dalam botol sebagian magnesium karbonat dan seluruh asam citrat,
biarkan CO2 yang dihasilkan habis, kemiudian masukkan Magnesium karbonat sisa,
setelah itu tutup rapat-rapat.
Emulsi
Emulsi merupakan suatu sediaan cair obat yang terdispersi
dalam cairan pembawa yang distabilkan dengan penambahkan pengemulsi (emulgator)
yang cocok. Dengan kata lain emulsi merupakan suatu sediaan yang cair yang
tidak saling bercampur, dimana zat pendispersi berbentuk dalam tetesan-tetesan
kecil yang terdispersi dalam larutan pembawa.
Berikut komponen-komponen emulsi
adalah :
1. Komponen dasar emulsi, komponen dasar emulsi terdiri dari fase terdispersi
(fase internal, fase dikontinue, fase dalam), fase pendispersi (fase eksternal/fase
luar/fase kontinue), emulgator (penstabil emulsi)
2. Komponen tambahan emulsi
Komponen tambahan emulsi merupakan suatu zat yang ditambahkan dengan tujuan
mendapatkan emulsi yang lebih baik. Komponen tambahan tersebut diantaranya
adalah corigen odoris, corigen saporis, pengawet, dll.
Teori terbentuknya emulsi
1. Teori tegangan permukaan
Teori ini mengatakan bahwa penambahan emulgator pada sediaan emulsi berfungsi
menurunkan tegangan permukaan di batas antara fasa pendispersi dan fasa
terdispersi, sehingga keduanya akan mudah bercampur
2. Teori orientasi bentuk baji
Menurut teori ini pembentukan emulsi terbentuk karena sifat selektif dari
emulgator, yaitu mempunyai sifat hidrofil (suka air) dan lipofil (suka minyak)
3. Teori film plastis
Penambahan emulgator akan diserap diantara kedua batas cairan yang tidak
menyatu, sehingga emulgator akan membungkus masing-masing fasa sehingga
keinginan untuk saling menyatu diantara fasa yang sama dapat dihindari,
sehingga akan terbentuk emulsi yang stabil
4. Teori rangkap listrik
Macam-macam emulgator yang digunakan dalam pembuatan emulsi adalah :
1. PGA
2. Tragakan
3. Span
4. Tween
5. Kuning telor
Beberapa keuntungan sediaan emulsi adalah sebagai berikut
1. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu
membentuk sediaan yang homogen dan stabil
2. Bagi oarng yang susah menelan tablet dapat menggunakan sediaan emulsi
sebagai alternatif
3. Dapat menutupi rasa tidak enak obat dalam bentuk cair, contohnya minyak ikan
4. Meningkatkan penerimaan oleh pasien
Beberapa kerugian emulsi adalah sebagai berikut
1. Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet
2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah daripada sediaan tablet
karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
3. Takaran dosisnya kurang teliti
Berikut ini adalah beberapa tehnik untuk menentukan tipe emulsi adalah
1. Pengenceran dengan fase luar
Tipe emulsi minyak dalam air (o/w), akan melarut jika diencerkan dengan air,
sedangkan tipe air dalam minyak (w/o) akan melarut jika diencerkan dengan
minyak
2. Perubahan warna
Penambahan metilen blue pada emulsi, jika metilen blue melarut pada emulsi hal
tersebut menunjukan bahwa tipe emulsi tersebut adalah minyak dalam air (o/w),
sedangkan jika tidaj tipe emulsi tersebut adalah minyak dalam air (w/o)
3. Fluoresensi
Tipe emulsi air dalam minyak (o/w) akan berfluoresensi jika disinari dengan
sinar UV, sedangkan tipe emulsi minyak dalam air (w/o) tidak berfluoresensi
4. Penghantaran arus listrik
Tipe emulsi minyak dalam air (o/w) dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan
tipe emulsi air dalam minyaj (w/o) tidak.
Berikut ini adal kerusakan emulsi yang dapat terjadi adalah
1. Creaming
Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua bagian, bagian fase disper lebih
banyak daripada fase lain. Kerusakan seperti ini bersifat reversibel artinya
dengan pengocokan perlahan dapat terdispersi kembali
2. Breaking atau koalesensi
Koalesensi adalah pecahnya emulsi diakibatkan karena rusaknya lapisan film yang
melapisi partikel atau butiran-butiran emulsi, sehingga terjadi pemisahan
antara fase minyak dan fase air dan masing-masing fase bersatu sesama jenisnya
3. Inversi fase
Inversi fase adalah perubahan tipe emulsi dari minyak dalam air (o/w) menjadi
air dalam minyak (w/o) atau sebaliknya.
Salep
Menrut Farmakope Indonesia Edisi IV menyatakan
bahwa salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
Peraturan pembuatan salep adalah
1. Peraturan pertama
Zat-zat yang larut dalam campuran lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu
dengan pemanasan
2. Peraturan kedua
Bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan
lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang digunakan dapat diserap
seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis
salep
3. Peraturan salep ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau sebagian larut dalam lemak dan air harus
diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak no 60.
4. Peraturan salep keempat
Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus
sampai dingin, bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan
10-20% untuk mencegah kekurangan bobotnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar