Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Kamis, 30 Januari 2014

TITRASI BEBAS AIR

 TITRASI BEBAS AIR

            Titrasi bebas air adalah prosedur titrimetri yang paling umum yang digunakan untuk pengujian dalam farmakope. Keuntungan dari metode titrasi bebas air yaitu karena metode ini sangat cocok untuk titrasi asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah, dan pelarut yang digunakan adalah pelarut organic yang mampu melarukan analit-analit organic. prosedur yang biasa digunakan untuk titrasi basa-basa organic adalah dengan menggunakan titran asam perklorat dalam asam asetat. Teori titrasi bebas air adalah air dapat bersifat asam lemah dan juga air bebas bersifat basa lemah. Oleh sebab itu, dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal menerima proton atau memberikan proton sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut reaksi berikut ini :
                        H2O + H-  H3O+.
                        akan berkompetisi dengan RNH2 + H+  RNH3+
            Adanya pengaruh kompetisi ini berakibat pada kecilnya titik infleksi pada kurva titrasi asam lemah dan basa sangat lemah sehingga mendekati batas PH 0 dan 14. oleh sebab itu, deteksi terakhir sangat slit untuk dilakukan. Sebagai aturan pada umumnya basa dengan  Pka < 7 atau asam-asam dengan Pka  > 7 tidak dapat ditentukan kadarnya secara tepat pada media air. Berbagai macam pelarut organic dapat pula digunakan untuk menggantikan air oleh karena pelarut-pelarut ini kurang berkompetisi secara efektif dengan analit dalam hal menerima atau memeberi proton.            
            Titrasi dalam pelarut bebas air dapat digunakan untik penentuan jumlah beberapa zat, terutaman zat yang sangat sukar larut dalam air. Sebenarnya dalam beberapa hal pelarut amfipropik seupa dengan titrasi dalam pelarut air, keserupaan ini semakinjelas kelihatan jika tetapan dielektrika pelarut makin tinggi dan makin besar kecenderungan pelarut yang membentuk ikatan hydrogen. Selain itu pula, titrasi dalam pelarut bebas air berkaitan dengan perubahan pada PH dan perubahan PH ini paling besar disekitar titik kesetaraan. penilaian awal persyaratan titrasi dapat dibuat dengan bantuan bagan-LK.
            Titrasi babas air basa lemah dapat diartikan sebagai asam asetat yang sebagai penerima proton sangat lemah sehingga tidak berkompetisi secara efektif denagn basa-basa lemah dalam hal menerima proton. Hanya saja asam yang sangat kuat yang sangat mampu memprotonasi asam asetat. Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asalm yang paling kuat diantara asam-asam umum yang digunakan untuk titrasi basa lemah dalam medium babas air. Dalam titrasi bebas air biasanya ditambahkan dengan asam asetat anhidrida denan maksud untuk menghilangkan air yang ada dalam asam perklorat. Jika basa dianlisis dalam bentuk garam dari berasal dari asam lemah, maka akan menghilangkan aniao  yang berasal dari asam kuranhg begitu penting untuk dilakukan. Contohnya saja garam basa yang berasal dari asam lemah adalah : suksinat. tartrat, atai asetat. Akan tetapu. jika basa dalam bentuk garam klorida atau bromine, maka bromina dan klorida harus dihilangkan sebelum dititrasi. Penghilang bromida atau kkalorida dilakukan dengan penambahan maerkuru asetat. Adanya asam klorida atua asama bromide dam asam-asam kuat lainnya harus dihindari karena bias mengakibatkan penetapan kadar tidak kuantitatif karena asam-asam kuat ini juga bisa bereaksi dengan senyawa-senyawa lai yang bersifat basa.
            Tinjauan menngenai asam bukan dalam air, yang kita inginkan mentrasikannya dengan basa. Sebenarnya suatu arti praktis, hal ini sering demikian, tetapi pembahasan yang di atas adalah meyesatkan kalau seperti itu. Memang disosiasi bukannya sam sekali yang diperlukan untuk titrasi asam-basa yang berhasil. Titrasi yang sangat baik telah dilaksankan dalam solven non polar seperti benzene atau kloroform yang tidak dapat memajikan diasosiasi sampai agak cukup jauhnya. Memang bukannya bersifat basa yang lebih besar dari amin organiknya, yang membuat solven lebih baik untik titrasi ini, karena merupakan asam yang lebih daripada air. Air merupakan hasil reaksi titrasi dan bahan tambahan pula berada dalam keadaan yang sangat berlebihan. Jadi sejauh air bersifat asam, dia berlomba terhadap asam yang ingin menitrasinya dan mencegah reaksi titrasi berlangsung. secara lengkap kecuali jika HB sendiri cukup kuat. ini dapat dilihat dari tetapan Ka dan makin kecil tetapan otoprolisa daro solven.
            Titrasi bebas air asam-asam lemah, pelarut yang digunakan adalah yang tidak berkompetisi secara kuat dengan asam lemah dalam hal membrtikan proton. Alkohol dan pelarut-pelarut apropik dapat digunakan pula sebagai pelarut. Perlarut apropik merupakan pelarut yang dapat menurunkan ionisasi asam-asam dan basa-basa. Termasuk dalam kelompok pelarut ini adalah pelarut-pelarut non polar seperti benzene, karbon teraklorida serta hidrikarbaon alifatik. Titran sering pula digunakan pada tirasi bebas air senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah adalah natrium metoksida, litium metoksida dalam methanol, atau tetrabutil ammonium hidroksida dalam dimetilformamid. Kalium metoksida yang merupakan endapan gelatinus. Dalam beberapa keadaan yang mana natrium metoksida juga membentuk endapan gelatinus litoum metoksida meruoakan pilihan. Titran-totran basa lainnya adalah natrium aminometosida dan natrium trifenilmetan yang dugunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah seperti fenol dan pirol. Sebagai deteksi titik akjir dapat digunakan indicator tomol biru.
            Titrasi dalam pelarut methanol kecenderunagn membentuk ikatan hodrogen, methanol merupakan pelrut yang sudah lazim digunakan untuk titrasi asam-basa, karena pelrut methanol dapat melarutkan berbagai senyawa organic yang sukar larut dalam air. Tetapan protolis methanol adalah 10-16,9, yang menyebabkan kurva skala PHnya 2,9 satuan PH lebih panjang daripada skala PH dalam air, Hal ini sanga menguntungkan karena daerah kesetaraan kurva titrasi lebih panjang dalam methanol daripada dalam air. Celakanya lagi karena tetapan diektika pelrut ini rendah maka kekuatan beberapa prolit diturunkan oleh pelarut ini. Jadi dapat dijelaskan bahwa akibat dari keseluruhannya akan bergantung pada pengaruh gabungan kedua factor ini. Karena prolit yang mempunyai jenis muatan yang berbeda diubah denag cara yang berbeda pula, maka tidak ada salah nya jika menilai oersyaratan titrasi untuk setiap jenis muatan secara terpisah.

Sirup

Bentuk sediaan sirup, telah dikenal sebagai bentuk sediaan obat sejak masa Arab kuno yang dikenalkan oleh Avicenna (Ali Ibnu Sina) ahli farmasi berkebangsaan Arab. Nama “sirup”, diduga berasal dari kata “sirab” (bahasa Arab) yang artinya adalah sari pati gula. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau penambahan bahan pewangi dan bahan obat. Sirup obat adalah sirup yang mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa zat tambahan lain, dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan. Sirup obat merupakan pelengkap sediaan yang serasi untuk dijadikan larutan persediaan bagi obat tertentu yang digunakan dalam pembuatan obat yang mendadak.
Sirup umumnya dibuat dengan jalan melarutkan gula dalam cairan sirup panas, jika perlu dididihkan, kemudian tambahkan air mendidih secukupnya hingga bobot yang dikehendaki. Busa yang terbentuk dibuang dengan cara yang sesuai, kemudian ditapis. Cairan sirup adalah cairan yang digunakan untuk melarutkan gula, dapat berupa sari buah, sari buah buatan, ekstrak cair atau inpus.
Dalam obat yang berbentuk sirup, konsentrasi gula berkisar antara 64-66%. Jika konsentrasi gula pada obat sirup kurang dari angka itu, maka obat itu akan mudah ditumbuhi oleh mikroba. Sedangkan bila konsentrasi lebih dari 66%, maka obat tersebut akan berbentuk Kristal.
Komponen-komponen yang menyusun sirup, selain dari zat aktif obat juga mengandung zat-zat tambahan yaitu sebagai berikut:
1.      Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk member rasa manis dan kental
2.      Pengawet anti mikroba
3.      Pengaroma
4.      Pewarna
5.      Pelarut-pelarut khusus
6.      Pembantu pelarut
7.      Pengental Stabilisator
8.      Zat antioksidan, untuk mencegah terjadinya proses oksidasi yang cepat pada obat bentuk sirup.

Keuntungan dari bentuk sediaan sirup, yitu :
1.      Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, Parkinson, anak-anak)
2.      Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak-anak karena rasanya lebih enak dan warna lebih menarik.
3.      Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis, deliquescent.
Kerugian dari bentuk sediaan sirup, yaitu ;
1.      Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup
2.      Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien. Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk pasien.
3.      Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit (sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).
4.      Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol, suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent yang digunakan.
5.      Tidak bias untuk bahan obat yang berbentuk minyak(oily, biasanya dibentuk emulsi yang mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent yang digunakan)
6.      Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah dilarutkan hanya beberapa hari).

7.      Harga relative mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus pula.

Sediaan Farmasi


Suppositoria
Suppositoria merupakan suatu sediaan padat yang melebur pada suhu tubuh, yaitu suhu sekitar 30-36 derajat celcius, atau sediaan padat yang melarut pada tempat ia digunakan. Suppositoria digunakan melalui rektal yang akan memberikan efek baik secara sistemik atau lokal. Ovula merupakan suppositoria yang digunakan melalui vagina.

Suppositoria merupakan salah satu sediaan farmasi yang mempunyai banyak keuntungan diantaranya adalah :
1. Absorpsinya cepat
2. Dapat mengindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan oleh asam lambung
3. Tidak mengalami metabolisme lintas pertama (First Pas Efect)
4. Dapat digunakan oleh orang yang sedang bermasalah dengan tenggorokannya
5. Dapat digunakan oleh orang yang sedang muntah atau orang yang tak sadarkan diri.


Berikut ini adalah beberapa syarat ideal suatu sediaan suppositoria :
1. Dapat melarut pada suhu tubuh, yaitu sekitar 30-36 derajat celcius atau melarut pada cairan tempat ia digunakan
2. Tidak toksik
3. Tidak mengiritasi dan tidak merangsang
4. Dapat dengan segera melepaskan zat aktif obat
5. Mudah dalam proses pencetakan
6. Menyenangkan bagi pasien yang menggunakannya.


Berbagai macam basis yang digunakan dalam sediaan suppositoria adalah
1. Basis Larut Air yang terdiriri dari PEG dan Gliseril-gelatin
2. Basis larut Lemak yang terdiri darin oleum cacao, minyak lemak terhidrogenasi (minyak biji kapas, minyak kelapa sawit), senyawa gliserin dengan BM asam lemak tinggi seperti gliserin monostearat.


Berikut beberapa keuntungan yang dimiliki oleh oleum cacao :
1. Suppositoria berbasis oleum cacao akan membeku pada suhu kamar dan melebur pada suhu tubuh atau melarut pada cairain tempat ia digunakan
2. Tidak tengik karena oleum cacao tidak mempunyai ikatan rangkap
3. Tidak mengiritasi dan menyenangkan pada saat digunakan

Berikut beberapa kelemahan oleum cacao :
1. Jika memanaskan oleum caco di atas suhu leburnya maka akan mengalam polimorfisme. Polimorfisme adalah perubahan fisika namun tidak disertai dengan perubahan secara kimia. Polimorfisme selain disebabkan dengan pemanasan di atas suhu leburnya, polimorfisme juga dapat disebabkan dengan adanya penggerusan.
2. Di daerah tropis oleum cacao cepat melebur
3. Suhu lebur akan turun jika terdapat bahan yang tidak larut.

Cara mengatasi terjadinya polimorfisme adalah pada saat meleburkan oleum cacao harus di atas waterbath dan tidak boleh meleburkan secara keseluruhan, disarankan proses peleburan hanya sebagian saja. Kemudian cara mengatasi cepat meleburnya oleum cacao di daerah tropis dapat di atasi dengan menambahkan cera flava 5% atau dengan menambahkan unguentum simplex sebesar 5%. Unguentum simplex adalah campuran 30% cera flava dalam oleum sesami.

Larutan Saturasi

Larutan saturasi merupakan suatu larutan yang jenuh akan CO2. CO2 yang terjadi akibat reaksi antara asam atau garam-garam asam dengan senyawa karbonat.
Salah satu sediaan yang dapat menghasilkan larutan saturasi adalah tablet effervescent. Tablet effervescen adalah tablet yang dapat menghasilkan gas CO2, akibat dari reaksi asam atau garam-garam asam dengan senyawa karbonat.

Berikut ini merupakan zat aktif yang digunakan dalam tablet effervescen adalah:
1. Asam asetil salisilat
2. Asetaminofen atau Paracetamol
3. Ergotamin
4. Vitamin C
5. Antibiotik tertentu, seperti penisilin V, tetrasiklin dan amoksisilin

Berikut adalah salah satu cara membuat larutan saturasi adalah
1. Larutan saturasi terdiri dari asam citrat dan Magbesium Karbonat
2. Larutkan masing-masing asam citrat dan Magnesium karbonat kemudian ikat tutup botol masing-masing
3. Jika terdapat bahan laiin yang akan ditambahkan, contohnya gula maka larutkan dalam asam citrat, jika bahan lain lihat terlebih dahulu bersimat basa atau asam tersebut. Jika bersifat asam cmpurkan dengan asam citrat dan jika bersifat basa larutkan dengan kaslsium Magnesium Karbonat.
4. Masukkan ke dalam botol sebagian magnesium karbonat dan seluruh asam citrat, biarkan CO2 yang dihasilkan habis, kemiudian masukkan Magnesium karbonat sisa, setelah itu tutup rapat-rapat.

Emulsi
Emulsi merupakan suatu sediaan cair obat yang terdispersi dalam cairan pembawa yang distabilkan dengan penambahkan pengemulsi (emulgator) yang cocok. Dengan kata lain emulsi merupakan suatu sediaan yang cair yang tidak saling bercampur, dimana zat pendispersi berbentuk dalam tetesan-tetesan kecil yang terdispersi dalam larutan pembawa.
Berikut komponen-komponen emulsi adalah :
1. Komponen dasar emulsi, komponen dasar emulsi terdiri dari fase terdispersi (fase internal, fase dikontinue, fase dalam), fase pendispersi (fase eksternal/fase luar/fase kontinue), emulgator (penstabil emulsi)
2. Komponen tambahan emulsi
Komponen tambahan emulsi merupakan suatu zat yang ditambahkan dengan tujuan mendapatkan emulsi yang lebih baik. Komponen tambahan tersebut diantaranya adalah corigen odoris, corigen saporis, pengawet, dll.


Teori terbentuknya emulsi
1. Teori tegangan permukaan
Teori ini mengatakan bahwa penambahan emulgator pada sediaan emulsi berfungsi menurunkan tegangan permukaan di batas antara fasa pendispersi dan fasa terdispersi, sehingga keduanya akan mudah bercampur
2. Teori orientasi bentuk baji
Menurut teori ini pembentukan emulsi terbentuk karena sifat selektif dari emulgator, yaitu mempunyai sifat hidrofil (suka air) dan lipofil (suka minyak)
3. Teori film plastis
Penambahan emulgator akan diserap diantara kedua batas cairan yang tidak menyatu, sehingga emulgator akan membungkus masing-masing fasa sehingga keinginan untuk saling menyatu diantara fasa yang sama dapat dihindari, sehingga akan terbentuk emulsi yang stabil
4. Teori rangkap listrik

Macam-macam emulgator yang digunakan dalam pembuatan emulsi adalah :
1. PGA
2. Tragakan
3. Span
4. Tween
5. Kuning telor

Beberapa keuntungan sediaan emulsi adalah sebagai berikut
1. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu membentuk sediaan yang homogen dan stabil
2. Bagi oarng yang susah menelan tablet dapat menggunakan sediaan emulsi sebagai alternatif
3. Dapat menutupi rasa tidak enak obat dalam bentuk cair, contohnya minyak ikan
4. Meningkatkan penerimaan oleh pasien

Beberapa kerugian emulsi adalah sebagai berikut
1. Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet
2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah daripada sediaan tablet karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
3. Takaran dosisnya kurang teliti

Berikut ini adalah beberapa tehnik untuk menentukan tipe emulsi adalah
1. Pengenceran dengan fase luar
Tipe emulsi minyak dalam air (o/w), akan melarut jika diencerkan dengan air, sedangkan tipe air dalam minyak (w/o) akan melarut jika diencerkan dengan minyak
2. Perubahan warna
Penambahan metilen blue pada emulsi, jika metilen blue melarut pada emulsi hal tersebut menunjukan bahwa tipe emulsi tersebut adalah minyak dalam air (o/w), sedangkan jika tidaj tipe emulsi tersebut adalah minyak dalam air (w/o)
3. Fluoresensi
Tipe emulsi air dalam minyak (o/w) akan berfluoresensi jika disinari dengan sinar UV, sedangkan tipe emulsi minyak dalam air (w/o) tidak berfluoresensi
4. Penghantaran arus listrik
Tipe emulsi minyak dalam air (o/w) dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan tipe emulsi air dalam minyaj (w/o) tidak.

Berikut ini adal kerusakan emulsi yang dapat terjadi adalah
1. Creaming
Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua bagian, bagian fase disper lebih banyak daripada fase lain. Kerusakan seperti ini bersifat reversibel artinya dengan pengocokan perlahan dapat terdispersi kembali
2. Breaking atau koalesensi
Koalesensi adalah pecahnya emulsi diakibatkan karena rusaknya lapisan film yang melapisi partikel atau butiran-butiran emulsi, sehingga terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air dan masing-masing fase bersatu sesama jenisnya
3. Inversi fase
Inversi fase adalah perubahan tipe emulsi dari minyak dalam air (o/w) menjadi air dalam minyak (w/o) atau sebaliknya.

Salep

Menrut Farmakope Indonesia Edisi IV menyatakan bahwa salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Peraturan pembuatan salep adalah
1. Peraturan pertama
Zat-zat yang larut dalam campuran lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan
2. Peraturan kedua
Bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis salep
3. Peraturan salep ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau sebagian larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak no 60.
4. Peraturan salep keempat
Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin, bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah kekurangan bobotnya.

MAKALAH FARMASETIKA DASAR (SEDIAAN SALEP)

sediaan obat salep
Bentuk sediaan adalah bentuk formulasi obat hingga didapat suatu produk yang siap untuk diminum atau dipakai oleh penderita supaya tercapai efek terapi yang diinginkan

A.    Pengertian Salep

 Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar. Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.  Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).
Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon
  • sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
  • Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
  • Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air.

  • Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.



*     Fungsi salep adalah :
a.       Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b.      Sebagai bahan pelumas pada kulit
c.       Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).
*     Persyaratan salep menurut FI ed III
a.       Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b.      Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c.       Dasar salep
d.      Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
e.       Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).
*     Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
a.       Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan zat aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban, cahaya, udara, dan lain sebagainya.
b.      Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah kulit yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk dioleskan.
c.        Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki konsistensi yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental, salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan mudah mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d.      Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.
e.       Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat pelepasan obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang tidak dikehendaki.
f.       Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek terapi yang akan terjadi setelah salep diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64 ).


·         Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.                  Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2.                  Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3.                  Tidak merangsang kulit.
4.                  Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5.                  Stabil dalam penyimpanan.
6.                  Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7.                  Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8.                  Mudah dicuci dengan air.
9.                  Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10.              Mudah diformulasikan/diracik


*     Kualitas dasar salep meliputi:
a.       Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b.       Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c.       Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d.      Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e.       Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005).
Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya dan formularium nasional antara lain:  
*     Menurut konsistensi, salep di bagi  :
a)      Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan
b)      Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c)      Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
d)     Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
e)      Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan air mendidih).
*     Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
a)      Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b)      Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
c)      Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.
*     Menurut dasar salepnya:
a)      Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases): tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.

b)      Dasar salep hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe o/w.

B.     Bahan Dasar Pembuatan salep

Salep dasar adalah zat pembawa dengan massa lembek, mudah dioleskan, umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang telah mempunyai massa lembek atau zat cair, zat padat yang terlebih dahulu diubah menjadi massa yang lembek. Jika dalam komposisi tidak disebutkan salep dasar, maka dapat digunakan vaselin putih. Jika dalam komposisi disebutkan salep dasar yang cocok.
Pemilihan salep dasar yang dikehendaki harus disesuaikan dengan sifat obatnya dan tujuan penggunaannya.
·         Salep Dasar-I
Salep dasar –I umunya digunakan vaselin putih, vaselin kuning, campuran terdiri dari 50 bagian Malam putih dan 950 bagian vaselin putih, campuran terdiri dari 50 bagiian Malam kuning dan 950 bagian vaselin kuning atau salep dasar lemak lainnya seperti minyak lemak nabati, lemak hewan atau campuran Parafin cairr dan Parafin padat. Salep dasar-I sangat lengket pada kulit dan sukar dicuci; agar mudah dicuci dapat ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang sesuai.
·         Salep Dasar-II
Salep Dasar-II umumnya digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak bulu domba terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30  bagian kolesterol, 30 bagian stearilalkohol, 80 bagian Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau salep dasar sarap lainnya yang cocok. Salep dasar-II mudah menyerap air.
·         Salep Dasar-III
Salep dasar-III dapat digunakan ca,puran yang terdiri dari 0,25 bagian Metil paraden, 0,15 bagian Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120 bagian Propilenglikol, 20 bagian Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar emulsi lainnya yang cocok. Salep dasar-III mudah dicuci.
·         Salep Dasar-IV
Salep dasar-IV dapat digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian poliglikol 1500, 40 bagian poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol secukupnya hingga 100 bagian, atau salep dasar larut lainnya yang cocok.
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
*     Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
-          Vaselin putih,Vaselin kuning.
-          Campuran Vaselin dengan malam putih, malam kuning.
-          Parafin encer, Parafin padat.
-          Minyak tumbuh-tumbuhan
*     Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
-          Adeps lanae
-          Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen Hydrophilic petrolatum 86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl alcohol, dan 3 kolesterol(IMO,52-53)
Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep,Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain. Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit (IMO,hal 55)
Salah satu macam salep adalah salep mata yang digunakan pada mata. Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat. Vaselin merupakan dasar salep mata yang sering banyak digunakan. Beberapa dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata( Anonim,1995 : 12, 13 )
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat baktriostatik. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama ( Anonim, 1995 : 12 ).
Sulfasetamid adalah senyawa antibakteri golongan sulfonamide yang mempunyai spectrum luas dan banyak digunakan terhadap bermacam – macam penyakit infeksi oleh kuman gram positif maupun negative, salahsatunya pada infeksi mata yang disababkan oleh kuman – kuman yang peka terhadap sulfonamide. Sulfasetamid merupakan sulfonamide aksi pendek yang mempunyai aktivitas bakterisid ( Tjay, 2002 : 22 ).


C.    Cara Pembuatan

Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep dasar.
Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;
  • Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang  homogeny.
  • Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah satu  zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
  • Zat yang dapat larut dalam basis salep :(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis (sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
  • Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan basis  salep yang dapat menyerap air.
  • Salep yang dibuat dengan peleburan
-          Dalam cawan porselen
-          Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air ditambahkan terakhir)
-           Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh  perlu dikolir (disaring dengan kasa)àdilebihkan 10-20%
Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
·         Zat padat
a.       Zat padat dan larut dalam dasar salep.
1.      Camphorae
-          Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salet tertutup (jika tidak dilampaui  daya larutnya).
-          Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut.
-          Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat  mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair, baru ditambahkan dasar salepnya.
-          Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu dengan eter atau alcohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.
2.      Pellidol
-          Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20%).
-          Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang sudah dicairkan.
3.       Lodium
-          Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
-          Larutkan daalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari Ph. Belanda V).
-          Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya.
b.      Zat padat larut dalam air
1.      Protargol
2.      Colargol
3.      Argentums nitrat (AgNO3)
Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.
4.      Fenol/fenol
Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan penol liquidfactum.
c.       Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
1.      Argentums nitrat
2.      Fenol
3.      Hydrargyri bichloridum
4.      Chrysarobin
5.      Pirogalol
6.      Stibii et kalii tartrans
7.      Oleum iocoris aselli
8.      Zinc sulfat
9.      Antibiotik (misalnya penisilin)
10.  Chloretum auripo natrico
d.      Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.
1.      Ichtyol
2.      Balsam-balsem dan minyak yang mudah menguap
3.      Air
4.      Gliserin
5.      Marmer album
e.       Zat padat tidak larut dalam air
Umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu.
·         Zat Cair (Sebagai pelarut bahan obat)
1.      Air
-          Terjadi reaksi
-          Tak terjadi reaksi
2.      Spiritus/etanol/alcohol
-          Jumlah sedikit
-          Jumlah banyak
3.      Cairan kental
Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida, balsam peruvianum, ichtyol, kreosot.
·         Bahan berupa ekstak/extraktum
a.       Extraktum siccum/kering
b.      Exractum spissum/kental
c.       Extractum liquidum
·         Bahan-bahan lain
a.       Hydrargyrum
b.      Naphtolum
c.       Bentonit
Kerugian Basis Hidrokarbon
  • sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
  • Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.

Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;
  • Metode Pelelehan
zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogen
  • Metode Triturasi
zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
  • Zat yang dapat larut dalam basis salep
(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin)
Zat berkhasiat +sebagian basis (sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
  • Zat yang mudah larut dalam air dan stabil
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan basis  salep yang dapat menyerap air,
  • Salep yang dibuat dengan peleburan
–        Dalam cawan porselen
–        salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air ditambahkan terakhir)
–         Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu dikolir (disaring dengan kasa)àdilebihkan 10-20%.
Masalah inkompatibilitas obat (tidak tercampurkannya suatu obat),yaitu pengaruh-pengaruh yang terjadi jika obat yang satudicampurkan dengan yang lainnya.Inkompatibilitas obat dapat dibagi atas 3 golongan :

I.    Inkompatibilitas terapeutik.
Inkompatibilitas golonganini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu dicampur/dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-perubahan demikian rupa hingga sifat kerjanya dalamtubuh (in vivo) berlainan daripada yang diharapkan. Hasilkerjanya kadang-kadang menguntungkan, namun dalambanyak hal justru merugikan dan malah dapat berakibat fatal.Sebagai contoh :Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila diberikanbersama-sama dengan suatu antasida (yang mengandungkalsium, aluminium, magnesium atau bismuth). Fenobarbital dengan MAO inhibitors menimbulkan efek potensiasi daribarbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapatmenimbulkan chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagiterhadap malaria.
Mencampur hipnotik dan sedatif dengankafein hanya dalam perbandingan yang tertentu saja rasionil.Pun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagaiantibiotik tanpa indikasi bakteriologis yang layak sebaiknyatidak dianjurkan

II. Inkompatibilitas fisika.
Yang dimaksudkan di sini adalah perubahan-perubahan Yang tidak diinginkan yang timbul pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadiperubahan-perubahan kimia. Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk.²Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukantidak dapat bercampur secara homogen.²Penggaraman (salting out).²Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain.



III.Inkompatibilitas kimia
Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu  pencampuran obat yang disebabkanoleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi.Termasuk di sini adalah : Reaksi-reaksi di mana terjadi senyawa baru yang mengendap. Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa. Reaksi yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi maupunhidrolisa. Perubahan-perubahan warna.²Terbentuknya gas dll

Resep standar sediaan salep
ACIDI SALYCYLICI SULFURIS UNGUENTUM
Salep Asam Salisitat Belerang

Komposisi       : Tiap 10 g mengandung                     :
                                     Acidum Salicylicum                           :  200 mg
                                     Sulfur                                                 :  400 mg
                                     Vaselinum album hingga                    :  10  g
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup rapat
Dosis               : 3 sampai 4 kali sehari, dioleskan

Uraian Bahan
a.      Acid Salicylic
1.      Nama Latin                 : Acidum Salycylicum  
2.      Sinonim                       : Asam Salisilat
3.      Berat molekul              : 138,12
4.      Rumus kimia               : C7H6O3
5.      Pemerian                     : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna
putih; hamper tidak berbau; rasa agak manis dan tajam
6.      Kelarutan                    : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol
(95%) P; mudah larut dalam klorofrom P dan dalam eter P;larut dalam ammonium asetat Pdinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat Pdan natrium sitrat P.
7.      Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
8.      Khasiat                        : Keratolitikum, anti fungi.

b.      Sulfur 
1.      Nama Latin                 : Sulfur Praecypitatum
2.      Sinonim                       : Belerang endap
3.      Berat molekul              : 32,06
4.      Pemerian                     : tidak berbau tidak berasa
5.      Kelarutan                    : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah
larut dalam kardondisulpisa P,sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat sukar larut dalam etano (95%) P.
6.      Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
7.      Khasiat                        : Penggunaan antiskabies
c.       Vaselin album
1.      Nama Latin                 : Vaselinum album
2.      Sinonim                       : Vaselin putih
3.      Pemerian                     : Massa lunak,lengket, bening, putih ;sifat ini
tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. 
4.       Kelarutan                   : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam
etanol (95% ) P, larut dalam kloroform P, dalam eter P dan eterr minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah
5.      Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
6.      Khasiat                        : Penggunaan zat tambahan
Cara Kerja Bahan Obat
-          Asam salisilat adalah keratolitik agent yang sangat poten sehingga dapat meningkatkan penetrasi obat lain dan sering dikombinasikan dengan sulfur, bersifat antifungi dan antibakteri lemah. Asam salisilat sebgai keratolitik agent dipakai dosis 12%, diharapkan dengan dosis yang lebih tinggi dari Pagoda Salep sebelumnya ini akan memberika efek keratolitik yang luat dan lebih efektif.
-          Sulfur praecipitatum fungsi utamanya adalah sebagai keratolitik agent yaitu suatu zat yang dapat menghilangkan sisik-sisik kulit yang kasar atau melunakkan/menipiskan lapisan keratin, di samping itu juga memiliki aktivitas antifungi dan antibakteri lemah. Sulfur sering dikombinasikan dengan asam salisilat menghasilkan efek keratolitik yang sinergis. Sulfur dipakai sebesar 10% adalah dosis yang optimal sebagai keratolotik agent dan merupakan dosis maksimum untuk terapi scabies/kudis sehingga akan mendapatkan hasil yang efektif.
-          Menthol dan Champora berfungsi sebagai antiiritan dan antipruriginosa (menghilangkan rangsang gatal).
-          Keunggulan resep ini adalah salep kulit yang telah mengalami perbaikan formulasi, dengan meningkatnya kadar Asam Salisilat menjadi 12% akan menjadikan salep ini lebih efektif dan mempercepat penyembuhan penyakit kulit.
Pembahasan
Penyakit kulit yang diakibatkan  bakteri dan jamur (dermatomikosis) adalah penyakit kulit yang paling sering diderita oleh sebagian masyarakat yang hidup di daerah tropis seperti di Indonesiahal ini sangat berkaitan dengan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja sebagian besar bangsa Indonesia di daerah berair atau lembab yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan beberapa bakteri. Resep salep ini  adalah obat kulit topikal yang dapat memenuhi semua criteria Dermatoterapeutika, yaitu pengobatan penyakit kulit di mana selain zat aktifnya juga ada bahan pembantu sebagai anti bakteri, antijamur, keratolitik dan antipruriginosa, bentuk sediaan dan cara aplikasinya sangat berperan dalam kecepatan kesembuhan penyakit kulit ini yang diakibatkan bakteri dan jamur.
Kegunaan
Untuk mengobati penyakit kulit seperti: Gatal-gatal di telapak tangan, kaki, selangkangan paha, kutu air, panu,  kurap, kudis, yang diakibatkan bakteri atau jamur.  



Daftar Pustaka
Anief, Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 53.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 12.
Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan
Semipadat
, Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta. 59. 63. 64
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Tjay, Tan Hoan , et all, 2000, Obat – Obat Penting, Elex Media Computindo, Jakarta. 132.