Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Januari 2014

kasus Encephalopati Hepaticum



KASUS 3 (Rawat Inap)
ü  Tn. Th, Laki-laki, 65 tahun, Wiraswasta, tinggal di rumah bersama istri
ü  Riwayat Penyakit: Hepatitis
ü  Keluhan saat MRS: Dada sakit, Mual, Tidak nafsu makan
ü  Diagnosis Dokter: Encephalopati Hepaticum
Pemantauan Harian Pasien
Parameter Penyakit
Hari 1
2
3
4
5
6
7
Tanda-Tanda Vital

Tek.Darah
130/80
120/80
120/80
130/80
110/70
90/60
100/60
Nadi (kali/menit)
80
100
96
100
100
100
100
Respirasi (kali/menit)
20
20
20
20
26
24
20
Suhu (oC)
36,5
36,5
36,5
36,5
36,5
36,4
36,5
Keluhan Subyektif

Batuk berdahak
-
-
-
+
+
+
+
BAB Hitam
-
-
-
-
+
+
+
Mual
+
+
+
+
+
+
+
Kencing seperti teh
-
+
+
+
+
+
+
Nyeri dada
+
+
+
+
+
+
+
Perut membesar
-
-
-
-
-
+
+
Lemas
-
-
-
-
-
+
+
Terapi Obat
Hari 1
2
3
4
5
6
7
Dextrose 5 % 10 tpm
+
+
+
+
+
+
+
Ranitidin 2x1 amp
+
+
+
+
+
+
+
ISDN 3x5mg po
+
+
+
+
+
+
+
Plavix 1x1
+
+
-
-
-
-
-
Diazepam 2x5mg po
+
+
-
-
-
-
-
Cefotaxim 2x1gr iv
-
+
+
+
+
+
+
Kaltrofen Supp.2x1
-
+
+
+
+
+
+
Lactulosa 2x IICth
-
-
-
-
-
-
+
Comafusin Hepar
-
-
-
-
-
-
+
Hasil Laboratorium
Hari 1
2
3
4
5
6
7
Hb (mg/dL)
4,8

9,4




Hematocrit (%)
31

24




Eritrosit
3,2

2,5




Leukosit
-

11.180




Trombosit (x1000)
145

96




SGOT
127

81




SGPT
110

84




Natrium
116

-




Kalium
5,6

-




Chlorida
88

-




CKMB
108

-




LDH
652

-




Protein Total
-

4,91





Pertanyaan:
1.      Subyektif
2.      Obyektif
3.      Assassment
4.      Problem Medik
5.      Problem DRP
6.      Beers Criteria
7.      Plan
8.      Kolaborasi dengan Dokter
9.      Monitoring
10.  Konseling ke Pasien
Jawaban
1.        Subjektif 
Tn. Th 65 tahun mengalami keluhan :
·       Sakit pada dada
·       Mual
·       Tidak nafsu makan
·       Riwayat penyakit hepatitis
2.        Obyektif
·         Jenis kelamin : laki-laki
·         Diagnosis Dokter: Encephalopati Hepaticum
·         Tanda vital dan hasil laboratorium
Parameter Penyakit
Hari 1
2
3
4
5
6
7
Tanda-Tanda Vital

Tek.Darah
130/80
120/80
120/80
130/80
110/70
90/60
100/60
Nadi (kali/menit)
80
100
96
100
100
100
100
Respirasi (kali/menit)
20
20
20
20
26
24
20
Suhu (oC)
36,5
36,5
36,5
36,5
36,5
36,4
36,5
Hasil Laboratorium
Hari 1
2
3
4
5
6
7
Hb (mg/dL)
4,8

9,4




Hematocrit (%)
31

24




Eritrosit
3,2

2,5




Leukosit
-

11.180




Trombosit (x1000)
145

96




SGOT
127

81




SGPT
110

84




Natrium
116

-




Kalium
5,6

-




Chlorida
88

-




CKMB
108

-




LDH
652

-




Protein Total
-

4,91





3.        Assassment
a.    Diagnosis dokter untuk pasien ini adalah encefalopati hepatik, ini terlihat dari data-data lab pasien yaitu :
·         Terjadi penurunan Hb, dimana nilai normal HB untuk pria adalah 14-18 gr/dl, tetapi pada hari kedua meningkat dari 4,8 gr/dL menjadi 9,4 gr/dL.
·         Terjadi penurunan hematocrit, diketahui nilai normal hematocrit untuk laki-laki dewasa adalah 40-48%.
·         Terjadi penurunan eritrosit, diketahui nilai normal eritrosit adalah 4,6 jt – 6,2 jt/mm3 pada pria. Hal ini bisa saja terjadi pada pasien di karenakan penyakit hati yang kronik atau hipotiroid.
·         Terjadi peningkatan leukosit, diketahui bahwa leukosit normal untuk orang dewasa adalah 4000-10.000/mm3. Peningkatan leukosit ini bisa saja terjadi akibat adanya miokard infark dan sirosis hepatis.
·         Terjadi penurunan trombosit, diketahui bahwa jumlah normal trombosit adalah 200.000-400.000/mikroliter.
·         Terjadi peningkatan SGOT, nilai normal SGOT pada laki-laki yaitu sekitar 37 U/L. Peningkatan terjadi akibat adanya kerusakan terutama pada jaringan jantung dan hati. Hal  ini disebabkan karena obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongesti dan tumor hati. Namun pada hari ke 3 perawatan, terjadi penurunan nilai SGOT pada pasien.
·         Terjadi peningkatan SGPT, nilai normal untuk SGPT adalah 42 U/L. Dimana SGPT merupakan enzim transaminase yang berada dalam jaringan tubuh terutama dalam hati. Jika terjadi peningkatan, maka mengindikasikan adanya kerusakan pada hati. Peningkatan  mencapai 1-3 kali dari nilai normal.
·         Terjadi penurunan Natrium, Kalium dan Chlorida.
·         Terjadi peningkatan CKMB (Createnase Label M dan B), peningkatan kadar enzim ini dalam serum mengindikasikan adanya kerusakan jaringan pada jantung.
·         Terjadi peningkatan LDH, diketahui bahwa nilai normal LDH untuk pria dewasa ±55 mg/dL. Sedangkan nilai LDH pada pasien ini mencapai 652 mg/dL.

4.        Problem Medik
·           Berdasarkan data lab SGOT dan SGPT pasien menunjukkan gejala sirosis hati, selain itu ditandai dengan gejala ensefalopati hepatic, perut membesar serta tinja berwarna hitam.
·           Pasien mengalami anemia yang ditandai dengan Hb, Hematokrit dan jumlah eritrosit yang rendah.
·           Pasien mengalami dehidrasi ditandai dengan penurunan natrium, kalium dan klorida pada pasien.

5.        Problem DRP
·         Pasien tidak mendapatkan terapi obat antiviral untuk penyakit hepatitis.
·         Pasien tidak mendapatkan terapi untuk anemia pada pasien.
·         Obat ISDN tidak boleh diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan hati berat.
·         Pasien diberikan ranitidine 2 x 1 amp tetapi tidak ada data yang menunjukkan bahwa pasien mengalami tukak lambung.
·         Pasien diberikan kaltrofen supp. 2 x 1 tetapi tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa pasien mengalami inflamasi.
·         Pasien mendapatkan terapi obat Plavix 1 x 1 sehari tetapi tidak ada indikasi bahwa pasien mengalami aterosklerosis. Obat ini menyebabkan BAB hitam.
·         Penggunaan diazepam 2 x 1 sehari 5 mg tidak perlu.
·         Pasien diberikan antibiotik Cefotaxim 2 x 1 gr IV tetapi pasien tidak memiliki gejala infeksi terhadap mikroba.
·         Terjadi interaksi antara obat plavix dengan kaltrofen dan cefotaxim berinteraksi dengan kaltrofen, dimana sefotaksim akan meningkatkan efek dari ketoprofen oleh asam (anionik) pada kompetisi obat untuk pembersihan ditubular ginjal.


6.        Beers Criteria
Obat yang seharusnya tidak diberikan adalah ranitidine, plavix, cefotaxim, kaltrofen dan diazepam. Tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa pasien harus diterapi dengan obat-obat tersebut dan untuk obat ISDN dapat digantikan dengan obat yang memiliki efek yang sama namun memiliki efek yang sama dengan ISDN.

7.        Plan
·         Penghentian terapi obat yang tidak memiliki indikasi seperti diazepam yang dapat menyebabkan gangguan hati berat sehingga dapat memperparah keadaan penyakit hati dari pasien dan penggunaan kaltrofen sebaiknya dihentikan juga karena pasien tidak mengalami penyakit GOUT.
·         Pengobatan hepatitis : Terapi dengan Lamivudin 100 mg 1x1 sehari sebagai antiviral untuk hepatitis obat ini mampu mempengaruhi proses replikasi DNA dan membatasi kemampuan virus hepatitis B berproliferasi. Lactulosa tetap diberikan untuk mengatasi ensefalopati hati pada pasien. Comafusin Hepar tetap diberikan sebagai terapi untuk perbaikan sel-sel hati pada pasien.
·         Terapi obat ranitidin perlu diganti, untuk hiperasiditas dapat digunakan H2 bloker, antasida, PPI dan sukralfat. Atau dapat juga di berikan Metoklopramid 10 mg 3x1 setiap hari 1 tablet.
·         Penggunaan Folic Acid 1x1 sehari 1 mg untuk terapi anemia pada pasien.
·         Pemberian multi-Vitamin sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis.

8.        Kolaborasi dengan Dokter
Jika diperlukan penggantian obat ataupun penambahan obat yang akan diberikan kepada pasien dapat dilakukan dengan diskusi dengan dokter. Hal yang dapat dilakukan oleh apoteker adalah mendiskusikan masalah terapi yang telah diberikan oleh dokter selama masa-masa terapi. Baik itu penggunaan antiviral penyakit hepatitis, terapi anemia maupun pemberian multivitamin pada pasien yang bersangkutan.
 
9.        Monitoring
Monitoring yang dilakukan pada pasien penderita encefalopati hepatik adalah dengan pemeriksaan tes fungsi hati yang meliputi pemeriksaan aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase, bilirubin, albumin, dan waktu protombin. Jika nilai dari hasil tes fungsi hati telah mencapai nilai normal maka dapat dikatakan pengobatan yang diberikan kepada pasien telah berhasil.

10.    Konseling ke Pasien
·         Memberikan pemahaman pada pasien tentang terapi obat hepatitis yang telah diberikan seperti cara penggunaan dan frekuensi penggunaan obatnya.
·         Memberikan penjelasan kepada pasien maupun keluarganya agar pasien dapat patuh dalam meminum obat selama berada masa terapi.
·         Menyarankan kepada pasien untuk diet, banyak beristirahat, menjaga asupan gizi, tidak merokok dan menghindari alkohol.
·         Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit hepatitis yang diderita, pasien harus di terapi sampai virusnya hilang dan pasien segera mendapatkan vaksin hepatitis untuk mencegah kekambuhan penyakit kembali.
·         Memantau perkembangan terapi selama menggunakan obat.
Menyampaikan kepada pasien dan keluarganya untuk segera memberitahukan dokter atau petugas medis lain jika merasa ada kelainan yang terjadi setelah pemberian terapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar