Vibrio cholerae
Vibrio cholerae termasuk vibrionaceae, merupakan bakteri batang pendek gramnegatif, (berdiameter 0,5 (m dengan panjang 0,5-3,0(m) yang terlihat berbentuk koma
pada awal isolasi. Pada kenyataannya, Koch merupakan orang yang pertamakali
menamakan isolat bakteri ini yaitu Komabacillus. Setelah beberapa kali dipindahkan,
isolat menjadi bentuk batang lurus. Motilitas disebabkan flagela tunggal polar,
berselaput, dan tebal.
A. Penentu Patogenisitas
Enterotoksin. Faktor patogenik utama yang dihasilkan oleh Vibrio cholerae O1, adalah
enterotoksin ekstraseluler yang berperan pada sel usus halus. Struktur dan fungsi
enterotoksin ini sangat berhubungan erat dengan LT pada E. coli.
Toksin cholera (CT) atau choleragen, merupakan molekul protein kompleks
dengan BM 84.000 Da. Protein ini disusun oleh dua subunit, yaitu, subunit A yang
mampu melakukan aktivitas biologik, dan subunit B yang mampu mengikatkan toksin
pada sel inang. Subunit A terdiri dari dua polipeptida yang terikat satu sama lain oleh
ikatan disulfida tunggal. Aktivitas toksik ditempatkan pada subunit A1, sedangkan A2
terkait pada subunit B. Subunit B terdiri dari lima peptida yang identik dengan BM
masing-masing 11.500 Da. Subunit B secara cepat danirreversibel kepada molekul GM1
monogangliosida sel usus halus. Selanjutnya subunitA melepaskan diri dari subunit B,
dan menembus membran sel. Aktivasi A1 terjadi karena penurunan ikatan disulfida. A1
diaktivkan secara enzimatik, mentransfer ADP-ribosadari NAD kepada protein pengikatGTP. Akibatnya menghambat mekanisme penghentian GTPpada aktivitas adenilsiklase
dan meningkatkan aktivitas adenilsiklase. Peningkatan aktivitas adenilsiklase
menyebabkan penambahan siklik AMP (cAMP) intraseluler, yang selanjutnya
mengakibatkan cepatnya sekresi elektrolit ke dalam lumen usus halus. Kehilangan
elektrolit disebabkan peningkatan sekresi NaCl dan pencegahan absorpsi Na dan Cl oleh
brush border, melalui mekanisme kotranspor NaCl. Akibatnya cairan plasma menjadi
isotonik dengan kadar bikarbonat dua kali lipat konsentrasi plasma normal dan kalium 4-8 kali lipat plasma normal. Cairan yang hilang dapat mencapi 1L per jam, dan efeknya
dapat terjadi secara langsung pada pasien.
Hasil penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa subunit CT-B dari biotipe
klasik, tetap ada, sedangkan pada biotipe el tor, subunit-B secara genetik terdapat
bermacam-macam, selain tempat pengikatan GM1.
Enterotoksin klasik yang disebutkan di atas berhubungan dengan strain-O1.
Bagaimanapun, terdapat banyak bukti bahwa chloreae non-O1 juga dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, dan penyakit yang disebabkannya dibedakan menjadi dua bentuk,
pertama penyakit yang tidak dapat dibedakan dari kolera klasik, dan kedua, berupa diarhe
berdarah dan demam. Saat ini diketahui bahwa sejumlah Vibrio cholerae strain non-O1
dapat menghasilkan enterotoksin klasik, sedangkan strain lain menghasilkan enterotoksin
tahan-panas (heat-stable enterotoxin/NAG-ST).
Adherensi. Produksi enterookain sendiri bukan satu-satunya faktor dalam patogenitas
cholerae. Vibrio choleraeO1 virulen juga bearada dalam saluran intestin melalui
penempelan pada jalur intestinal. Penelitian pada adherensi memperlihatkan bahwa
strain virulen menembus mukus intestin dan menempel kepada mikrovili pada brush
border sel epitel. Motilitas dapat dilibatkan dalamadherensi, karena strain toksinogenik,
nonmotil tidak menyebabkan penyakit. Kemotaksis juga penting, karena strain motil
dapat merespon stimuli kemotaksis dapat bertahan hidup lebih baik dibandingkan dengan
strain nonmotil. Strain penghasil NAG-ST juga memiliki faktor untuk kolonisasi.
B. Epidemiologi
Biotipe el tor dan cholerae dari serogrup O1, mampu menyebabkan penyakit yang
melibatkan banyak orang. Sejak tahun 1817 terdapat tujuh pandemik, sampai terjadi
perkembangan pengobatan terhadap penyakit ini. Meskipun V. cholerae secara alami
terdapat di lingkungan, perannya di lingkungan menyebabkan bakteri ini sulit untuk
diperkirakan pada daerah endemik kolera. Pada daerah yang tidak cukup sanitasi, carrier
dianggap lebih penting dari lingkungan, sebagai sumber kasus kolera baru.
Idiopatik, hipoklorhidria tropis juga dapat menjadi faktor utama penyebaran
penyakit pada daerah endemik. Seorang penderita kolera di daerah endemik, sering
aklorhidria atau hipoklorhidria, dan cairan pencernaannya tidak dapat membunuh bakteri
ini.
C. Manifestasi Klinik
Kolera asiatik klasik merupakan salah satu dari banyak penyakit yang merusak manusia.
Perriode inkubasi dapat terjadi pada beberapa jam-hari, 2-3 hari. Terjadi serangan kuat
diarhe dan muntah. Kehilangan cairan pada kasus yang berat dapat mencapai 15-20 L per
hari. Cairan encer, tidak berbau, dan tanpa mikroba enterik. Shock hipovolemik dan
asidosis metabolik disebabkan kehilangan cairan. Mata dan leher pasien terlihat cekung,
tekanan tugor kulit berkurang. Kasus kematian mencapai 60% pada pasien yang tidak
diobati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar