BAB I
PENDAHULUAN
Kolesterol
merupakan salah satu komponen susu yang terdapat dalam lapisan tipis lemak susu. Sebagian besar lemak didalam
tubuh dan makanan terdapat dalam
bentuk
trigliserida, yang dapat berbentuk
lemak
jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak
jenuh
terutama ditemui dalam makanan
berasal
dari hewan meliputi mentega, daging
berlemak,
organ-organ tubuh, dan susu
berlemak
sedangkan dari bahan makanan
nabati
tertentu seperti santan, minyak kelapa , dan minyak kelapa sawit. Lemak tak jenuh dijumpai dalam bahan
makanan dari tumbuhan
macam minyak tumbuhan selain
minyak
kelapa dan kelapa sawit, alpukat, dan makanan nabati lainnya. Kolesterol dalam jumlah yang sedikit
pada tubuh diperlukan untuk
proses-proses tertentu bagi
kelangsungan
hidup. Akan tetapi, kalau
jumlahnya
berlebihan maka kolesterol akan
membuat
darah menjadi lebih kental, lebih
berlemak
sehingga mengancam bagi kelancaran
peredaran darah apalagi jika sudah
menempel
di dinding pembuluh darah atau
mengendap
membuat sumbatan pada pembuluh
darah kecil.
Kadar
kolesterol total yang dianggap
ideal
adalah dibawah 200 mg/dL. (General
hospital
Singapore). Perhatian terhadap
kolesterol
dimulai sejak adanya pendapat
tentang
kaitan antara konsumsi kolesterol dan insiden penyakit jantung koroner. Hal
ini menekankan
akan pentingnya penentuan
kolesterol
pada makanan hewani, termasuk
daging,
telur, susu dan produk-produk
lainnya.
Timbulnya konsensus pembatasan
kolesterol
ikut memperbaiki peraturan
kesehatan
yang dihasilkan dalam pedoman
baru
pengadaan makanan yang khusus
membutuhkan
kolesterol. Oleh
karena itu, penentuan kadar
kolesterol
dalam makanan menjadi penting.
Beberapa
metode yang digunakan untuk
menentukan
kadar kolesetrol antara lain
Kromatografi
Gas, HPLC dan enzimatic measurenment. Penentuan kolesterol
dalam makanan dengan
metoda kromatografi gas lebih banyak
disukai
karena metodanya yang cukup
sederhana.
Kolesterol merupakan fraksi lemak
yang
tidak tersabunkan. Metode kromatografi gas memerlukan preparasi sebelum
analisis yang
meliputi : ekstraksi lipida total,
menguapkan
pelarut yang digunakan, saponifikasi alkalis
dari lipida, ekstarksi senyawa
tak tersaponifikasi dengan pelarut
organik,
menguapkan pelarut yang dipakai,
derivatisasi
senyawa tak tersaponifikasi
dianalisis
dengan kromatografi. Metode lain
yang
lebih singkat adalah dengan mengadakan saponifikasi langsung dari sample
kemudian diteruskan
dengan ekstraksi media alkali
tersebut
dengan pelarut organik dan
penentuan
dengan kromatografi gas. Review
ini
bertujuan untuk melaporkan penentuan
kadar
kolesterol dengan netode kromatografi gas.
BAB II
HASIL DAN
PEMBAHSAN
Kolesterol
Kolesterol
merupakan salah satu sterol yang
penting
dan banyak terdapat di alam.
Koleterol
terdapat pada hampir semua sel
hewan
dan manusia. Pada tubuh manusia
kolesterol
terdapat dalam darah, empedu,
kelenjar
adrenal bagian luar dan jaringan
syaraf.
Mula-mula kolesterol diisolasi dari
batu
empedu karena kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut. Kolesterol dapat larut
dalam pelarut lemak misalnya
eter, kloroform, benzena dan alkohol
panas.
Apabila terdapat dalam konsentrasi
tinggi
kolesterol mengkristal dalam bentuk
kristal
yang tidak berwarna, tidak terasa, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 150-151 C. Endapan kolesterol
apabila terdapat dalam
pembuluh darah dapat menyebabkan
penyempitan
pembuluh darah karena dinding
pembuluh
darah menjadi lebih tebal. Hal ini
mengakibatkan
berkurangnya kelenturan pembuluh
darah sehingga aliran darah
terganggu
dan untuk mengatasi gangguan ini
jantung
harus mempompa darah lebih keras.
Saponofikasi
Metode
kuantitatif penentuan kadar kolesterol makanan yang diadopsi dari AOAC, 1996 ;Punwar, 1976
diantaranya adalah ekstraksi
lipid,
saponifikasi, ekstraksi dari zat yang tidak tersaponifikasi dengan benzena dan kromatografi gas
5a-kolestana sebagai standar
internal. Saponifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah. Saponifikasi tidak
hanya menghasilkan kolesterol
akan tetapi juga pengotor lain dari
asam
lemak. Meskipun pada kenyataannya
lipid
dalam sampel sudah diekstraksi terlebih dahulu. Van Elswyk et al. (1991) menyimpulkan bahwa
metode saponifikasi langsung
adalah metode yang paling akurat
untuk
menghasilkan kolesterol bebas.
Pernyataan
ini diawali dengan penelitian
Adam
et al yang menggunakan metode
saponifikasi
langsung dengan KOH-etanol
dan
metode ini dapat mengeliminasi ekstraksi lipid. Dalam penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
saponifikasi langsung lebih
efisien dibandingkan dengan metode
yang
lain. Teknik saponifikasi ini dapat
dilakukan
dengan penambahan KOH dalam
air
atau alkohol. Pada penelitian ini
menunjukkan
bahwa saponifikasi yang menggunakan
larutan KOH dalam air dengan
penambahan
etanol lebih efektif menghilangkan
semua pengotor (asam lemak)
dalam
bentuk busa yang dapat dipisahkan
selama
ekstraksi dan purifikasi.
Ekstraksi
Pembersihan hasil kromatogram tidak
hanya disebabkan
oleh saponifikasi akan tetapi juga
ekstraksi
dan purifikasi. Kolesterol dengan
polaritas
rendah dalam campuran yang
tersaponifikasi
harus diekstraksi dengan
pelarut
yang dapat bercampur baik dalam
suasana
air-etanol dan menciptakan fase
homogen
dalam ekstraksi. Penelitian yang
lain
untuk mengekstraksi kolesterol adalah dengan menggunakan eter (Hwang et
al.,2003) atau heksana Fenton, 1992; Fenton and Sim, 1991). Penggunaan
eter sebagai pelarut dapat
menghasilkan peroksida yang dapat
menyebabkan
degradasi sterol (Fenton, 1992).
Indyk
(1990) and Fenton and Sim (1991).
Sehingga
ekstraksi kolesterol yang dapat
dilakukan
adalah dengan menggunakan
heksana
dimana berdasarkan laporan
menunjukkan
bahwa hasilnya cukup akurat.
Hal
ini karena heksana merupakan pelarut
yang
baik untuk kolesterol. Heksana tidak
berbahaya
dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain dan tidak membentuk emulsi sebagai toluen
serta tidak membentuk peroksida
yang dapat menurunkan kadar
kolesterol
dan tidak larut sempurna dalam air.
Ekstraksi tersebut dilakukan dengan menggunakan ekstraksi heksana ganda untuk memperoleh recoveri yang cukup seperti yang dilakukan oleh Patton et al. (1990) dan Al-Hasani et
al. (1990, 1993). Fenomena ini dapat terjadi
karena heksana merupakan pelarut yang
sangat rendah polaritasnya.
KG
(Kromatografi Gas)
Kromatografi berasal dari kata chroma (warna) dan graphein (penulisan) merupakan suatu teknik pemisahan fisik karena memanfaatkan perbedaan yang kecil sifat-sifat fisik dari komponen-komponen yang akan dipisahkan. Kromatografi gas
(KG) adalah suatu cara untuk memisahkan
campuran dengan mengalirkan arus
gas melalui fase diam (H.M Mc nair, 1988). Metode kromatografi yang digunakan ada dua cara yaitu cara tradisional dengan derivatisasi dan modern tanpa derivatisasi. Derivatisasi sterol dianalisis dengan detektor flame ionisasi. Pada derivatisasi sterol, kolom GC dilapisi dengan golongan silanol aktif pada permukaan yang terbuat dari silika yang dapat mencegah adsorpsi analit yang tidak dapat dideritivikasi sehingga gangguan puncak tidak dapat teramati. Meskipun puncak beberapa asam lemak metil ester masih ada dalam kromatogram, tetapi tidak nampak pada saat pemisahan atau kontaminasi pada kolom kapiler, elusi hanya terjadi pada bidang pelarut. Pemisahan kromatografi kolesterol tanpa derivatisasi TMS eter sudah diteliti dan didokumentasi akhir-akhir ini karena perkembangan teknologi kromatografi gas kapiler dengan resolusi tinggi(Fenton, 1992; Wu et al.,1997;Hwang
et al., 2003; Thompson and Merola,
1993;Al-Hasani et al., 1993). Penelitian ini
menunjukkan bahwa kolesterol tidak membutuhkan
untuk dirubah menjadi lebih volatil dan
hasilnya dapat dibandingkan dengan teknik
derivatisasi tradisional.
Kalibrasi
Kalibrasi standard internal dan eksternal telah direkomendasikan untuk analisis kolesterol. Teknik standard internal dapat meminimalkan pengaruh berbagai macam error analit termasuk fluktuasi ukuran sample yang mana timbal baliknya adalah senyawa yang digunakan sebagai standar internal mempunyai sifat kimia yang sama dengan analit. Senyawa 5-kolesten yang sering digunakan sebagai standar internal dalam analisis kolesterol adalah alkana yang mempunyai sifat kimia dan fisika seperti kolesterol sehingga kegunaannya sebagai standar internal sangat dibutuhkan. Selanjutnya, ketidaktentuan pengukuran area standar internal sendiri dapat meningkatkan presisi eror analisis dibandingkan pengukuran dengan kalibrasi teknik standar eksternal karena muncul dua puncak pada pengukuran lebih dari satu.
Validasi
Metode Analisis
Validasi menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia adalah konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu untuk maksud khusus dipenuhi. Definisi validasi metode sendiri adalah proses terdokumentasi yang menjamin bahwa pelaksanaannya dapat juga diartikan sebagai rangkaian seri percobaan tertentu untuk memastikan bahwa metode analisis yang akan dipakai telah sahih memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Rangkaian seri percobaan yang dipakai untuk memvalidasi metode analisis disebut parameter validasi. Parameter metode analisis terdiri dari :
a.
Selektivitas dan Spesifitas
Selektivitas
diartikan sebagai kemampuan suatu
metode analisis untuk memberi tanggap
detector terhadap komponen-komponen
kimia secara terpisah sedangkan
spesifitas diartikan sebagai kemampuan suatu
metode analisis untuk memberi tanggap
detector hanya terhadap suatu analat.
b.
Kecermatan (Presisi)
Kecermatan atau
presisi diartikan sebagai perbedaan
dari hasil penentuan berulang kali
(2-10 kali) dengan protokol atau prosedur analisis
yang diikuti ketat secara sama. Kecermatan
dapat dinyatakan dengan Coeffient of
Variation (CV) dan Relative Standard Deviation
(RSD) sebagai berikut :
RSD =
(s/x)x1000ppt
CV = (s/x) x 100%
Dimana s adalah
simpangan baku dan x merupakan hasil
penentuan rata-rata. Untuk harga RSD < 20
ppt atau CV < 2% dapat dikatakan metode
tersebut memiliki presisi yang bagus.
c.
Ketepatan (Accuracy)
Ketepatan
(akurasi) adalah keterdekatan hasil
penentuan metode analisis dengan harga
sebenarnya. Indikasi yang paling umum untuk
menyatakan “High Accuracy” adalah
persen perolehan kembali (% recovery ) yang
dinyatakan :
%recovery = Xt/Xi
x 100%
Akurasi dapat juga
dinyatakan dalam absolute Error ( AE) atau
Relative Error (RE) sebagai berikut :
AE = Xi-Xt
RE = [(Xi-Xt)] x
100%
Dimana Xi adalah harga atau
kadar rata-rata yang didapat dan Xi adalah harga atau kadar yang sebenarnya. Persen atau kadar yang sebenarnya. Persen recovery 80%-120% sudah dikatakan memadai untuk analisis cuplikan biologis atau bioanalisis (Mulja,Muhammad,
1997).
BAB III
KESIMPULAN
Metode kromatografi gas merupakan metode sederhana dan mempunyai tingkat keakurasian yang baik untuk penentuan kolesterol dalam makanan,
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.L.,
Sullivan, D.M., Smith, R.L., Richter, E.F. 1986. Evaluation Of direct
saponification method for determination of
cholesterol in meats.Journal of Association of Official Analytical
Chemists Vol. 69. Hal.844–846.
Al-Hasani, S.M.,
Shabany, H., Hlavac, J. 1990. Rapid determination of cholesterol in
selected frozen foods.Journal of Association of Official Analytical
Chemists. Vol. 73 (5). Hal. 817–820.
Al-Hasani, S.M.,
Hlavac, J., Carpenter, M.W., 1993. Rapid
determination of cholesterol in single and multi-component prepared
foods.Journal of AOAC International
74 (4), 902–906.
Fenton, M., and J.
S. Sim. 1991.Determination of egg yolk cholesterol content by
on-column capillary gas chromatography .J. Chromatogr. Vol.540.
Hal:323–329.
Hwang, B.S., Wang,
J.T., Choong, Y.M. 2003.A simplified method for the quantification of
total cholesterol in.lipids using gas chromatography. Journal of Food Composition
and Analysis 16,
169–178.
Naeemi, E. D., N.
Ahmad, T. K. Al-Sharrah,and M. Behbahani.1995.Rapid and simple method for
determination of cholesterol in processed food. J.AOAC Int.
Vol.78. Hal.1522–1525.
Patton, G.M.,
Fasulo, J.M., Robins, S.J., 1990.Analysis of lipids by high performance liquid
hromatography:part I. Journal of NutritionalBiochemistry. Vol. 1 (9).
Hal. 493–500.
.
Punwar, J.K.,
1975.Gas–liquid chromatographic
determination of total cholesterol in multi-component foods . Journal of
Association of Official
Analytical Chemists 58 (4), 804–810.
.
Punwar, J.K .,
1976.Collaborative study for the comparison of
two methods for the determination of
total cholesterol in multi-component
foods. Journal of Association of
Official Analytical Chemists 59 (1),46–50.
Sastrohamidjojo
Hardjono. (1991).Kromatografi. Edisi Kedua. CetakanPertama. Universitas
Gadjah mada.Yogyakarta.
Soedigno Soekeni.
1977.Cara StatistikaKimia.Cetakan Kesembilan. Penerbit ITB. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar