BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Spektroskopi
adalah studi mengenai interaksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya
atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Spektrofotometer adalah
alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektofotometer adalah
alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, ataupun celah optis.
Analisis
Spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies kimia. Berprinsip
pada penggunaan cahaya/tenaga magnet atau listrik untuk mempengaruhi senyawa
kimia sehingga menimbulkan tanggapan. Tanggapan tersebut dapat diukur untuk menetukan jumlah
atau jenis senyawa. Cara interaksi dengan suatu sampel dapat dengan absorpsi,
pemendaran (luminenscence) emisi, dan penghamburan (scattering) tergantung pada
sifat materi. Teknik spektroskopi meliputi spektroskopi UV-VIS, spektroskopi
serapan atom, spektroskopi infra merah, spektroskopi fluorensi, spektroskopi
NMR, dan spektroskopi massa.
Dalam wilayah spectrum elektromagnetik, molekul mengalami
transisi elektronik. Teknik ini melengkapi spektroskopi fluoresensi.
Fluoresensi berkaitan dengan transisi dari keadaan tereksitasi ke keadaan
dasar, sementara langkah-langkah penyerapan transisi dari dasar ke keadaan tereksitasi.
UV/Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan solusi
dari logam transisi ion dan sangat berkonjugasi senyawa organik. Solusi ion
logam transisi dapat diwarnai (yaitu, menyerap cahaya tampak) karena elektron dalam atom logam dapat tertarik dari
satu elektronik yang lain. Warna solusi
ion logam sangat dipengaruhi oleh keberadaan spesies lain, seperti anion
tertentu atau ligan. Misalnya, warna encer larutan sulfat tembaga adalah sangat
ringan biru; menambahkan amonia mengintensifkan warnanya dan perubahan panjang
gelombang serapan maksimum (λmax). Senyawa organik, terutama yang tingkat
tinggi konjugasi, juga menyerap cahaya di UV atau daerah terlihat dari spektrum
elektromagnetik. Dari uraian di atas maka dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai spektrifotometri UV-VIS.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apakah
yang dimaksud dengan spektrofotometri UV-Vis?
2. Apa
yang menjadi prinsip dasar dari spektrofotometri UV-Vis?
3. Bagaimana
syarat-syarat senyawa yang dapat di analisis dengan spektrofotometer uv-vis?
4. Hal-hal
apakah yang perlu diperhatikan dalam spektrofotometri uv-vis?
5. Apa
batasan-batasan spektrofotometri UV-Vis
berdasarkan hukum Lambert-Beer?
6. Apa
manfaat spektrofotometri UV-Vis?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk
mengetahui definisi spektrofotometri UV-Vis.
2.
Untuk mengetahui prinsip
dasar dari spektrofotometri UV-Vis.
3. Untuk
mengetahui syarat-syarat senyawa yang dapat di analisis dengan spektrofotometer
uv-vis.
4. Untuk
mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam spektrofotometri uv-vis.
5. Untuk
mengetahui batasan-batasan spektrofotometri UV-Vis berdasarkan hukum lambert-beer.
6. Untuk
mengetahui manfaat spektrofotometri UV-Vis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam
studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia,
memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran
kuantitatif (Hendayana, 1994).
Metoda spektrofotometri uv-vis adalah salah satu metoda analisis kimia
untuk menentukan unsur logam, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Analisis secara kualitatif berdasarkan pada
panjang gelombang yang ditunjukkan oleh puncak spektrum (190 nm s/d 900
nm), sedangkan analisis secara kuantitatif berdasarkan pada penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Intensitas ini sangat
tergantung pada tebal tipisnya media dan
konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Pembentukan warna dilakukan
dengan cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah,
2009).
Penetapan kuantitatif pada spektrofotometri dilakukan dengan mengukur
serapan larutan zat dalam pelarut serta pada panjang gelombang tertentu. Pada
pengukuran serapan suatu larutan hampir selalu menggunakan blanko yang
digunakan untuk mengatur spektrofotometer hingga pada panjang gelombang
pengukuran mempunyai serapan nol. Maksud dari blanko yaitu untuk koreksi
serapan yang disebabkan pelarut pereaksi, sel ataupun pengaturan alat. Blanko
dapat berupa pelarut yaitu pelarut yang sama seperti yang digunakan untuk
melarutkan zat atau blanko, pereaksi yang sama seperti yang digunakan untuk
menyiapkan larutan zat (Anonim, 1979).
Larutan senyawa berwarna mampu menyerap sinar tampak yang melalui larutan
tersebut. Jumlah intensitas sinar yang diserap tergantung pada macam yang ada
di dalam larutan, konsentrasi panjang jalan dan intensitas sinar yang diserap
dinyatakan dalam Hukum Lambert yang sudah dijelaskan di atas.Warna zat yang
menyerap menentukan panjang gelombang sinar yang akan diserap, warna yang
diserap merupakan warna komplemen dari warna yang terlihar oleh mata (Khopkar,
1990).
Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi
maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang
sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk
mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan
tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultraviolet
dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung
gugus-gugus pengabsorpsi (Hendayana, 1994).
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang
didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra violet (UV) dan sinar
tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini
jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak. Senyawa
yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor,
sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa
harus memiliki warna (Fatimah, 2003).
Identifikasi kualitatif dari suatu senyawa serapan kromofor adalah berupa
Spectra yang ditunjukkan dari panjang gelombang (λ) versus absorbansi. Setiap
kromofor akan memberikan suatu titik spesifik yang disebut dengan panjang
gelombang maksimum(λmaks). Selanjutnya, untuk analisis sampel murni,
identifikasi pada panjang gelombang maksimum dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif, karena absorbansi sampel akan berbanding lurus dengan konsentrasi
sampel, sesuai dengan hokum Lambert-Beer.
A= ε b.c (Fatimah, 2003).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Spektrofotometri Uv-Vis
Spektrofotometri
merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang
digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Spektrofotometri
UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM
(radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
(380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Panjang
gelombang cahaya UV-Vis jauh lebih pendek daripada panjang gelombang radiasi
inframerah. Spektrum sinar tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai
750 nm (merah), sedangkan spektrum ultraviolet terentang dari 100 nm sampai 400
nm. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan
panjang gelombang radiasi.
Warna
yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplementer dari warna yang
teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna komplementernya terdapat pada
tabel berikut ini :
Panjang
gelombang
|
Warna
terlihat
|
Warna
komplementer
|
<400
|
Ultraviolet
|
-
|
400-450
|
Violet
|
Kuning
|
450-490
|
Biru
|
Jingga
|
490-550
|
Hijau
|
Merah
|
550-580
|
Kuning
|
Ungu
|
580-650
|
Jingga
|
Biru
|
650-700
|
Merah
|
Hijau
|
>700
|
Inframerah
|
-
|
B.
Instrument spektrofotometri UV-VIS
Instrument yang digunakan untuk mempelajari serapan
atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang
disebut “spectrometer” atau spektrofotometer. Spektrofotometer sesuai dengan
namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkam sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapt lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan
panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dengan
berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benarbenar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelomabang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengarbsorbsi untuk larutan sample dan blangko ataupun
pembanding.
·
Sumber
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi
adalah lampu wolfram. KVi n Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu, i
= arus cahaya, V = tegangan, n = eksponen (3-4 pada lampu wolfram), variasi
tegangan masih dapat diterima 0,2% pada
suatu sumber DC, misalkan : baterai. Lampu hydrogen atau lampu deuterium
digunakan untuk sumber pada daerah UV. Kebaikan lampu wolfram adalah energi
radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk
memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan transformator. Jika potensial
tidak stabil, kita akan mendapatkan energi yang bervariasi. Untuk
mengkonpensasi hal ini maka dilakukan pengukuran transmitan larutan sample
selalu disertai larutan pembanding.
·
Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan
sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan
celah. Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan
untuk mendapatkan λ yang diinginkan. Ada dua tipe prisma seperti ditunjukkan di
bawah ini, yaitu susunan Cornu dan susunan Littrow.
Secara umum tipe Cornu menggunakan sudut 60º,
sedangkan tipe Littrow menggunakan prisma di mana pada sisinya tegak lurus
dengan arah sinar yang berlapis alumunium serta mempunyai sudut optic 30º.
Kekuatan disperse dinyatakan dengan persamaan :
Rumus:
·
Sel
absorbsi
Pada pengukuran di daerah tampak
kurvet kaca atau kurvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran
pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarasa karena gelas tidak tembus
daerah cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kurvetnya adalah 10 mm, tetapi
yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang digunakan
biasanya berbentuk persegi , tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kita
harus dapat menggunakan kurvet yang bertutup untuk pelarut organic. Sel yang
baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.
C.
Prinsip
Dasar Spektrofotometri UV-Vis
Dasar
Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa,
maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur
dari molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum
UV-Vis tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektra UV-Vis dari
senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara
tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Oleh sebab itu, serapan radiasi UV-Vis
sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik.
Radiasi
ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul
yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau atom yang mengandung
elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat
energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut
sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif.(jurnal..)
Transisi elektronik dapat diartikan sebagai perpindahan elektron dari satu orbital ke orbital yang lain. Energi yang dimiliki sinar UV mampu menyebabkan perpindahan elektron (promosi elektron). Disebut transisi elektronik karena elektron yang menempati satu orbital dengan energi terendah dapat berpindah ke orbital lain yang memiliki energi lebih tinggi jika menyerap energi, begitupun sebaliknya elektron dapat berpindah dari orbital yang memiliki energi lebih rendah jika melepaskan energi. Energi yang diterima atau diserap berupa radiasi elektromagnetik.
1
Transisi σ → σ*
Jenis transisi ini terjadi pada suatu elektron didalam orbital molekul
bonding dieksitasi ke orbital antibonding yang sesuai dengan pengabsobsian
radiasi. Molekul berada dalam bentuk exited state, σ → σ* relatif terhadap
transisi lainnya, energi yang diperlukan untuk menyebabkan transisi σ → σ* adalah besar. Energi yang diperlukan
untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energy sinar yang frekuensinya
terletak diantara UV vakum(kurang dari 180 nm), contohnya metana.
2
Transisi n → σ*
Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung
atom-atom yang mmiliki electron bukan ikatan (elektron non bonding) energy yang
diperlukan untuk transisi jenis ini lebih kecil dibanding transisi σ → σ*
sehingga sinar yang diserap mempunyai panjang gelombang lebih panjang yakni
sekitar 150-250 nm.
3
Transisi n → π* dan
Transisi π → π*
Jenis transisi ini akan terjadi jika molekul organik mempunyai gugus
fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut
memberikan orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini merupakan transisi
yang paling cocok untuk analisis sebab sesuai dengan panjang gelombang 200-700
nm, dan panjang gelombang ini secara teknis dapat diaplikasikan pada spektrofotmeter.
4
Transisi n → π*
Transisi dari
jenis meliputi transisi elektron-elektron hetero atom tak berikatan ke orbital
anti ikatan Transisi dari jenis meliputi transisi elektron-elektron hetero atom
tak berikatan ke orbital anti ikatan π * . Serapan ini terjadi pada panjang
gelombang yang panjang dan intensitasnya rendah.
Senyawa yang mempunyai orbital molekul n- π* ialah senyawa yang mengandung atom
yang mempunyai pasangan elektron sunyi dan orbital π atau atom yang mempunyai pasangan
elektron sunyi terkonjugasi dengan atom lain yang mempunyai orbital π. Contoh jenis kromofor tersebut adalah
C=O dan C=C-O. Senyawa yang mempunyai transisi n→ π* mengabsorpsi cahaya
di daerah ultraviolet pada panjang gelmbang 200-400 nm. Berdasarkan
energi yang dibutuhkan, maka transisi dari σ ke σ* membutuhkan
energi yang paling besar.
D.
Syarat
senyawa yang dapat dianalsis dengan spektrofotometer UV-Vis
Suatu
senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis jika mempunyai kromofor
pada strukturnya, seperti:
- Ikatan rangkap terkonjugasi: Dua ikatan rangkap
terkonjugasi memberikan suatu kromofor, seperti dalam butadien akan
mengabsorbsi pada 217nm. Panjang gelombang serapan maksimum(lmax) dan
koefisien ekstingsi molar (e) akan bertambah dengan bertambahnya jumlah
ikatan rangkap terkonjugasi.
- Senyawa aromatik: cincin aromatik mengabsorbsi dalam
daerah radiasi UV. Misal : benzen menunjukkan serapan pada panjang
gelombang sekitar 255nm, begitu juga asam asetil salisilat.
- Gugus karbonil: pada gugus karbonil aldehida dan keton
dapat dieksitasi baik dengan peralihan n→p* atau p→p*.
- Auksokrom: gugus auksokrom mempunyai pasangan elektron
bebas, yang disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk
dalam gugus auksokrom ini adalah substituen seperti –OH, -NH2, -NHR, dan
–NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser absorbsi
maksimum (lmax) ke arah l yang lebih
panjang
- Gugus aromatik: adalah yang mempunyai transisi elektron
n→p, seperti nitrat (313 nm), karbonat (217 nm), nitrit (360
dan 280 nm), azida (230 nm) dan tritiokarbonat (500 nm).
E.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri
UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan
dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah
terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapan
yang harus diperhatikan :
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal
ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah
tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau
direaksikan dengan pereaksi tertentu. Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran
hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan
antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan. Pereaksi yang digunakan
harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu 1. Reaksinya selektif dan sensitif,
2. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel, 3. Hasil reaksi stabil dalam
jangka waktu yang lama, 4. Waktu operasional.
2. Pemilihan panjang gelombang
Spektrofotometer
adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi
panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan
elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana detektor dapat mengukur
intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang
diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.
F.
Penggunaan Hukum Beer’s pada campuran
Hukum
Beer’s juga berlaku untuk media yang mengandung lebih dari satu jenis penyerapan
zat kimia. asalkan tidak ada interaksi antara berbagai spesies, total absorbansi
sistem multikomponen dberikan oleh :
Atotal = A1
+ A2 + … + An
= ε1bc1
+ ε2bc2 + … + εnbcn
dimana subskrip
mengacu pada penyerapan komponen 1, 2, … , n.
keterbatasan hukum beer
Beberapa
pengecualian yang ditemukan pada persamaan bahwa absorbansi berhubungan linier
terhadap panjang gelombang. di sisi lain, penyimpangan dari proporsionalitas
langsung antara absorbansi yang diukur dan konsentrasi ketika b adalah konstan
yang sering ditemui. beberapa penyimpangan yang fundamental dan merupakan
keterbatasan nyata hukum. lain terjadi sebagai sebuah konsekuensi dari cara di
mana pengukuran absorbansi dibuat atau sebagai akibat dari perubahan kimia yang
berhubungan dengan perubahan konsentrasi, ke dua terakhir kadang-kadang
dikenal, berturut-turut, sebagai penyimpangan instrumental dan penyimpangan
kimia.
Keterbatasan nyata hukum beer’s
Hukum
Beer berhasil menggambarkan perilaku penyerapan media yang mengandung
konsentrasi analit yang relatif rendah,. Dalam hal ini, itu merupakan suatu
yang membatasi hukum, pada konsentrasi tinggi (biasanya> 0,001 M), jarak
rata-rata antara molekul yang bertanggung jawab untuk penyerapan berkurang pada
titik di mana setiap molekul mempengaruhi distribusi muatan dari tetangganya.
Interaksi ini, pada gilirannya, dapat mengubah kemampuan molekul untuk menyerap
panjang gelombang tertentu dari radiasi. Karena luasnya interaksi tergantung
pada konsentrasi, terjadinya fenomena ini menyebabkan penyimpangan dari
hubungan linier antara serapan dan konsentrasi. Efek yang sama kadang-kadang
ditemui pada media yang mengandung konsentrasi penyerap rendah tetapi
konsentrasi tinggi dari jenis yang lain, terutama elektrolit. Bagian akhir dari
ion ke absorber mengubah penyerapan molar yang terakhir oleh interaksi
elektrostatik, efeknya berkurang dengan pengenceran.
Sedangkan
pengaruh interaksi molekul biasanya tidak signifikan pada konsentrasi di bawah
0,01 M, beberapa pengecualian terjadi di antara beberapa ion organik besar atau
molekul. Sebagai contoh, penyerapan molar pada 436 nm untuk kation dari metilen
biru dalam larutan air dilaporkan meningkat 88% sebagai celupan konsentrasi
meningkat dari 10-5 sampai 10-2 M. bahkan di bawah 10-6
M, ketelitian pada hukum beer’s ini tidak diperhatikan.
Penyimpangan
dari hukum beer juga meningkat karena ε bergantung pada indeks bias medium.
Dengan demikian, jika perubahan konsentrasi menyebabkan perubahan signifikan
dalam indeks bias n dari sebuah
larutan, permulaan dari hukum beer’s diperhatikan. Sebuah koreksi untuk efek
ini dapat dibuat dengan substitusi dari kuantitas εn/(n2 + 2)2
untuk ε dalam persamaan 13-8. Secara umum, koreksi ini tidak pernah lebih
besar dan jarang signifikan pada konsentrasi kurang dari 0,01 M.
Penyimpangan
nyata dari hukum beer’s ini timbul ketika memisahkan analit, campuran atau
bereaksi dengan pelarut untuk menghasilkan produk yang memiliki spektrum
penyerapan yang berbeda dari analit. Sebuah contoh umum dari perlakuan ini
ditemukan pada larutan air dari indikator asam / basa. Misalnya, perubahan
warna yang berhubungan dengan indikator HIn yang khas muncul dari pergeseran
dalam kesetimbangan
Contoh 13-1
menunjukkan bagaimana pergeseran dalam keseimbangan ini dengan hasil
pengenceran dalam penyimpangan dari hukum beer’s.
Penyimpangan Nyata
Instrumen Dengan Radiasi Polikromatik
Ketaatan
pada hukum beer’s ini hanya teramati dengan radiasi yang benar-benar
monokromatik, pengamatan ini adalah suatu manifestasi dari sifat keterbatasan
hukum. Sayangnya, penggunaan radiasi yang terbatas pada panjang gelombang
tunggal jarang praktis karena perangkat yang mengisolasi bagian dari output
dari sumber kontinum menghasilkan sebuah band yang kurang lebih simetris dari sekitar
panjang gelombang yang diinginkan.
Penurunan
berikut menunjukkan efek radiasi polikromatik pada hukum beer’s. Pertimbangkan
sinar yang terdiri dari hanya dua panjang gelombang λ’ dan λ". Dengan
asumsi bahwa hukum beer’s berlaku ketat untuk masing-masing panjang gelombang
individu.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan
transmitan. Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus:
A= ε b.c
dimana: A = Absorban
ε =
Absoptivitas molar
b =
tebal kuvet (cm)
c =
konsentrasi
Dalam hukum Lambert-Beer
tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu:
1. Sinar
yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan dengan
panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan
sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi oleh
molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan
terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet) yang sama.
4. Penyerapan
tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan yang diukur
harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel
koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi
analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu kelinearan
grafik absorbansi versus konsntrasi.
G.
Manfaat
dari spektofotometri UV-Vis
Spekra
UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan
untuk analisis kuantitatif.
A. Analisis
Kualitatif
Penggunaan alat ini
dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab spektrum sinar tampak atau sinar
UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang lebar sehingga dapat disimpulkan
bahwa spektrum yang dihasilkan kurang menunjukan puncak-punca serapan. Namun,
walaupun puncak yang dihasilkan bebentuk lebar, puncak tersebut masih dapat
digunakan untuk memperoleh keterangan ada atau tidaknya gugus fungsional
tertentu dalam suatu molekul organik.
B. Analisis
Kuantitatif
Penggunaan sinar UV
dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa keuntungan, diantaranya ;
Ø Dapat
digunakan secara luas
Ø Memiliki
kepekaan tinggi
Ø Keselektifannya
cukup baik dan terkadang tinggi
Ø Ketelitian
tinggi
Ø Tidak
rumit dan sepat
H.
Penerapan
spektrofotometer UV-VIS dalam bidang Farmasi
Sefadroksil
mempunyai kemiripan struktur kimia dengan Sefaleksin yang juga merupakan
antibiotika sefalosporin generasi pertama. Perbedaannya adalah terdapatnya
gugus p-OH pada cincin fenil sefadroksil.
Contoh penetapan kadar sefadroksil ini didasarkan
karena adanya gugus fenil yang berlaku sebagai kromofor dan gugus hidroksil
yang berfungsi sebagai auksokrom. Kromofor merupakan senyawa organik yang
memiliki ikatan rangkap yang terkonjugasi. Dua ikatan rangkap terkonjugasi
memberikan suatu kromofor seperti dalam butadien akan mengabsorpsi pada 217 nm.
Panjang gelombang maksimum absorpsi dan koefisien ekstingsi molar akan
bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap terkonjugasi lainnya.
Dalam penetapan kadar sefadroksil secara spektrofotometri visibel ini, digunakan pereaksi etil asetoasetat dan formaldehid. Etil asetoasetat dipilih untuk menggantikan asetilaseton karena harganya lebih murah. Disamping itu, adanya gugus etoksi (berasal dari etil asetoasetat) pada hasil reaksi akan dapat meningkatkan intensitas serapan, karena gugus tersebut merupakan auksokrom. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elekron bebas, seperti hidroksil, metoksi dan amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar (bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hyperkromik).
Reaksi antara sefadroksil dengan hasil kondensasi antara
2 mol etil
asetoasetat dan 1 mol formaldehid
menghasilkan kromofor baru yang memberikan
warna kuning (Gambar 3). Pemilihan
panjang gelombang analisis
sangat penting untuk menentukan sensitivitas
dan selektivitas metode.
Hasil scanning menunjukkan bahwa produk reaksi tersebut mempunyai
panjang gelombang maksimum antara 367 – 400 nm
(Gambar 4). Dengan demikian, panjang gelombang 400 nm dipilih sebagai panjang
gelombang maksimum produk kondensasi sefadroksil
tersebut.
|
Gambar 4. Spektrum larutan
baku
(i) sefadroksil 6,0x10-4 M dan (ii)
hasil
reaksi
antara sefadroksil
2,0x10-4 M dengan hasil kondensasi 2 mol etil asetoasetat
dan 1 mol formaldehid
dalam bufer
asetat
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Spektrofotometri
merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
2. Dasar
Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa,
maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur
dari molekul senyawa tersebut.
3. Suatu senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometer
UV-Vis jika mempunyai kromofor pada strukturnya, seperti:
Ikatan rangkap terkonjugasi,
senyawa aromatic, gugus karbonil, auksokrom, dan
gugus aromatic
4.
Hal-hal harus
diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri UV-Vis pembentukan
molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis dan pemilihan panjang gelombang.
5.
Dalam Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan
transmitan sehingga memiliki batasan-bataan
tertentu.
6.
Manfaat dari
spektrofotometri UV-Vis yaitu dapat digunakan untuk menganalisis senyawa baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979.
Farmakope Indonesia. Edisi III. Depkes RI. Jakarta.
Fatimah,
I. 2003 Analisis Fenol Dalam Sampel Air
Menggunakan Spektrofotometri Derivatif. Logika,
Vol. 9(10). Jakarta.
Fatimah, syamsul dkk, 2009. “Pengaruh Uranium Terhadap Analisis
Thorium Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis”. Seminar Nasional
V Sdm Teknologi Nuklir . Yogyakarta
Hendayana, S. Kadarohman, A.
Sumarna, A. dan Supriatna, A. 1994 . Kimia
Analitik Instrumen, edisi ke-1. IKIP
Press. Semarang.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus