Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan gram-positif lurus sampai kurva langsing
dengan ujung membundar dan merupakan anaerob kuat. Spora C. botulinum
menghasilkan spora yang lebih tahan-panas dibandingkan anaerob lain; derajat ketahanan
terhadap berbagai faktor kimia dan fisik bergantung pada strain spesifik dan tipe
serologik organsime. Tipe A lebih resisten dari tipe B, C, dan D; tipe E adalah yang
paling sedikit tahan panas, tetapi sudah ditemukan macam dari tipe ini yang tahan-panas.
Umumnya, spora dapat bertahan selama beberapa jam pada suhu 100oC dan lebih dari 10
menit pada 120 oC . Spora juga tahan terhadap irradiasi dan dapat bertahan pada suhu -190 oC. C. botulinum diketahui menghasilkan eksotoksin yang sangat poten. Toksin ini
merupakan neurotoksin, yang menyebabkan botulism, suatu penyakit neuroparalisis yang
hebat ditandai oleh serangan yang tiba-tiba dan juga cepat, diakhiri dengan paralisis
berat dan 'pulmonary arrest'. Meskipun penyakit yang disebabkan oleh toksin C.
botulinum jarang terjadi pada manusia, hal ini sering terjadi pada hewan. Seperti toksin
tetanus, secara serologik terdapat delapan perbedaan toksin botulinum, ditandai A, B, C1,
C2, D, E, F, dan G.
Bentuk botulism yang sering terjadi ialah botulism makanan sisa, suatu
intoksikasi yang disebabkan penelanan bentuk awal toksin botulinum dalam makanan
yang terkontaminasi.
Toksin botulinum menambah akses terhadap sistem saraf periferal, dimana aksi
awalnya terhadap ujung saraf kolinergik untuk memblock pelepasan neurotransmitter,
asetilkholin, dari ujung saraf persimbangan neuromuskular. Dari hasil percobaan
diketahui bahwa aksi toksin dianggap memiliki tiga tahap yang berbeda:
1. Berikatannya toksin dengan reseptor pada permukaan membran plasma dengan efek
yang tidak nyata pada transmisi neuromuskuler,
2. Translokasi atau internalisasi toksin, dan
3. Suatu peristiwa intraseluler, efek akhir yang disebabkan oleh bockade stimulus saraf-
penyebab lepasnya asetilkolin.
Tipe Botulism Pada Manusia
Di Amerika Serikat, kasus botulism dikelompokkan menjadi empat katagori:
Botulism makanan-limbah merupakan suatu keracunan makanan yang mematikan yang
disebabkan oleh D. Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan gram-positif lurus sampai kurva langsing
dengan ujung membundar dan merupakan anaerob kuat. Spora C. botulinum
menghasilkan spora yang lebih tahan-panas dibandingkan anaerob lain; derajat ketahanan
terhadap berbagai faktor kimia dan fisik bergantung pada strain spesifik dan tipe
serologik organsime. Tipe A lebih resisten dari tipe B, C, dan D; tipe E adalah yang
paling sedikit tahan panas, tetapi sudah ditemukan macam dari tipe ini yang tahan-panas.
Umumnya, spora dapat bertahan selama beberapa jam pada suhu 100oC dan lebih dari 10
menit pada 120 oC . Spora juga tahan terhadap irradiasi dan dapat bertahan pada suhu -190 oC. C. botulinum diketahui menghasilkan eksotoksin yang sangat poten. Toksin ini
merupakan neurotoksin, yang menyebabkan botulism, suatu penyakit neuroparalisis yang
hebat ditandai oleh serangan yang tiba-tiba dan juga cepat, diakhiri dengan paralisis
berat dan 'pulmonary arrest'. Meskipun penyakit yang disebabkan oleh toksin C.
botulinum jarang terjadi pada manusia, hal ini sering terjadi pada hewan. Seperti toksin
tetanus, secara serologik terdapat delapan perbedaan toksin botulinum, ditandai A, B, C1,
C2, D, E, F, dan G.
Bentuk botulism yang sering terjadi ialah botulism makanan sisa, suatu
intoksikasi yang disebabkan penelanan bentuk awal toksin botulinum dalam makanan
yang terkontaminasi.
Toksin botulinum menambah akses terhadap sistem saraf periferal, dimana aksi
awalnya terhadap ujung saraf kolinergik untuk memblock pelepasan neurotransmitter,
asetilkholin, dari ujung saraf persimbangan neuromuskular. Dari hasil percobaan
diketahui bahwa aksi toksin dianggap memiliki tiga tahap yang berbeda:
1. Berikatannya toksin dengan reseptor pada permukaan membran plasma dengan efek
yang tidak nyata pada transmisi neuromuskuler,
2. Translokasi atau internalisasi toksin, dan
3. Suatu peristiwa intraseluler, efek akhir yang disebabkan oleh bockade stimulus saraf-
penyebab lepasnya asetilkolin.
Tipe Botulism Pada Manusia
Di Amerika Serikat, kasus botulism dikelompokkan menjadi empat katagori:
1. Botulism makanan-limbah merupakan suatu keracunan makanan yang mematikan yang
disebabkan oleh penelanan neurotoksin dalam makanan terkontaminasi Clostridium
botulinum, yang dimasak secara tidak-sempurna.
2. Botulism pada bayi dihubungkan dengan penelanan spora C. botulinum oleh bayi,
perbanyakan organisme dalam saluran gastrointestinal, dan tahap selanjutnya
penyerapan toksin.
3. Botulism luka, yang jarang terjadi, merupakan penyakit neuroparalisis berhubungan
dengan luka yang memperlihatkan sedikit bukti klinik dari infeksi aktif.
4. Botulism yang tidak-dikelompokkan terjadi pada seseorang berumur lebih dari 1 tahun
dimana memiliki gejala klinis botulism dengan pembawa transmisi yang tidak
teridentifikasi
5. Neurotoksin dalam makanan terkontaminasi Clostridium botulinum, yang dimasak
secara tidak-sempurna.
6. Botulism pada bayi dihubungkan dengan penelanan spora C. botulinum oleh bayi,
perbanyakan organisme dalam saluran gastrointestinal, dan tahap selanjutnya
penyerapan toksin.
7. Botulism luka, yang jarang terjadi, merupakan penyakit neuroparalisis berhubungan
dengan luka yang memperlihatkan sedikit bukti klinik dari infeksi aktif.
8. Botulism yang tidak-dikelompokkan terjadi pada seseorang berumur lebih dari 1 tahun
dimana memiliki gejala klinis botulism dengan pembawa transmisi yang tidak
teridentifikasi.
Periode inkubasi dan manifestasi klinisnya sama untuk semua tipe toksin
botulism. Karena panjang periode inkubasi sangat berhubungan dengan dosis toksin,
periode inkubasi terpendek, dan kurangnya gejala. Gejala, dimulai 12 sampai 36 jam
setelah penelanan makanan yang terkontaminasi atau paling lambat 8 hari sesudahnya.
Botulism tipe E, memiliki periode inkubasi lebih pendek daripada tipe A dan B. Mual dan
muntah seringkali disebabkan oleh intoksikasi tipe E , jarang terjadi oleh tipe A dan B.
Kelemahan, kelesuan dan pusing-pusing seringkali merupakan awal keluhan. Dalam hal
ini biasanya tidak terjadi diarhe, tetapi terjadi konstipasi.Gejala awal botulism pada
pasien,akan cepat menapat perhatian seorang dokter.Gejala yang diperlihatkan biasanya
kelumpuhan saraf kranial: secara klasik, diplopia (penglihatan-ganda), dysfagia (kesulitan
menelan), dan dysfonia (kesulitan berbicara). Pupil membesar dan lidah sangat kering
dan 'furry'. Pada intoksikasi tipe E, khususnya terjadi kehilangan tekanan abdominal.
Demam jarang terjadi, dan proses mental tetap utuh. Sebagai peningkatan penyakit ,
kelemahan kelompok otot (khususnya leher, ekstremitas proksimal, muskulatur
respiratory), mengawali paralisis respiratory, merintangi jaran udara, dan kematian.
Kecepatan kematian dipengaruhi oleh tipe toksin yang dikonsumd\si, penyebaran toksin
dalam makanan, kecepatan diagnosis penyakit, dan dimulainya terapi antitoksin.
Sekarang ini, kematian disebabkan oleh sekitar 32% untuk tipe A, 17% untuk tipe B, dan
40% untuk tipe E.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar