Shigella
Shigella termasuk enterobacteriaceae, merupakan bakteri bentuk batang gram
negatif berukuran2-3 x 0,6 (m, tidak membentuk-spora. Shigella dipisahkan menjadi
empat serogrup utama, yang memiliki nama spesies :serogrup A, S. dysentriae; serogrup
B, S. flexneri; serogrup C, S. boydii; dan serogrupD, S. sonnei. Sifat biokiimia serogrup
A, B, dan C serupa, sedangkan serogrup B berbeda. Semua Shigella dapat menyebabkan
disentri basiler, tetapi setiap spesies berbeda dalam menyebabkan beratnya penyakit,
mortalitas, dan epidemiologi.
A. Penentu Patogenisitas
Kejadian disentri basiler adalah kompleks dan tahap molekulernya belum
diketahui. Organisme patogenik harus bertahan hidup melalui saluran gastrointestinal
atas, menempel untuk berkolonisasi, dan menembus sel epitel. Sekali memasuki sel,
bakteri ini dapat berkembangbiak dan melewati sel-ke-sel lain. Perbanyakan bakteri
menyebabkan inflamasi, kematian sel epitel, ulserasi, mengganggu absorbsi cairan kolon,
dan mengeluarkan darah, lendir dan nanah. Sekitar 24-48 jam awal serangan, hampir
50% pasien menderita diarhe dan demam.
Komponen Permukaan. Kemampuan untuk bertahan hidup melewati pertahan inang,
disebabkan oleh antigen O. Pentingnya struktur lipopolisakarida (LPS) halus, diberi
istilah tipe koloni fase I , telah diperlihatkan oleh S. flexneri dan S. sonnei. Bakteri ini
memiliki plsmid besar, 120-140 Mda yang emngkode rantai samping spesifik-O.
Kehilangan plasmid ini mengakibatkan fase II atau pembentukan koloni-kasar dan
organisme avirulen.
Kemampuan Invasi. Shigella virulen menembus mukosa dan sel epitel kolon dengan
suatu cara yang tidak merata. Bakteri ini jarang menembus melebihi sel epitel menuju
lamina propria. Penempelan bakteri melibatkan kation divalen seperti kalsium.
Internalisasi bakteri dapat disebabkan oleh endositosis berperantara-resptor, atau
sejumlah produk bakteri yang menimbulkan suatu respon sel inang. Untuk internalisasi
Shigella , sel inang dan sel bakteri harus mengaktifkan metabolismenya.
Awalnya bakteri dimasukkan ke dalam fagosom, tapi bakteri virulen dapat
merusak fagosom dan berbiak dalam sitoplasma. Sifat ini kebalikan dari Salmonella,
yang tetap berada dalam vakuola inang. Kemampuan Shigella untuk merusak membran
fagosom karena kontak dengan hemolisin yang dikode-plasmid, suatu komponen
hemolitik yang dibutuhkan untuk merusak membran selinang. Perkembangbiakan dalam
sel menyebabkan invasi ke sel di dekatnya, inflamasi, dan kematian sel.
Toksin. Kematian sel dapat disebabkan komponen sitotoksik dari toksin Shiga, yang
terlibat dalam sintesis protein. Shigella membawa gen yang mengkode toksin pada
kromosom, dan bakteri yang dapat menghasilkan toksin banyak, menyebabkan penyakit
yang berat. Toksin tersebut menyebabkan banyak pengaruh, yaitu neurotoksik, sitotoksik,
dan enterotoksik.
Peran toksin ini pada disentri klasik belum diketahui secara lengkap, karena strain
negatif-toksin mampu menyebabkan penyakit, dan mutan non-invasif penghasil-toksin
bersifat nonvirulen pada sukarelawan. Hasil penelitian pada hewan menunjukkan bahwa,
toksin ini mampu mencapai mikrovaskuler yang menuju intestin, dan menyebabkan
hemoragi. Pada kenyataannya, sebagian besar penyakit hallmark, yaitu suatu diarhe
berdarah yang disebabkan oleh E. coli penghasil toksin Shigalike. Penjelasan mengenai
data yang dipertentangkan ini berupa disentri basiler merupakan penyakit dua-tahap yang
melibatkan usus kecil dan besar. Diarhe berair terjadi pada tahap awal penyakit, pada
beberapa pasien yang menandakan adanya komponen enterotoksik dari toksin Shiga. Satu
postulat bahwa, Shigella berbiak dengan cara noninvasif pada jejenum dan menghasilkan
toksin, yang diterima oleh reseptor usus kecil, yang menyebabkan aktifnya proses
ekskresi. Fase ke-dua, melibatkan usus besar dan fase invasi jaringan, dimana peran
toksin Shiga menambah beratnya penyakit.Efek enterotoksik toksin Shiga berupa 'block'
atau menghentikan absorpsi elektrolit, glukosa, dan asam amino dari lumen usus kecil
dan sedikit peningkatan sekresi ion klorida, seperti yang diperlihatkan oleh enterotoksin
E. coli dan Vibrio cholerae.
B. Epidemiologi
Selama 1989, terdapat 25.010 kasus shigellosis yang dilaporkan kepada Pusat
Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat. Penyebab infeksi, sekitar 80% adalah S.
sonnei, dan yang lainnya disebabkan oleh S. flexneri. Di negara berkembang yang kurang
mempeerhatikan kebersihan, pola isolasi menjadi terbalik : lebih sering terdapat S.
dysentriae dan S. boydii, dan diikuti oleh S. flexneri , dan S. sonnei.
Penyebaran Shigella dari orang-ke-orang melalui jalur oral-fekal. Reservoir
merupakan carrier yang menyimpan bakteri dalam fesesnya. Status carrier paling singkat
1-4 minggu, meskipun carrier jangka-panjang dapat membatasi lingkungan penyebaran.
Dari carrier, bakteri menyebar melalui lalat, jari-tangan, makanan, dan feses. Shigella
dapat diisolasi dari pakaian, tempat duduk toilet, atau air yang terkontaminasi oleh orang
yang terinfeksi. Anak-anak di bawah 5 tahun merupakan penderita dari setengah kasus
keseluruhan, dan anak-anak di bawah 10 tahun terhitung dua pertiga dari kasus
keseluruhan, disebabkan kebiasaan makannya.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa bakteri sebanyak 200, dapat menimbulkan
penyakit pada beberapa individu. Persentasi individu yang terinfeksi meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah bakteri.
Tindakan pengendalian yang paling efektif adalah mencukupi sanitasi,
mendeteksi dan mengobati carrier, karena manusia merupakan satu-satunya reservoir
Shigella. Jika memungkinkan, pasien harus diisolasi, sampai kultur bahan
pemeriksaannya negatif. Carrier disarankan tidak mengolah makanan. Menyediakan
tempat pembuangan, klorinasi air merupakan tindakan terpenting untuk mencegah
penyebaran Shigella dan patogen usus gram-negatif lainnya. Air susu ibu penting untuk
tahun pertama kehidupan, terbukti dapat mengurangi shigellosis pada anak-anak.
Beberapa tipe vaksin, termasuk hibrid dengan bakteri lain, sudah dikembangkan dan
sedang dalam proses pengujian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar