Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Senin, 02 Juni 2014

Neisseria gonorrhoeae

 Neisseria gonorrhoeae 

N.  gonorrhoeae  merupakan  bakteri  kokus  gram-negatif,  diameter  0,6-1,0  (m.
Bakteri  ini   biasanya  terlihat  berpasangan  dengan  sel  disebelahnya.  Fimbria  atau  pili
terdapat pada N. gonorrhoeae virulen, dan sering terdapat pada isolat N. meningitidis, dan
tidak berhubungan dengan virulensi, Neisseria tidakbergerak.
 . N. gonorrhoeae tumbuh lebih lambat dibandingkan N. meningitidis pada kondisi
kebutuhan  nutrisi  pertumbuhannya.  Untuk  pertumbuhannya  membutuhkan  besi.  Pati,
kolesterol,  atau  albumin  harus  ditambahkan  kepada  media  untuk  menetralisir  efek
penghambatan dari asam lemak. Untuk isolasi primer,sekitar 20% strain membutuhkan
glutamin dan membutuhkan CO2 atau HCO3-.
 Pada  medium  padat  gonokokus  memperlihatkan  beberapa  bentuk  koloni  yang
sering  digunakan  untuk  memahami  komponen  biokimia  dan  virulensinya.  Empat  tipe
utama koloni dapat dibedakan: T1, T2, T3, dan T4. Koloni T1 dan T2 dihasilkan pada
kultur  primer,  berukuran  kecil  dan  berbentuk  kubah, sedangkan  setelah  dikultur  secara
bertahap, koloni berukuran lebih besar, rata (T3 dan T4).

A. Penentu Patogenisitas
 Gonorhe merupakan suatu penyakit yang secara khusus dibatasi pada permukaan
epitel  pengsekresi-mukus  manusia.  Untuk  mengekspresikan  patogenik  potensialnya,
gonokokus  tidak  hanya  harus  memiliki  kemampuan  memperbanyak  diri  dan  memasuki
permukaan mukosa tetapi juga harus tetap bertahan dari serangan sistem imun inang. Hal
tersebut  menyebabkan  kuman  harus  memiliki  respon  terhadap  berbagai  kondisi
lingkungan.  Tekanan  selektif  yang  terdapat  pada  lingkungannya  secara  in  vivo  dapat
menyebabkan perubahan besar pada komponen permukaangonokokus.
a. Pili.
Gonokokus  dari  koloni  T1  dan  T2  yang  berpili  dan  berhubungan  dengan  virulensi
terhadap  manusia  bahkan  setelah  melalui  beberapa  tahap  pemisahan  secara  in  vitro.
Gonokokus  dari  koloni  tipe  T3  dan  T4  tidak  berpili, dan  tidak  mampu  menyebabkan
infeksi pada manusia. Gonokokus berpili sering melekat pada berbagai sel epitel manusia
dibandingkan  dengan  yang  tidak  berpili,  oleh  karena itu,  pili  dianggap  sebagai  faktor
virulensi  melalui  perlekatan  kuman  pada  daerah  mukosa  yang  terinfeksi.  Perlekatan
terjadi  pada  ujung  mikrovili  sel  tidak  bersilia,  diikuti  dengan  fagositosis  dan
pengangkutan gonokokus dalam vakuola ke daras sel dan memasuki jaringan subepitel.
b. Komponen Membran Luar.
 Bagian  permukaan  penting  lain  yang  mendukung  perlekatan  adalah  Protein  II
(PII). Adanya protewin ini diperlihatkan pada bentuk koloni dab\n biasanya berhubungan
dengan  koloni  opaq  yang  menunjukkan  perbedaan  inter-gonokokus.  Seperti  pili,  PII
berfungsi  sebagai  pelekat.  Setiap  PII  spesifik  diperoleh  secara  genetik  dan  antigenik
berhubungan dengan protein yang menunjukkan berbagai fase. Kecepatan perlekatan
komponen permukaan sel karena kecepatan memperoleh dan menghilangnya PII tertentu,
juga perubahan dalam struktur subunit pili, memungkinkan kuman dapat bertahan pada
lingkungan dan struktur anatomik yang berbeda pada  tubuh inang. Berbagai PII memiliki
perbedaan dalam kemampuan perlekatan terhadap tipe sel tertentu. Perbedaan yang tetap
dapat  diamati  pada  opasitas  atau  fenotipe  PII  isolat  klinik  dari  pria  dan  wanita,  dari
wanita pada waktu yang berbeda dalam siklus menstruasinya, dan dari daerah anatomik
yang berbeda . PII berbeda dalam setiap strain jadimendukung kemampuan kuman untuk
bertahan dalam daerah anatomik tertentu dan dapat memasuki perubahan siklus.
c. Peptidoglikan
 Monomer terlarut peptidoglikan gonokokus menampilkan suatu kelas kedua dari
komponen  tahan-panas  gonokokus  yang  dianggap  mendukung  patogenesis  infeksi
gonokokus. Monomer tersebut aktif secara biologik,  termasuk mengaktifkan komplemen
manusia  dan  memepercepat  proliferasi  sel  mononuklear.  Aktivitas  biologik  lainnya
memiliki sifat tiksisitas intrinsik terhadap mukosatuba falopi manusia. Kerusakan akhir
berupa pengelupasan sel bersilia dari mukosa dan dapat diamati pada infeksi gonokokus
aktif.
d. Protease IgA
 IgA merupakan imunoglobulin yang banyak dilibatkandalam menyerang mukosa.
Semua  gonokokus  menghasilkan  suatu  protease  yang  secara  khusus  memecahkan
molekul subkelas  IgA1  dan  molekul  yang  menginkatifkannya. Enzim ini menyebabkan
gonokokus dapat menempel pada permukaan mukosa, meskipun terdapat respon sekresi
antibodi. Protease IgA1 hanya terdapat pada Neisseria patogenik, dan tidak terdapat pada
spesies komensal, enzim ini dianggap sebagai virulensi pada N. gonorrhoeae.
 Strain   N.  gonorrhoeaemenghasilkan  satu  dari  dua tipe  protease  IgA1,  masingmasing  memecah  molekul  IgA1  pada  suatu  ikatan  peptida  yang  berbeda  di  daerah
engselnya. Produksi protease IgA1 tipe 1 merupakan  ciri khas strain yang membutuhkan
arginin,  hipoksantin,  dan  urasil  untuk  pertumbuhannya  dan  merupakan  serovar  1A.
Serovar lain dan auksotipe biasanya menghasilkan protease IgA1 tipe 2.

B. Manifestasi Klinik

a. Penyakit Gonorhe Pada Pria
 Jika  dibandingkan  dengan  beberapa  penyakit  infeksi lain,  gonorhe  tidak  mudah
menular.  Seorang  pria  tanpa  pelindung  memiliki  kemungkinan  tertular  gonorhe  sekitar
22% dari pasangannya yang terinfeksi, dan risiko tersebut diperkirakan menurun dengan
penggunaan  kondom.  Pada  pria,  gonorrhe  akut  memiliki  masa  inkubasi  2-8  hari,  pada
sebagian  besar  kasus  terjadi  dalam  4  hari  infeksi.  Pasien  mengalami  sakit  buang  air
kemih  dan  dari  uretra  mengeluarkan  purulen  kuning  yang  sama  seperti  pada  uretritis
anterior  akut.  Pasien  dapat  febril  dan  mengalami  leukositosis,  tetapi  umumnya  tidak
terdapat  tanda-tanda  sistemik.  Infeksi  asimtomatik  terdapat  sekitar  10%  kasus,  tetapi
pasien  berkemampuan  menularkan  infeksi.  Komplikasi  terjadi  pada  sekitar  1%  pria,
sebagian  besar  berupa  striktur  uretra,  epididimitis,  dan  prostatitis.  Jarang  terjadi
septikemia, peritonitis dan meningitis.
b. Penyakit Gonorhe Pada Wanita
 Hasil  pengamatan  menunjukkan  bahwa  tingkat  prevalensi  gonorhe  pada  wanita
tanpa-gejala terdapat antara 1% dan 8%. Risiko terhadap wanita dari hasil berhubungan
dengan  pria  terinfeksi  tidak  secara  jelas  diketahui,  tetapi  kemungkinan  lebih  besar
dibandingkan dari pria.
 Berdasarkan  penelitian  pada  populasi,  20-80%  wanita  penderita  gonorhe   tidak
memiliki gejala. Gejala penyakit ditandai dengan sakit buang air kemih, pengeluaran dari
vagina,  demam,  dan  sakit  badan.  Komplikasi  tersering  berkembang  menjadi  penyakit
inflamasi  pelvik  (PID)  disebabkan  infeksi  gonokokus pada  tuba  falopi.  Penyakit  ini
terjadi  pada  sekitar  15%  wanita  penderita  gonorhe     dan  memiliki  dua  akibat  :  (1)
penyakit  inflamasi  pelvik  gonokokus  merupakan  penyebab  utama  sterilitas  dan
kehamilan di luar kandungan karena bagian luka menghalangi jalannya sel telur melalui
tuba falopi.  (2) bagian luka juga  menghalangi  aliran cairan secara normal melalui tuba
falopi.  Pada  bagian  terdapat  akumulasi  cairan,  dapat  terjadi  infeksi  oleh  bakteri  lain,
khususnya  anaerobik.  Hal  ini  mengarah  pada  PID  kronik,  suatu  penyakit  yang
melemahkan dan sangat menyakitkan dan tidak terdapat bentuk terapi yang memuaskan.
Kadang-kadang  terjadi  komplikasi  lain  seperti  infeksi  perihepatitis  dan  umumnya
peritonitis.
 Sekitar 50% wanita penderita gonorhe mengalai kolonisasi bakteri pada rektum,
dan kadang-kadang terjadi proktitis. Pada 10% wanita penderita gonorhe, hanya daerah
rektum yang terkolonisasi. Beberapa pria heteroseksual rektum mengalami kolonisasi, s
sedangkan pada pria homoseksual hal tersebut terjadi secara umum.
 Daerah  lain  yang  sering  terkolonisasi,  pada  faring pria  atau  wanita.Meskipun
infeksi  gonokokus  faring  seing  tidak  menimbulkan  gejala,  tetapi  dalam  beberapa  kasus
secara klinik hal ini sangat berhubungan dengan faringitis.
c. Penyakit Gonorhe Pada Anak-anak
 Sejumlah kasus gonorhe setiap tahun terjadi pada bayi dan anak-anak, meskipun
gonorhe  paling  sering  diperoleh  melalui  kontak  seksual  pada  orang  dewasa.     Pada
kelompk umur tersebut gonorhe dapat diakibatkan kelainan seksual, tetapi pada bayi hal
ini dapat terjadi karena kontaminasi selama melaluijalan kelahiran.
 Pada  periode  perinatal,  infeksi  mata  merupakan  manifestasi  paling  sering.
Optalmia  gonokokus  sering  menyebabkan  kebutaan,  sebelum  perak  nitrat  digunakan
sebagai  profilaksis  optalmik.  Setelah  kelahiran,  semua  bayi  membutuhkan  profilaksis
perak nitrat 1%.
 Artritis  gonokokus  neonatal  merupakan  bentuk  infeksi  artritis  yang  sangat
merusak. Bakteri biasanya didapatkan dari ibunya pada saat melahirkan.
 Vulvovaginitis biasanya terjadi pada anak-anak perempuan berusia 2-8 tahun. PH
alakalin vagina prepubertas merupakan satu faktor yang mendukung kehadiran penyakit
gonorhe, termasuk penularan penyakit infeksi seksual lainnya.

C. Epidemiologi
 Gonorhe  merupakan  penyakit  menular-seksual  yang  sangat  umum.  Penyakit
tersebut di sebagian besar dunia bersifat pandemik. Sejak awal abad 20an, ketika tingkat
gonorhe  pertama  dikenali,  peningkatan  dan  penurunan kasus  insidensi  dihubungkan
dengan  perubahan  tingkat  sosial  dan  kerusakan  akibat  perang.   Di  Amerika  serikat,
tingkat insidensi tertinggi terjadi selama dan setelah Perang Dunia II.
 Di  bagian  Utara  dan  Selatan  Amerika  Serikat,  puncak  insidensi  gonorhe  terjadi
pada bulan Juli sampai September. Prevalensi gonorhe dipengaruhi oleh kelompok umur.
Kasus  gonorhe  tercatat  pada  orang-orang  berusia  15-29  tahun.  Pada  pria  dan  wanita,
penyakit  ini  sering  dialami  oleh  orang  berusia  20-24  tahun  (1546/100.000)  dan  tingkat
kedua tertinggi terjadi pada remaja berusia 15-19 tahun. Sebagian besar kasus  gonorhe
diperoleh  secara  kebetulan,  tetapi  prostitusi  sangat  mempengaruhi  penyebaran  penyakit
resisten-antibiotik ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar