Neisseria gonorrhoeae
N. gonorrhoeae merupakan bakteri kokus gram-negatif, diameter 0,6-1,0 (m.
Bakteri ini biasanya terlihat berpasangan dengan sel disebelahnya. Fimbria atau pili
terdapat pada N. gonorrhoeae virulen, dan sering terdapat pada isolat N. meningitidis, dan
tidak berhubungan dengan virulensi, Neisseria tidakbergerak.
. N. gonorrhoeae tumbuh lebih lambat dibandingkan N. meningitidis pada kondisi
kebutuhan nutrisi pertumbuhannya. Untuk pertumbuhannya membutuhkan besi. Pati,
kolesterol, atau albumin harus ditambahkan kepada media untuk menetralisir efek
penghambatan dari asam lemak. Untuk isolasi primer,sekitar 20% strain membutuhkan
glutamin dan membutuhkan CO2 atau HCO3-.
Pada medium padat gonokokus memperlihatkan beberapa bentuk koloni yang
sering digunakan untuk memahami komponen biokimia dan virulensinya. Empat tipe
utama koloni dapat dibedakan: T1, T2, T3, dan T4. Koloni T1 dan T2 dihasilkan pada
kultur primer, berukuran kecil dan berbentuk kubah, sedangkan setelah dikultur secara
bertahap, koloni berukuran lebih besar, rata (T3 dan T4).
A. Penentu Patogenisitas
Gonorhe merupakan suatu penyakit yang secara khusus dibatasi pada permukaan
epitel pengsekresi-mukus manusia. Untuk mengekspresikan patogenik potensialnya,
gonokokus tidak hanya harus memiliki kemampuan memperbanyak diri dan memasuki
permukaan mukosa tetapi juga harus tetap bertahan dari serangan sistem imun inang. Hal
tersebut menyebabkan kuman harus memiliki respon terhadap berbagai kondisi
lingkungan. Tekanan selektif yang terdapat pada lingkungannya secara in vivo dapat
menyebabkan perubahan besar pada komponen permukaangonokokus.
a. Pili.
Gonokokus dari koloni T1 dan T2 yang berpili dan berhubungan dengan virulensi
terhadap manusia bahkan setelah melalui beberapa tahap pemisahan secara in vitro.
Gonokokus dari koloni tipe T3 dan T4 tidak berpili, dan tidak mampu menyebabkan
infeksi pada manusia. Gonokokus berpili sering melekat pada berbagai sel epitel manusia
dibandingkan dengan yang tidak berpili, oleh karena itu, pili dianggap sebagai faktor
virulensi melalui perlekatan kuman pada daerah mukosa yang terinfeksi. Perlekatan
terjadi pada ujung mikrovili sel tidak bersilia, diikuti dengan fagositosis dan
pengangkutan gonokokus dalam vakuola ke daras sel dan memasuki jaringan subepitel.
b. Komponen Membran Luar.
Bagian permukaan penting lain yang mendukung perlekatan adalah Protein II
(PII). Adanya protewin ini diperlihatkan pada bentuk koloni dab\n biasanya berhubungan
dengan koloni opaq yang menunjukkan perbedaan inter-gonokokus. Seperti pili, PII
berfungsi sebagai pelekat. Setiap PII spesifik diperoleh secara genetik dan antigenik
berhubungan dengan protein yang menunjukkan berbagai fase. Kecepatan perlekatan
komponen permukaan sel karena kecepatan memperoleh dan menghilangnya PII tertentu,
juga perubahan dalam struktur subunit pili, memungkinkan kuman dapat bertahan pada
lingkungan dan struktur anatomik yang berbeda pada tubuh inang. Berbagai PII memiliki
perbedaan dalam kemampuan perlekatan terhadap tipe sel tertentu. Perbedaan yang tetap
dapat diamati pada opasitas atau fenotipe PII isolat klinik dari pria dan wanita, dari
wanita pada waktu yang berbeda dalam siklus menstruasinya, dan dari daerah anatomik
yang berbeda . PII berbeda dalam setiap strain jadimendukung kemampuan kuman untuk
bertahan dalam daerah anatomik tertentu dan dapat memasuki perubahan siklus.
c. Peptidoglikan
Monomer terlarut peptidoglikan gonokokus menampilkan suatu kelas kedua dari
komponen tahan-panas gonokokus yang dianggap mendukung patogenesis infeksi
gonokokus. Monomer tersebut aktif secara biologik, termasuk mengaktifkan komplemen
manusia dan memepercepat proliferasi sel mononuklear. Aktivitas biologik lainnya
memiliki sifat tiksisitas intrinsik terhadap mukosatuba falopi manusia. Kerusakan akhir
berupa pengelupasan sel bersilia dari mukosa dan dapat diamati pada infeksi gonokokus
aktif.
d. Protease IgA
IgA merupakan imunoglobulin yang banyak dilibatkandalam menyerang mukosa.
Semua gonokokus menghasilkan suatu protease yang secara khusus memecahkan
molekul subkelas IgA1 dan molekul yang menginkatifkannya. Enzim ini menyebabkan
gonokokus dapat menempel pada permukaan mukosa, meskipun terdapat respon sekresi
antibodi. Protease IgA1 hanya terdapat pada Neisseria patogenik, dan tidak terdapat pada
spesies komensal, enzim ini dianggap sebagai virulensi pada N. gonorrhoeae.
Strain N. gonorrhoeaemenghasilkan satu dari dua tipe protease IgA1, masingmasing memecah molekul IgA1 pada suatu ikatan peptida yang berbeda di daerah
engselnya. Produksi protease IgA1 tipe 1 merupakan ciri khas strain yang membutuhkan
arginin, hipoksantin, dan urasil untuk pertumbuhannya dan merupakan serovar 1A.
Serovar lain dan auksotipe biasanya menghasilkan protease IgA1 tipe 2.
B. Manifestasi Klinik
a. Penyakit Gonorhe Pada Pria
Jika dibandingkan dengan beberapa penyakit infeksi lain, gonorhe tidak mudah
menular. Seorang pria tanpa pelindung memiliki kemungkinan tertular gonorhe sekitar
22% dari pasangannya yang terinfeksi, dan risiko tersebut diperkirakan menurun dengan
penggunaan kondom. Pada pria, gonorrhe akut memiliki masa inkubasi 2-8 hari, pada
sebagian besar kasus terjadi dalam 4 hari infeksi. Pasien mengalami sakit buang air
kemih dan dari uretra mengeluarkan purulen kuning yang sama seperti pada uretritis
anterior akut. Pasien dapat febril dan mengalami leukositosis, tetapi umumnya tidak
terdapat tanda-tanda sistemik. Infeksi asimtomatik terdapat sekitar 10% kasus, tetapi
pasien berkemampuan menularkan infeksi. Komplikasi terjadi pada sekitar 1% pria,
sebagian besar berupa striktur uretra, epididimitis, dan prostatitis. Jarang terjadi
septikemia, peritonitis dan meningitis.
b. Penyakit Gonorhe Pada Wanita
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat prevalensi gonorhe pada wanita
tanpa-gejala terdapat antara 1% dan 8%. Risiko terhadap wanita dari hasil berhubungan
dengan pria terinfeksi tidak secara jelas diketahui, tetapi kemungkinan lebih besar
dibandingkan dari pria.
Berdasarkan penelitian pada populasi, 20-80% wanita penderita gonorhe tidak
memiliki gejala. Gejala penyakit ditandai dengan sakit buang air kemih, pengeluaran dari
vagina, demam, dan sakit badan. Komplikasi tersering berkembang menjadi penyakit
inflamasi pelvik (PID) disebabkan infeksi gonokokus pada tuba falopi. Penyakit ini
terjadi pada sekitar 15% wanita penderita gonorhe dan memiliki dua akibat : (1)
penyakit inflamasi pelvik gonokokus merupakan penyebab utama sterilitas dan
kehamilan di luar kandungan karena bagian luka menghalangi jalannya sel telur melalui
tuba falopi. (2) bagian luka juga menghalangi aliran cairan secara normal melalui tuba
falopi. Pada bagian terdapat akumulasi cairan, dapat terjadi infeksi oleh bakteri lain,
khususnya anaerobik. Hal ini mengarah pada PID kronik, suatu penyakit yang
melemahkan dan sangat menyakitkan dan tidak terdapat bentuk terapi yang memuaskan.
Kadang-kadang terjadi komplikasi lain seperti infeksi perihepatitis dan umumnya
peritonitis.
Sekitar 50% wanita penderita gonorhe mengalai kolonisasi bakteri pada rektum,
dan kadang-kadang terjadi proktitis. Pada 10% wanita penderita gonorhe, hanya daerah
rektum yang terkolonisasi. Beberapa pria heteroseksual rektum mengalami kolonisasi, s
sedangkan pada pria homoseksual hal tersebut terjadi secara umum.
Daerah lain yang sering terkolonisasi, pada faring pria atau wanita.Meskipun
infeksi gonokokus faring seing tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam beberapa kasus
secara klinik hal ini sangat berhubungan dengan faringitis.
c. Penyakit Gonorhe Pada Anak-anak
Sejumlah kasus gonorhe setiap tahun terjadi pada bayi dan anak-anak, meskipun
gonorhe paling sering diperoleh melalui kontak seksual pada orang dewasa. Pada
kelompk umur tersebut gonorhe dapat diakibatkan kelainan seksual, tetapi pada bayi hal
ini dapat terjadi karena kontaminasi selama melaluijalan kelahiran.
Pada periode perinatal, infeksi mata merupakan manifestasi paling sering.
Optalmia gonokokus sering menyebabkan kebutaan, sebelum perak nitrat digunakan
sebagai profilaksis optalmik. Setelah kelahiran, semua bayi membutuhkan profilaksis
perak nitrat 1%.
Artritis gonokokus neonatal merupakan bentuk infeksi artritis yang sangat
merusak. Bakteri biasanya didapatkan dari ibunya pada saat melahirkan.
Vulvovaginitis biasanya terjadi pada anak-anak perempuan berusia 2-8 tahun. PH
alakalin vagina prepubertas merupakan satu faktor yang mendukung kehadiran penyakit
gonorhe, termasuk penularan penyakit infeksi seksual lainnya.
C. Epidemiologi
Gonorhe merupakan penyakit menular-seksual yang sangat umum. Penyakit
tersebut di sebagian besar dunia bersifat pandemik. Sejak awal abad 20an, ketika tingkat
gonorhe pertama dikenali, peningkatan dan penurunan kasus insidensi dihubungkan
dengan perubahan tingkat sosial dan kerusakan akibat perang. Di Amerika serikat,
tingkat insidensi tertinggi terjadi selama dan setelah Perang Dunia II.
Di bagian Utara dan Selatan Amerika Serikat, puncak insidensi gonorhe terjadi
pada bulan Juli sampai September. Prevalensi gonorhe dipengaruhi oleh kelompok umur.
Kasus gonorhe tercatat pada orang-orang berusia 15-29 tahun. Pada pria dan wanita,
penyakit ini sering dialami oleh orang berusia 20-24 tahun (1546/100.000) dan tingkat
kedua tertinggi terjadi pada remaja berusia 15-19 tahun. Sebagian besar kasus gonorhe
diperoleh secara kebetulan, tetapi prostitusi sangat mempengaruhi penyebaran penyakit
resisten-antibiotik ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar