Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Senin, 02 Juni 2014

Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis

 Tuberculosis  merupakan  penyakit  kuno,  yang  dapat  diketahui  dalam  kerangka
dari jaman batu dan dalam tulang dari beberapa mumiorang Mesir. Manifestasi kliniknya
baru difahami setelah Koch menemukan kuman penyebabpenyakit tersebut pada tahun
1882, meskipun sifat infektif tuberculosis sudah diungkapkan oleh Villemin pada tahun
1865.
 M.  tuberculosis  merupakan  bakteri  berbentuk  batang lurus,  ramping  atau  agak
melengkung dengan bagian ujung membulat. Ukuran panjangnya berbeda mulai 1-4 (m
dengan lebar 0,3-0,6 (m. Kadang-kadang dapat membentuk percabangan jika dilihat pada
apusan dari kultur yang tua atau dari nodus limfatik, atau dapat dihasilkan secara in vitro
pada kondisi kultur spesifik.
 Bakteri  ini  bersifat  tahan-asam,  tidak  membentuk  spora,  dan  tidak  berkapsul.
Pewarnaan  tahan-asam  Ziehl-Neilsen  sering  digunakan untuk  melihat  M.  tuberculosis
dari kultur atau dari bahan pemeriksaan penderita.
 M. tuberculosis merupakan bakteri aerob obligat dan tidak akan tumbuh jika tidak
terdapat  oksigen.  Bahkan  penurunan  tekanan  oksigen  menyebabkan  penurunan  tingkat
pertumbuhan. Media pertumbuhan untuk isolasi primerdigunakan basa agar-serum atau
basa kentang-telur. Pada kondisi optimal bakteri ini tumbuh lambat, untuk dapat dilihat
memelukan  waktu  10-12  hari,  pada  suhu  37oC.  Pertumbuhan  juga  dapat  ditingkatkan
dengan penambahan tekanan CO2, pH optimal 7,0, dan rentang pH.6,0- 7,6, suhu optimal
37oC.

A. Penentu Patogenisitas
 M.  tuberculosis  tidak  menghasilkan  eksotoksin  maupun  endotoksin.  Bukan
struktur  tunggal,  antigen,  maupun  mekanisme  yang  dapat  menjelaskan  virulensinya.
Tidak  terdapat  uji  sederhana  maupun  perbedaan  serologik  yang  dapat  membedakan
basilus  tuberkel  virulen  dengan  varian  avirulen.  Bagaimanapun,  sejumlah  komponen
biasanya  berhubungan  dengan  kemampuan  strain  virulen  M.  tuberculosis  untuk
menghasilkan penyakit.
a.  Cord  Factor.
Terdapat  hubungan  yang  sangat  erat  antara  virulensi  dengan  morfologi
yang  terlihat  pada  kultur  dalam  bentuk  serpentine  cords  (kawat  berlekuk-lekuk)  yang
terdiri dari basil dalam susunan paralel. Strain aviulen tidak menunjukkan sifat tersebut.
Pertumbuhan  dalam  bentuk  cord  berhubungan  dengan  adanya  6-6'-dimikolat  trehalosa
glikolipid  yang  ditempatkan  secara  periferal.  Aktivitas  biologik  bahan  tersebut  dapat
dilihat  pada  mencit,  memiliki  sifat  toksisitas  dan   kekhususan,  menghambat  migrasi
leukosit  PMN,  menghilangkan  formasi  granuloma,  dan  menstimulasi  perlindungan
terhadap  serangan  infeksi  virulen.  Cord  factor  juga menyerang  membran  mitokondria,
menyebabkan kerusakan fungsi respirasi dan fosforilasi oksidatif.
b. Sulfatida. 
Sulfatida merupakan glikolipid yang ditempatkan secara periferal dan dapat
bereaksi  dengan  netral  red,  yang  berhubungan  dengan strain  virulen  M.  tuberculosis.
Meskipun sulfatida tidak toksik, tetapi jika diberikan secara simultan dengan cord factor,
secara sinergik memiliki kemampuan toksisitas pada  cord factor. Dalam kultur, sulfatida
cepat  diendositosis  oleh  makrofag,  dan  dalam  lisosom  sekunder,  menghambat  fusi
lisosom dengan fagosom.Jadi, ketika M. tuberculosisberada sebagai parasit intraseluler,
sulfatida  membantu  pertahanan  hidup  bakteri  ini  dalam  fagosom  untuk  mencegah
pembentukan fagolisosom, sehingga dapat menghindaripaparan oleh hidrolase lisosom.

B. Epidemiologi
 Tuberculosis  merupakan  masalah  global.  Pada  beberapa  daerah  prevalensi
tuberculosis  tetap  tinggi,  meskipun  telah  tersedia  metode  efektif  dan  berhasil
dilaksanakan  dalam  beberapa  dekade,  dan  terdapat  bukti  penurunan  insidensi.
Tuberculosis juga tetap menyebabkan kematian di antara penyebab penyakit infeksi.
 Saat  ini,  di  seluruh  dunia  diperkirakan   terjadi  8-10  juta  kasus  tuberculosis  per
tahun  dan  sekitar  3  juta  mengalami  kematian.  Sedangkan  tingkat  kasus  per   tahun  di
Amerika  Serikat pada tahun 1989 terjadi 9,5 per 100.000, tingkat  kasus  pada beberapa
negara berkembang, khususnya di daerah Asia, Afrika, dan Oseania, sering melebihi 300
per 100.000. Jumlah immigran dari negara berkembangyang datang ke Amerika Serikat
membawa tingkat kasus dari negaranya. Pendatang baru tersebut menimbulkan masalah
kesehatan masyarakat.
 Tuberculosis  tidak  disebarkan  melalui  populasi.  Di Amerika  Serikat,  kelompok
tertentu yang memiliki insidensi tinggi : orang hitam, Asia dan Pasifik, Indian Amerika,
Penduduk  Alaska,  dan  Hispanik.  Penghuni  penjara,  alkoholis,  pengguna  obat-jarum
suntik, orang tua, dan bayi yang lahir dari daerah dengan prevalensi-tinggi, juga memiliki
risiko terbesar.
 Infeksi tuberculosis pertama diperoleh melalui inhalasi droplet residu kering yang
mengandung basil tuberkel dan dikeluarkan ke udara  dengan adanya batuk, bresin, atau
berbicara. Droplet tersebut tetap berada dalam udara untuk periode waktu yang lama, dan
partikel  berdiameter  1-10  (m  cukup  untuk  menimbulkan  infeksi.  Sumber  utama  yang
terpenting  adalah  orang  yang  terinfeksi,  dan  tidak  terdiagnosa  menderita  tuberculosis.
Pasien  penerima  kemoterapi  yang  efektif,  akan  cepat kehilangan  sifat  infeksinya  untuk
orang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar