BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Cefotaxime
adalah antibiotic golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai khasiat
bakterisidal dan bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptida pada dinding
sel bakteri. Cefotaxime sangat stabil terhadap hidrolisis beta laktamease, maka
Cefotaxime digunakan sebagai alternatif lini pertama pada bakteri yang resisten
terhadap Penisilin. Cefotaxime memiliki aktivitas spectrum yang lebih luas
terhadap organisme gram positif dan gram negatif. Aktivitas Cefotaxime lebih
besar terhadap bakteri gram negatif sedangkan aktivitas terhadap bakteri gram
positif lebih kecil, tetapi beberapa streptococci sangat sensitif terhadap
Cefotaxime.
Cefadroxil
adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral.
Golongan sefalosforin secara kimiawi memiliki mekanisme kerja dan toksisitas
yang serupa dengan penicillin. Sefalosforin lebih stabil daripada penicillin
terhadap banyak bacteria beta-laktamase sehingga biasanya mempunyai spektrum
aktivitas yang lebih luas. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan
menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikenal juga dengan istilah High Performance Liquid Chromatography (HPLC). KCKT merupakan
perangkat peralatan yang penting dalam perkembangan dunia analisis bahan baku
maupun bahan pencemar. Fungsi utama KCKT pada dasarnya adalah kemampuannya
dalam memisahkan berbagai komponen penyusun dalam suatu sampel. Kinerja tinggi
dari kromatografi awalnya ditentukan oleh ketinggian tekanannya, namun
perkembangan teknologi telah menghasilkan produk kromatografi cair berkinerja
tinggi dengan tekanan yang tidak terlalu tinggi. Kromatografi Cair (Liquid
Chromatography) adalah bagian dari teknik pemisahan senyawa dengan menggunakan
fase gerak cair. Salah satu bentuk aplikasi dari kromatografi cair adalah
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menurut
polar atau tidak polarnya fasa diam dibagi menjadi dua yaitu KCKT fase normal
yaitu dengan menggunakan fase diam polar dan fase gerak nonpolar dan KCKT fase
terbalik yaitu dengan menggunakan fase diam non polar dan fase gerak polar.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu apakah
metode analisis dengan standar internal Cefadroxil secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi dapat digunakan untuk menganalisis senyawa Cefotaxime?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui apakah metode analisis
dengan standar internal Cefadroxil secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat
digunakan untuk menganalisis senyawa Cefotaxime.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Cefotaxime adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi
ketiga yang mempunyai khasiat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat
sintesis mukopeptida pada dinding sel bakteri. Cefotaxime sangat stabil
terhadap hidrolisis beta laktamase, maka cefotaxime digunakan sebagai
alternatif lini pertama pada bakteri yang resisten terhadap penisilin. Pada
pengobatan dengan cefotaxime, bila pasien memiliki volume distribusi sangat
kecil, sebagian besar obat ada didalam darah. Antibiotik cefotaxime ini dapat
diberikan secara i.v. dan i.m. karena absorpsi di saluran cerna kecil. Masa
paruh eliminasi pendek sekitar 1 jam, maka diberikan tiap 12 jam MIC dapat
dicapai dalam waktu 10 jam. Ikatan protein plasma sebesar 40 % (Prabaningrum
dan Septiana, 2008).
Cefotaxime adalah antibiotik baru yang hingga saat ini
belum ada metode análisis yang
tervalidasi yang dapat dijadikan acuan untuk menetapkan kadar antibiotik tersebut. Untuk penetapan kadar cefotaxime, dilakukan analisis
obat dalam pelarutnya. Sebelum
dilakukan metode analisis, terlebih dahulu dilakukan validasi. Validasi metode
analisis merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebagai pembuktian terhadap
parameter-parameter tertentu yang
dipersyaratkan dan ditetapkan sehingga analisis yang dilakukan
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Suatu metode analisis baru dapat digunakan apabila telah
dilakukan validasi. Hal ini karena adanya perbedaan alat, keterbatasan alat,
bahan kimia atau kondisi lain yang menyebabkan metode tersebut tidak dapat
diterapkan secara keseluruhan. Sehingga sering dilakukan modifikasi,
penyederhanaan maupun perbaikan metode, akibatnya metode tersebut harus
divalidasi dengan cara yang benar. Apabila metode ini dapat dipertanggungjawabkan secara
keseluruhan (presisi, akurasi, selektivitas, batas deteksi,
batas kuantitasi, stabilitas dan lain-lain), tidak menyimpang,
dan diakui oleh pihak yang berkompeten, maka
metode yang dimodifikasi ini
dianggap valid dan dapat digunakan untuk analisis rutin (Hidayat, 1999).
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pengembangan penetapan kadar cefotaxime dalam sediaan
farmasi telah dilakukan dengan menggunakan metode KCKT dengan detector UV dalam
cairan cerebrospinal. Namun demikian, selama ini belum pernah dilaporkan
penelitian mengenai validasi metode penetapan cefotaxime dalam pelarut menggunakan KCKT
dengan detektor UV.
VALIDASI METODE
Metode validasi yang digunakan
dapat ditentukan dari beberapa faktor. Dalam penelitian ini dilakukan parameter-parameter yang
meliputi, selektivitas, Keterulangan (Repeatability), Pembuatan Kurva Baku, Batas Deteksi (LOD) dan
Batas Kuantitasi (LOQ), Akurasi dan Presisi
dan Uji Kesesuaian Sistem (System Suitability).
1.
Selektivitas
Dengan melihat kromatogram cefotaxime
dan cefadroxil hasil pemisahan secara KCKT, tidak adanya puncak yang saling
tumpang tindih, walaupun kedua zat dalam satu turunan. Selektivitas dinyatakan
dengan nilai resolusi atau daya pisah (R) dan nilainya > 1,5
2.
Keterulangan (Repeatability)
Dibuat konsentrasi larutan
Cefotaxime 10 µg/ml dalam fasa gerak, kemudian disuntikkan sebanyak 20 µl ke
dalam alat KCKT pada kondisi optimum. Percobaan diulang sebanyak enam kali,
kemudian dihitung koefisien variasinya (%KV).
3.
Pembuatan Kurva Baku
Lima seri konsentrasi Cefotaxime 5,
10, 15, 20 dan 25 µg/ml dengan standar internal Cefadroxil konsentrasi 5 µg/ml
dalam fasa gerak (pada setiap konsentrasi Cefotaxime) disiapkan dengan membuat
pengenceran secara seri dari stok larutan baku Cefotaxime dengan fasa gerak. Selanjutnya
sejumlah 10 µl disuntikkan ke dalam alat KCKT pada kondisi optimum. Penentuan
linieritas dilakukan tiga kali pengulangan. Kurva kalibrasi yang diperoleh
digunakan untuk menetapkan kadar sampel. Persamaan garis regresi linier digambarkan
sebagai hubungan antara konsentrasi Cefotaxime dari rasio luas area kromatogram
atau tinggi puncak kromatogram Cefotaxime terhadap standar internal Cefadroxil,
kemudian dihitung koefisien korelasinya.
4.
Batas Deteksi (LOD)
dan Batas Kuantitasi (LOQ)
Nilai batas deteksi dan batas
kuantitasi analisis Cefotaxime dihitung secara statistik melalui garis regresi
linier dari kurva kalibrasi, nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada
persamaan garis linier y = bx + a
Limit of detection
(LOD) dinyatakan dengan
:
LOD
Limit of quantitation (LOQ) dihitung dengan persamaan :
atau dinyatakan lain sebagai rasio signal terhadap noise dengan
perbandingan (10 : 1) atau secara matematis dinyatakan dengan persamaan :
Y = Yb + 10 S
5.
Akurasi dan presisi
Akurasi dan presisi diperoleh
dengan cara menetapkan kadar tiga sampel masing-masing tiga kali pengulangan (n
= 3). Konsentrasi sampel dibuat sekitar kurva baku meliputi 3 10 µg/ml, 20 µg/ml
dan 25 µg/ml. Kurva kalibrasi dengan koefisien korelasi terbaik digunakan untuk
menetapkan Cefotaxime dalam sampel. Persen akurasi diperoleh dengan cara
melihat kedekatan hasil dari sampel terhadap nilai nominal dan presisi dilihat
dari nilai KV (%),
Presisi dinyatakan dengan KV (%), dengan
persamaan :
Keterangan : KV = Koefisien variasi, SD = Standar deviasi, X= Rata-rata.
6.
Uji Kesesuaian Sistem (System
Suitability)
Uji kesesuaian
sistem dilakukan terhadap sampel Cefotaxime konsentrasi 10 µg/ml dengan standar
internal Cefadroxil 5 µg/ml dalam fasa gerak, kemudian disuntikkan sebanyak 20
µl ke dalam alat KCKT pada kondisi optimum.
Percobaan
diulang sebanyak enam kali (n= 6). Dari kromatogram yang diperoleh ditentukan
keterulangan penyuntikan larutan baku yang dinyatakan dengan KV dari waktu retensi,
rasio luas area dan rasio tinggi puncak, tailing faktor dan asimetri puncak
kromatogram.
·
Hasil
Pengukuran Spektrofotometer Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Pada penetapan panjang gelombang
larutan cefotaxime dalam pelarut diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang
235 nm dan untuk larutan cefadroxil diperoleh serapan maksimum pada 232 nm.
Karena cefotaxime merupakan senyawa yang akan dianalisis, maka panjang
gelombang maksimum cefotaxime ditetapkan sebagai panjang gelombang yang digunakan
pada pendeteksian hasil analisis dengan KCKT.
·
Hasil Penentuan Nilai Ekstingsi
Molar Cefotaxime
Penetapan nilai ekstingsi molar
Cefotaxime dilakukan dari tiga variasi konsentrasi, yaitu 14,66, 20,95,
dan 27,23 µM dalam fase gerak pada
panjang gelombang maksimum cefotaxime, yakni 235 nm. Nilai ekstingsi molar
cefotaxime dihitung dengan membandingkan nilai serapan atau absortivitas molar
cefotaxime terhadap tebal kuvet (umumnya 1 cm) dan konsentrasi cefotaxime yang
diukur.
Hasilnya menunjukkan nilai
ekstingsi molar cefotaxime rata-rata 79.991, 86 M-1 cm-1.
Nilai ini menunjukkan bahwa cefotaxime sangat memungkinkan untuk dideteksi
dengan jdetektor ultraviolet pada sistem KCKT. Hal ini disebabkan karena adanya
gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) pada struktur cefotaxime.
·
Hasil Uji Selektivitas
Untuk mengetahui selektivitas suatu metode yang
digunakan, dapat dilihat
dari
daya keterpisahan (resolusi) kedua puncak. Pada Gambar 4.2 terlihat puncak cefadoxil
dengan waktu retensi 4,400 menit terpisah dari puncak cefotaxime dengan waktu
retensi 10,933 menit dengan nilai resolusi R = 2,72, sesuai persyaratan untuk
nilai resolusi yaitu > 1,5. Dengan nilai resolusi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa metode KCKT ini dapat digunakan untuk menganalisis cefotaxime
dengan menggunakan
standar internal cefadroxil.
|
·
Hasil Uji Keterulangan (Repeatability)
Uji keterulangan
dilakukan terhadap cefotaxime dengan konsentrasi 10 µg/ml menggunakan standar
internal cefadroxil 5 µg/ml. Dilakukan replikasi sebanyak enam kali, kemudian
diamati waktu retensi, luas area kromatogram, dan tinggi puncak kromatogram.
Rata-rata waktu retensi untuk cefotaxime menunjukkan nilai 9,443 ± 0,08 menit
dan KV = 0,85%.
·
Hasil Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk melihat kemampuan
metode analisis dalam memberikan respon yang baik pada berbagai macam
konsentrasi analit pada suatu kurva kalibrasi untuk menghasilkan garis lurus.
Parameter adanya hubungan linier dinyatakan dengan koefisien korelasi, dan
suatu metode analisi yang valid mempunyai harga koefisien korelasi lebih dari
0,999 (L.R. Snyder et al., 1997).
Untuk mengetahui hubungan linieritas antara
konsentrasi cefotaxime dengan rasio luas area kromatogram dan rasio tinggi
puncak kromatogram, dibuat kurva kalibrasi dari cefotaxime. Kurva kalibrasi dibuat
dengan cara membuat larutan cefotaxime dalam fasa gerak sehingga diperoleh
konsentrasi akhir 5, 10, 15, 20, dan 25 µg/ml yang mengandung standar internal
cefadroxil dengan konsentrasi akhir 5 µg/ml kemudian setiap konsentrasi
cefotaxime diukur dengan KCKT. Masing-masing konsentrasi dilakukan tiga kali
pengukuran. Persamaan garis regresi linier dengan koefisien korelasi terbaik
digunakan untuk menetapkan kadar sampel cefotaxime untuk kemudian diamati nilai
akurasi dan presisinya.
Nilai koefisien korelasi yang diperoleh berdasarkan
rasio luas area kromatogram dan rasio tinggi puncak kromatogram menunjukkan
nilai > 0,999, hal ini membuktikan bahwa metode analisis yang digunakan
sudah memenuhi kriteria linieritas pada rentang 5-25 µg/ml.
·
Hasil Uji Limit of Detection (LOD)
Limit of detection (LOD) mutlak ditentukan jika
analit yang dianalisis konsentrasinya relatif kecil seperti dalam matrik
biologis (G. Indrayanto, 1994). Hasil uji LOD dihitung berdasarkan kurva kalibrasi
cefotaxime dari persamaan yang mempunyai koefisien korelasi (r) terbaik. Nilai
LOD ditetapkan dari kurva kalibrasi cefotaxime terhadap rasio luas area kromatogram dan rasio tinggi puncak kromatogram.
Nilai LOD dari rasio luas area kromatogram adalah 0,05082 µg/ml dan berdasarkan
rasio tinggi puncak kromatogram adalah 0,05896 µg/ml.
·
Hasil Uji Limit of Quantitation
(LOQ)
Limit of quantitation (LOQ) mutlak ditentukan jika
analit yang dianalisis konsentrasinya relatif kecil seperti dalam matrik
biologis (G. Indrayanto, 1994). Hasil uji LOQ dihitung berdasarkan kurva kalibrasi
cefotaxime dari persamaan yang mempunyai koefisien korelasi (r) yang paling
baik. Nilai LOQ ditetapkan dari kurva kalibrasi cefotaxime terhadap rasio luas
area kromatogram dan rasio tinggi puncak kromatogram. Nilai LOQ dari rasio luas
area kromatogram adalah 0,1694 µg/ml dan berdasarkan rasio tinggi puncak kromatogram
adalah 0,1965 µg/ml. Nilai LOQ sangat tergantung pada galat sistemik yang dapat
dilihat sebagai intercept atau titik potong pada sumbu y dari persamaan garis
kurva kalibrasi.
·
Hasil Penentuan Ketelitian
(Precision) dan Ketepatan (Accuracy)
Untuk mengetahui presisi dan akurasi, dibuat 3 macam
konsentrasi sampel cefotaxime yang kadarnya ditetapkan berdasarkan kurva
kalibrasi cefotaxime. Konsentrasi sampel cefotaxime dalam fasa gerak dibuat
sekitar nilai kosentrasi pada kurva kalibrasi, berturut-turut adalah 10, 20,
dan 25 µg/ml dan mengandung standar internal cefadroxil 5 µg/ml. Kadar sampel ditetapkan
dari persamaan kurva kalibrasi cefotaxime terhadap rasio luas area kromatogram
dan tinggi puncak. Kemudian data yang diperoleh digunakan untuk menentukan
nilai akurasi dan presisi.
Perhitungan kadar sampel cefotaxime berdasarkan rasio
luas area romatogram memberikan nilai
presisi yang dinyatakan sebagai KV (%) dari konsentrasi 10, 20, dan 25 µg/ml
berturut-turut adalah 1,28%, 1,03%, dan 0,33%.. Nilai tersebut sesuai dengan
persyaratan, yaitu dengan nilai KV < 2%. Untuk nilai akurasi yang dinyatakan
dalam % recovery sampel dengan konsentrasi 10, 20, dan 25 µg/ml berturut-turut adalah
95,62-99,18%, 98,92100,84%, dan 99,66-100,32%
(perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran).
Perhitungan kadar sampel cefotaxime berdasarkan
rasio tinggi puncak kromatogram memberikan nilai presisi (KV %) untuk ketiga
sampel berturut-turut adalah 0,19 %, 0,49% dan 0,35%. Untuk nilai akurasi dari
sampel cefotaxime dengan konsentrasi 10, 20, dan 25 µg/ml dengan standar
internal cefadroxil 5 µg/ml berdasarkan perhitungan kurva kalibrasi rasio
tinggi puncak komatogram berturut-turut adalah 93,76-99,69%, 101,06-101,99%,
dan 98,88-99,56% (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran).
·
Hasil Uji Kesesuaian Sistem (System
Suitability Test)
Untuk memastikan bahwa sistem yang digunakan berjalan
secara efektif maka perlu dilakukan uji kesesuaian sistem. Suatu parameter yang
berguna adalah keterulangan penyuntikan yang ditentukan dengan menghitung
koefisien variasi (KV) dari waktu retensi, rasio luas area, rasio tinggi
puncak, tailing factor, dan asimetri puncak kromatogram.
Dilakukan enam kali penyuntikan terhadap sampel cefotaxime dengan
konsentrasi 10 µg/ml, yang mengandung standar internal cefadroxil 5 µg/ml,
kemudian diamati waktu retensi, rasio luas area, dan rasio tinggi puncak
kromatogram. Konsentrasi tersebut dipilih untuk mewakili konsentrasi rendah,
diasumsikan jika hasil konsentrasi rendah sudah dapat memberikan nilai yang
baik, maka diharapkan konsentrasi tinggi memberikan nilai yang baik pula. Pada
Tabel 4.10 dapat diketahui KV dari waktu retensi, rasio luas area kromatogram,
dan rasio tinggi puncak kromatogram < 4%, nilai ini menunjukkan bahwa metode
analisis yang digunakan telah memenuhi kriteria kesesuaian sistem yaitu KV <
10%.
Kesesuaian sistem juga digunakan untuk mengetahui faktor asimetri dan faktor
ikutan (tailing factor) dari puncak. Asimetri dan faktor ikutan digunakan untuk
mengetahui kondisi kolom dan kondisi percobaan. Asimetri puncak cefotaxime
dengan konsentrasi10 µg/ml dan cefadroxil adalah 0 (terdapat pada hasil
kromatogram), dapat dilihat pada kromatogram kesesuaian sistem (pada lampiran
G) bahwa kedua puncak terlihat cukup simetris. Nilai tersebut telah memenuhi
kriteria nilai asimetri yakni < 2 (L.R. Snyder et al., 1997). Nilai faktor ikutan
untuk puncak cefotaxime dan cefadroxil adalah 0 (terdapat pada hasil kromatogram),
dapat dilihat pada kromatogram keseuaian system (pada lampiran G) bahwa kedua
puncak tidak memiliki factor ikutan. Faktor ikutan yang diperoleh telah
memenuhi nilai persyaratan, yaitu < 2.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
Adapun
kesimpulan dan saran dari makalah ini adalah sebagai berikut :
(1)
Optimasi kondisi KCKT
dapat dilakukan dengan baik karena telah
memenuhi kriteria dari waktu retensi, resolusi, jumlah keeping teoritis dan
HETP, sehingga analisis lanjut dapat dilakukan secara KCKT dengan detektor UV.
(2)
Dari hasil validasi metode yang meliputi parameter : selektivitas,
keterulangan, linieritas, batas deteksi, batas kuantitasi, ketelitian,
ketepatan, dan kesesuaian sistem, maka metode yang digunakan memiliki validitas
sesuai dengan yang dipersyaratkan sehingga dapat digunakan untuk menganalisis Cefotaxime dalam pelarutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
itu fase gerak dan fase diamnya pakai apa ya mas ?
BalasHapus