Streptococcus pyogenes
Streptococcus pyogenes termasuk strptococcus grup A Lancefield. Bakteri ini termasuk salah satu patogen terpenting pada manusia, yang dapat menghasilkan berbagai infeksi sistemik dan infeksi kulit dan sering menyebabkan fangitakut. S. pyogenes merupakan bakteri berbentuk bola atau bulat, berdiameter 0,5-1,0 (m. Pertumbuhan rantai pendek atau lebih panjang, bergantung pada strain dan medium kultur. Ketika tumbuh pada medium cair, sejumlah strain menghasilkan rantai yang sangat panjang. Pertumbuhan optimalnya pada pH 7,4-7,6 dan suhu 37oC.Peningkatan pertumbuhan pada beberapa strain dapat diperoleh dengan menurunkan tekanan oksigen dan meningkatkan CO2. Sebagian besar streptococcus grup A adalah hemolitik-beta pada agar darah, meskipun adanya sebagian kecil bakteri yang dapat memfermentasikan karbohodrat (0,05% glukosa) dapat mengurangi reaksidi sekeliling permukaan koloni.
A. Penentuan Patogenisitas
Banyak faktor patogenisitas pada S. pyogenes. Sejumlah faktor virulensi dihasilkan, sehingga bakteri ini dapat berinteraksidengan reseptor jaringan dan bertahan dari sistem pertahanan inang, dan berkembangbiak dalam tubuh inang.
a. Komponen Seluler
Asam Lipoteikoat (Lipoteichoic acid/LTA). Untuk dapat menginfeksi inang, bakteri
harus dapat menempel pada permukaan sel sebagai gerbang masuk. Hal ini dapat
dilakukan dengan menempel kepada sel epitel rongga mulut berperantara LTA yang
terdapat pada dinding sel streptococcus grup A. LTAmerupakan molekul amfipatik dan
amfoterik, dan sangat sitotoksik untuk berbagai sel inang dan mampu melakukan
serangkaian aktivitas biologi.
Protein M. Sekali terjadi penempelan, strain tersebut mampu bertahan dari fagositosis
dan dari pembunuhan oleh leukosit (bakteri yang banyak protein M) berkembang biak
dan menginvasi jaringan lokal. Infeksi kutan dan faringeal lokal dapat terjadi, atau bakteri
menginvasi jaringan di dekatnya atau jaringan lain melalui pembuluh darah. Sekali
respon antibodi diinduksi, bakteri ini dapat segeraditelan dan dibunuh oleh fagosit.
S. pyogenes juga mengekspresikan protein permukaanunik yang berikatan pada
daerah Fc, IgG manusia. Kepentingan protein ini belum diketahui, tetapi dianggap
sebagai faktor reumatoid tertentu.
Polisakarida Kapsuler. Beberapa streptococcus grup A menghasilkan kapsul asam
hialuronat yang menyebar, yang dapat menyerupai bahan pada jaringan hewan.
Walaupun dianggap kurang penting dibanding protein M, tetapi karena kapsul ini bakteri
dapat menghindar dari fagositosis.
b. Produk Eksktraseluler
Hemolisin. Sebagian besar streptococcus grup A dan beberapa strain grup C dan G, menghasilkan dua toksin: sitotoksik dan hemolitik-streptolisin S (SLS) dan streptolisin O (SLO). Kedua toksin ini dapat menyebabkan hemolisis-beta di sekeliling koloni pada media agar darah.
Streptolisin O (SLO) merupakan protein rantai-tunggal imunogenik (ca 60 kDa) yang dilepaskan selama pertumbuhan ke dalam media kultur. SLO merupakan prototipr dari kelompok labil-oksigen atau toksin protein sitolitik bakteri teraktivasi-thiol yang dihasilkan oleh berbagai spesies Streptococcus, Bacillus, Clostridium, dan Listeria. Aktivitas sitolitiknya, yang ditandai dengan kerusakan membran mengandung-kolesterol, juga terjadi pada berbagai sel eukariot, termasuk sel darah merah, leukosit PMN, dan platlet.
Eksotoksin Pirogenik (toksin Eritrogenik). Lebih dari 90% isolat streptococcus grup A menghasilkan eksotoksin pirogenik. Terdapat tiga serotipe yang berbeda (A, B dan C), dengan BM 8, 17,5, dan 13,2 kDa. Eksotoksin ini tidak tahan-panas, tetapi tahan terhadap asam, alkali dan pepsin. Gen struktural untuk toksin ini, seperti pada toksin difteria, yang dibawa oleh bakteriofaga temperate.
Efek primer toksin ini adalah ruam, juga dapat meningkatkan kerentanan kelinci terhadap shock endotoksik mematikan, menyebabkan terhentinya retikuloendotel, perannya sebagai mitogen spesifik dan nonspesifik, menghasilkan nekrosis hepatik dan miokardium pada kelinci, dan menyebabkan penurunan sintesis antibodi. Oleh karena itu SPEs (streptococcal pyrogenic toxins) merupakan bagian kelompok toksin pirogenik yang memiliki komponen biokimia dan biologik. Anggota lainnya termasuk enterotoksin staphylococcus, eksotoksin pirogenik staphylococcus, dan toksin shock sindrom toksik. Toksin tersebut tersedia sebagai imunomodulator sistem pertahanan inang; karena pada konsentrasi sangat rendah mampu menstimulasi proliferasi sel T, maka disebut "superantigen".
Toksin tipe C menyebabkan peningkatan permeabilitas barrier darah-otak terhadap endotoksin dan bakteri dan mendesak efek piretik melalui perannya secara langsung pada hipotalamus. Biasanya, toksin ini dapat menyebabkan reaksi erithema pada kulit individu non-imun (uji Dick-positif) dantidak ada reaksi pada individu yang imun (uji Dick-negatif). Antitoksin yang disuntikkan ke pasien demam scarlet menyebabkan pemucatan lokal sebagai akibat neutralisasi toksin eritrogenik (reaksi Schultz-Charlton).
Nuklease. Terdapat empat nuklease yang berbeda secara antigenik (A, B, C, dan D), yang
membantu melarutkan nanah dan dianggap membantu menghasilkan substrat untuk
pertumbuhan. Seluruh strain S. pyogenes paling sedikit memiliki satu nuklease, biasanya
enzim B. Nuklease A dan C hanya memiliki aktivitas Dnase, sedangkan B dan D juga
memiliki aktivitas Rnase. Semua nuklease memiliki BM 25-30 kDa dan membutuhkan
kalsium dan magnesium untuk aktivitas optimalnya.
B. Epidemiologi
Faringitis dan impertigo merupakan penyakit infeksi yang sering disebabkan oleh
S. pyogenes. Infeksi saluran nafas atas sering terjadi pada musim dingin, ketika keadaan
asimtomatik nasal dan faringeal ditingkatkan dengan keadaan yang penuh dan sesak.
Streptococcus grup A terutama ditularkan melalui droplet dari saluran pernafasan.
Penularan pada susu dan produk susu dapat dikendalikan melalui proses pasteurisasi.
Bagaimanapun, sumber epidemik terbesar dapat dihasilkan dari makanan yang
terkontaminasi oleh carrier dan individu yang terinfeksi. Infeksi dapatan-rumah sakit
jarang disebabkan oleh perawat kesehatan dengan infeksi minimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar