PROSES PEMBUATAN VCO
(VIRGIN COCONUT OIL) DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN STARTER RAGI TEMPE
A. Latar
Belakang
Seiring
dengan berkembangnya bidang kesehatan, energi dan lingkungan, maka berbagai
produk yang berasal dari tanaman kelapa juga akan semakin meningkat . Untuk
memperoleh manfaat dari perkembangan yang terjadi diperlukan berbagai terobosan
untuk memperoleh berbagai khasiat dari kandungan tanaman kelapa. Terobosan
diperlukan baik dalam aspek kesehatan dan teknologi maupun lingkungan untuk mengembangkan industri berbagai produk
kelapa.
Tanaman
kelapa (Cocos nucifera L) merupakan
salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi
Tenggara baik menggunakan lahan pemukiman dengan jumlah yang sangat terbatas
maupun yang dilakukan pada lahan yang luas untuk tujuan komersial. Berdasarkan
hasil studi potensi kelapa di Sulawesi Tenggara dapat digambarkan bahwa areal
potensi kelapa yang tersebar di 12 kabupaten/kota pada tahun 2007 memilik luas
55.710 ha. Sedangkan produksi olahan tanaman kelapa berupa kopra pada tahun
yang sama sebesar 49.136,66 ton. Sentra produksi terbesar berada di Kabupaten
Bombana dengan jumlah sebesar 15.253 ton (31,04%), Kabupaten Wakatobi 5.651 ton
(11,50%), Kabupaten Konawe 4.955 ton (10,08%) dan Kabupaten Buton Utara 4.418
ton (8,99%) serta Kabupaten Muna sebesar 4.354 ton atau sebesar 8,86%. Kota
Kendari dan Kota Bau – Bau merupakan penyumbang terkecil baik dari aspek luas
areal maupun produksi.
Untuk
memperbesar manfaat yang diperoleh dari potensi tumbuhan kelapa yang cukup
besar disulawesi tenggara , sebaiknya dilakukan pembaharuan penanganan tanaman
kelapa yang lebih menjanjikan dan menguntungkan baik bagi petani tanaman kelapa
maupun masyarakat sebagai konsumen pemasaran kelak.
Penanganan
tumbuhan kelapa yang dilakukan petani Sebagian besar melakukan pengolahan pada
daging buah kelapa menjadi kopra dan hanya sebagian kecil petani yang melakukan
pengolahan dalam bentuk minyak. Hal tersebut dilakukan akibat kurangnya
pengetahuan mengenai penangan tanaman kelapa, yang dimana pengolahan daging
buah kelapa menjadi kopra dan minyak dilakukan dengan pengetahuan yang
diperoleh secara turun temurun, terlebih lagi cara untuk membuatnya sangat
sederhana. Sementara itu petani lebih memilih kopra sebagai produk utama dari
tanaman dibanding melakukan pengolahan menjadi minyak disebabkan oleh karena
biaya, waktu dan hasil produksi yang tidak mampu bersaing dengan produksi
pabrik. Sebab dalam 1 kg kopra membutuhkan biji kelapa sebanyak 3 – 5 biji,
sedangkan bila diolah menjadi minyak membutuhkan 7 – 9 biji kelapa per botol
sehingga petani kelapa lebih memilih membuat kopra dibanding mengolahnya
menjadi minyak.Produksi minyak yang dilakukan petani untuk memenuhi kebutuhan
sendiri dan untuk pasar lokal dengan harga Rp5.000 – Rp6.000,- per botol
Olahan
buah kelapa yang sangat menjanjikan dan mempunyai peluang yang besar untuk
dikembangkan adalah minyak kelapa murni atau sering dikenal dengan nama Virgin
Coconut Oil (VCO).
Virgin
Coconut Oil (VCO) merupakan minyak yang diekstrak dari daging buah kelapa segar
yang biasa dikenal dengan proses basah, tanpa menggunakan proses pemanasan melainkan dengan tehnik fermentasi ataupun
dengan bantuan enzim. Penggunaan panas untuk memecah protein dapat menyebabkan
protein menggumpal didinding sel santan. Namun pemanasan dapat merusak
kandungan senyawa aktif dalam minyak seperti asam laurat dan vitamin E. Untuk
meningkatkan rendemen minyak yang terekstrak dari krim santan dapat dilakukan
dengan penambahan enzim proteolitik yang baresal dari tanaman, hewan atau
mikroorganisme.
Pembuatan
VCO dengam pemilihan fermentasi ragi tempe dilakukan dengan adanya penelitian
yang menunjukkan perlakuan fermentasi dengan ragi tempe memiliki kualifikasi
yang mendekati standar VCO yang telah ditetapkan APCC (Asian and Pasific
Coconut community), MEOMA (Malaysian Edible Oil Manufacturers Association), dan
Malaysian standard (MS 239) berdasarkan parameter kadar air, angka penyabunan
serta peroksida.
Jika
dibandingkan dengan minyak kelapa biasa, atau sering disebut dengan minyak goreng
(minyak kelapa kopra), Virgin Coconut Oil (VCO) mempunyai kualitas yang lebih
baik. Minyak kelapa kopra akan berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak
harum, dan mudah tengik, sehingga daya simpannya tidak bertahan lama(kurang
dari dua bulan). Dari segi ekonomi, minyak kelapa murni mempunyai
harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa kopra, sehingga studi
pembuatan VCO perlu dikembangkan sebagai salah satu pelatihan Kewirausahaan
yang diharapkan dapat memberi manfaat dalam mengembangkan potensi tumbuhan
kelapa .
B. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari kegiatan praktikum ini adalah bagaimana proses pembuatan
VCO (Virgin Coconut Oil)
C. Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan
VCO (Virgin Coconut Oil)
D. Landasan
Teori
1.
Kelapa
Buah
kelapa terdiri dari serabut, tempurung, daging buah dan air. Daging buah kelapa
memiliki nilai yang paling tinggi, karena daging buah kelapa mengandung minyak.
Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan berdasarkan umur buah kelapa dan varietas
kelapa (Ketaren, 1986).
Klasifikasi
Kingdom:
Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Sub Kelas: Arecidae
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Genus: Cocos
Spesies: Cocos nucifera L.
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Sub Kelas: Arecidae
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Genus: Cocos
Spesies: Cocos nucifera L.
Pohon
kelapa termasuk keluarga Palmae adalah tanaman tropis yang penyebarannya di
pantai (habitat asli). Namun dalam pengembangan budidaya akhirnya manusia dapat
menemuinya sampai jauh di pedalaman. Ini menandakan pohon kelapa sangat toleran
terhadap iklim mikro (tanah, air, udara, angin kencang dan sinar matahari dan
terlebih hara tanah). Hal ini nantinya sangat berpengaruh terhadap kandungan
minyak dan senyawa kimia lain yang mendukungnya. Dari sini timbul banyak
pertanyaan dari para produsen dan calon produsen vico. Ini menandakan sebagian
produsen dan calon produsen mengerti, memahami dan terlebih lagi peduli
terhadap hasil produksi berupa vico. Karena pengguna vico sebagian besar adalah
orang-orang yang sakit dan perlu segera penyembuhan (Baswardojo, 2005).
Kandungan
kimia pada daging kelapa adalah air, protein, dan lemak yang merupakan jenis
emulsi dengan emulgatornya. Emulsi adalah zat cair yang tidak dapat tercampur
yang terdiri dari dua fase (air dan minyak). Emulgator adalah zat yang
berfungsi untuk mempererat emulsi, dalam hal ini emulgatornya adalah protein.
Pada ikatan protein akan membungkus butiran-butiran minyak kelapa dengan suatu
lapisan tipis sehingga butiran-butiran minyak tidak bisa tergabung, begitu juga
dengan air. Emulsi tidak akan terpecah, karena masih ada tegangan muka protein
air yang lebih kecil dari protein minyak. Untuk merusak ikatan emulsi lemak
pada santan kelapa mengunakan metode enzimatis (Setiaji, 2006).
Santan
adalah cairan yang berwarna putih yang diperoleh dari pemerasan. Jika santan
didiamkan akan terpisah menjadi dua fase yaitu fase skim yang jernih bagian
bawah dan fase krim yang berwarna putih susu dibagian atas. (Winarno, 2004).
2.
Virgin
Coconut Oil (VCO)
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan
minyak yang diekstrak dari daging buah kelapa segar yang biasa dikenal dengan
proses basah, tanpa menggunakan proses pemanasan melainkan dengan tehnik fermentasi ataupun
dengan bantuan enzim. Santan merupakan emulsi yang terdiri dari butiran minyak
berlapis air dibagian luar(Andryani dkk, 2007).
Minyak Kelapa Murni (MKM) atau yang
sering disebut dengan VCO/virgin coconut oil adalah minyak yang memiliki kadar
air yang rendah (0,02-0,03%) dan kadar asam lemak bebas yang rendah (0,02%),
berwarna bening, dan berbau harum. Daya simpannya lebih lama dari minyak biasa,
bisa lebih dari 12 bulan (Anonim, 2006).
Minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut
oil) berkasiat sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Hal tersebut
dikarenakan kandungan asam laurat, asam kaprilat dan asam kaprat didalamnya.
Sementara, jenis minyak lain tidak memiliki sifat antimikroba. Manfaat dari
asam laurat antara lain dapat membunuh berbagai macam jenis mikroba yang
membran sel nya, berasal dari asam lemak (lipid coated microorganism). Sifat
asam laurat dapat melarutkan membran bakteri berupa lipid sehingga akan
mengganggu kekebalan bakteri atau virus. Hal ini akan membuat bakteri atau
virus inaktivasi. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroba jenis ini
seperti influenza, Streptococcus sp.,
Stapilococcus sp., gram positive, dan gram negative (Sutarmi, 2005).
Dibandingkan dengan minyak nabati
lainnya misalnya seperti minyak sawit, minyak kedelai, minyak jagung dan minyak
bunga matahari, VCO memiliki beberapa keunggulan yaitu kandungan asam laurat
tinggi, komposisi asam lemak rantai mediumnya tinggi dan berat molekulnya
rendah. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh rantai sedang atau dalam istilah
kesehatan lebih dikenal dengan medium chain fatty acid (MCFA). Beberapa asam lemak rantai sedang yang
terkandung didalam VCO yaitu asam kaprilat (C8) sebanyak 5.0-10.0%, asam caprat
(C10) sebanyak 4.5-8.0% dan asam laurat (C12) sebanyak 43-53%. Asam laurat
misalnya, didalam tubuh akan diubah menjadi monolaurin yaitu sebuah senyawa
monogliseride yang bersifat antivirus, antibakteri, antiprotozoa (Sibuea, 2004).
Tampaknya hanya VCO yang saat ini
dikaitkan langsung dengan kesehatan, yang meskipun belum melalui uji klinis,
oleh para produsen diperlakukan sama dengan obat. Manfaat kesehatan dari VCO
dikaitkan dengan kandungan asam laurat yang diduga bersifat antibakteri,
antifungi, dan antivirus, di samping berkhasiat mengendalikan kolesterol jahat
dan bermanfaat bagi kesehatan jantung. VCO merupakan minyak yang dihasilkan
melalui proses tertentu sedemikian rupa sehingga seasli mungkin seperti keadaan
alaminya dalam daging kelapa (virgin). Ini juga dimaksudkan untuk membedakannya
dengan proses pengolahan minyak kelapa yang melalui tahapan pemurnian
(refining) sehingga melibatkan bahan kimia. Dengan demikian, VCO bebas bahan
kimia. Berdasarkan pengertian tersebut, produk kelapa yang mengandung asam
laurat cukup tinggi dan alami tanpa proses kimiawi juga akan memiliki manfaat
kesehatan. Produk-produk tersebut adalah susu santan dan krim kelapa. Air kelapa juga dipromosikan sebagai minuman
sehat di India. VCO memiliki konteks produk yang dapat mening katkan kesehatan
(daya imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit degeneratif) dan bahan baku
kosmetik alami yang bernilai tinggi. Kelapa parut kering merupakan produk
campuran makanan yang higienis dan praktis. Susu santan adalah minuman
kesehatan yang dapat mensubstitusi susu, dan krim kelapa merupakan bahan yang
praktis dan higienis untuk keperluan memasak pengganti santan parut manual
(Allorerung dkk, 2008).
Minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut
oil) dapat digunakan untuk mengobati penyakit pada kulit misalnya herpes dan
cacar. Pada dasarnya, dalam mengobati penyakit masyarakat lebih menyukai
pemakaian obat secara praktis misalnya pemakaian topikal, untuk itu peneliti
membuat minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dalam bentuk sediaan krim
tipe minyak dalam air(Sutarmi, 2005).
Dari sudut pandang terapi bentuk krim tipe minyak dalam air cocok untuk luka
topikal karena mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cairan yang keluar dari
dalam kulit yang terbuka (Ansel, 1989). Keuntungan sediaan krim tipe minyak
dalam air mudah dicuci, tidak meninggalkan bekas pada kulit, pakaian,
menimbulkan rasa nyaman dan dingin setelah air menguap pada daerah yang
digunakan (Lachman, dkk, 1994).
3.
Pembuatan
VCO
Ada 3 jenis pembuatan VCO yaitu :
·
Dengan teknik pemanasan sedang
kelemahan: jika pemanasan
dalam suhu terlalu tinggi maka santan akan rusak sehingga khasiat VCO akan
berkurang
·
Dengan teknik fermentasi
kelemahan: jika terdapat
kontaminasi pada bahan fermentor maka jumlah VCO yang dihasilkan tidak optimal
·
Dengan teknik sentrifugasi
kelemahan: butuh
investasi lebih besar
Tips memilih VCO yang
baik :
·
Pilih VCO yang jernih, tidak
berwarna apalagi keruh. VCO yang jernih menandakan kemurniannya.
·
Jangan konsumsi VCO yang sudah
tengik. Ini meunjukkan bahwa asam lemaknya telah teroksidasi sehingga mutu dan
manfaatnya rusak, sehingga terbentuk radikal bebas(Anonim, 2006).
4.
Ragi Tempe
Jamur
Rhizopus terdiri dari hifa yang berukuran 6-15 µm Sporangiosphore, Rhizoid dan
Sporangia. Sporangiosphore berwarna coklat, tidak bercabang dan biasanya
berkelompok. Rhizoid berada pada titik dimana Stolon dan Sporangiosphore
bertemu. Sporangia yang berdiameter 40-350 µm berada diatas Sporangiosphore dan
berbentuk seperti flat. Sporaiosphore vang berdiameter 4-11 µm bersifat
unuselluler. Haylinenya berwarna coklat dan tekstur lembut.
Rhyzopus Oryzae tumbuh dengan baik pada temperatur optimum 37◦C. Biasanya
Rhizopus dapat ditemukan ditanah, buah dan sayuran yang sudah busuk, kotoran
binatang dan roti yang basi( Cahyono dkk,2005).
Pembuatan
VCO dengam pemilihan fermentasi ragi tempe dilakukan dengan adanya penelitian
yang menunjukkan perlakuan fermentasi dengan ragi tempe memiliki kualifikasi
yang mendekati standar VCO yang telah ditetapkan APCC (Asian and Pasific
Coconut community), MEOMA (Malaysian Edible Oil Manufacturers Association), dan
Malaysian standard (MS 239) berdasarkan parameter kadar air, angka penyabunan
serta peroksida (Andriyani dkk, 2007).
5.
Teori
Fermentasi
Fermentasi berasal dari kata Latin “ferve”
yang berarti mendidih, yang menunjukkan bahwa adanya aktivitas dari yeast pada
ekstrak buah-buahan atau larutan malt biji-bijian. Kelihatan seperti mendidih
ini disebabkan karena terbentuknya gelembung-gelembung gas CO2 yang diakibatkan
proses katabolisme atau biodegradasi secara anaerobic dari gula yang ada dalam
ekstraks(Ketaren, 1986).
Fermentasi
ditinjau secara biokimia mempunyai perbedaan arti dengan mikrobiologi industri.
Secara biokimia fermentasi diartikan sebagai terbentuknya energi oleh proses
katabolisme bahan organic, sedangkan dalam mikkrobiologi industri fermentasi
diartikan lebih luas yaitu suatu proses untuk mengubah bahan baku menjadi suatu produk oleh massa sel
mikroba. Dalam hal ini fermentasi berarti pula pembentukan komponen sel secara
aerob yang dikenal dengan proses anabolisme atau biosintesis(Ketaren, 1986).
6.
Tipe-tipe
Fermentasi
Secara
komersial fermentasi dibagi 4:
a. Fermentasi
yang menghasilkan sel mikroba atau biomass.
Secara
garis besar dibagi menjadi 2 bagian:
−
Yang menghasilkan yeast dipakai dalam industri roti (bakers yeast)
−
Yang menghasilkan yeast dipakai untuk makanan manusia atau pakan ternak (single
cell protein)
b. Fermentasi
yang menghasilkan enzim mikroba
Secara komersial enzim dihasilkan dari
tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroba. Enzim dari mikroba lebih menguntungkan
karena dapat diproduksi besar-besaran dengan menggunakan teknik fermentasi
karena lebih mudah dalam meningkatkan produktivitasnya.
c. Fermentasi
yang menghasilkan metabolit primer maupun sekunder
Metabolit
primer (etanol, asam asetat, lysine, glutamate,
sitrat, aseton, dll) diproduksi mikroba pada log atau eksponensial phase
yang sering disebut dengan tropophase sedang metabolit sekunder (steroid,
antibiotic, dll) diproduksi mikroba pada saat pertumbuhan mikroba memasuki masa
stasioner yang sering disebut idiophase.
d. Fermentasi
yang memodifikasi bahan
Sel
mikroba dapat dipakai untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain dengan
struktur sejenis yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi yang dikenal dengan
proses transformasi. Keuntungan pemanfaatan mikroba dalam proses transformasi
yaitu untuk memodifikasi senyawa kimia tertentu menjadi produk yang lebih mempunyai
nilai ekonomis tinggi(La Teng, 1999).
E.
Metode Pelaksanaan
1. Waktu
dan tempat
Kegiatan
ini akan dilaksanakan pada tanggal .....-..... Februari 2012 di Laboratorium
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo
Kendari.
2. Alat dan bahan
·
Alat
§ Saringan
§ Termometer
§ Toples
bening
§ Gelas
beaker
§ Pengaduk
§ Gelas
ukur
§ Corong
pemisah
§ Ember
§ Selang
§ Kertas
saring
·
Bahan
§ Kelapa
tua
§ Ragi
tempe
§ Air
3. Prosedur
kerja
Pembuatan
mikroba starter
Pembuat starter
dibutuhkan santan encer (skim) dicampur dengan air kelapa dengan
perbandingan 9 :1 (9 bagian santan encer
dan 1 bagian air kelapa). Selanjutnya ditambahkan ragi tempe dengan
perbandingan 10:2 artinya 10 bagian santan encer dan air kelapa serta 2 bagian
ragi tempe. Kemudian diaduk dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar dan
selanjutnya sudah dapat digunakan sebagai starter.
Pembuatan
VCO
Tahap pembuatan VCO
secara fermentasi sendiri dikelompokkan menjadi tiga yaitu pembuatan santan,
pembuatan VCO dan penyaringan.
1. Pembuatan santan
Adapun
tahap-tahap pembuatan santan kelapa secara fermentasi sebagai berikut :
a) Mengupas
serabut kelapa dengan parang atau mesin pengupas kelapa sampai serabut tersebut
terpisah daging buah kelapa yang masih terbungkus oleh tempurung kelapa.
b) Membelah
kelapa kemudian congkel daging buah kelapa yang masih merekat pada tempurung
menggunakan pisau penyukil.
c) Mencuci
daging buah kelapa, parut menggunakan mesin pemarut kelapa.
d) Mencampurkan
air kedalam hasil parutan dengan perbandingan 1:1 artinya 1 buah kelapa
dicampur dengan 1 liter air.
e) Meremas
santan, tujuannya untuk mengeluarkan seluruh kandungan gizi, terutama minyak
yang terdapat pada parutan buah kelapa.
f) Menyaring
santan menggunakan alat saring tujuannya untuk memisahkan santan dengan ampas.
2. Pembuatan VCO
Adapun pembuatan VCO
secara fermentasi sebagai berikut :
a) Mendiamkan
santan pada stoples transparan selama 1 jam hingga terbentuk krim santan pada
bagian atas dan skim santan krim pada bagian bawah.
b) Memisahkan
krim dan skim santan dengan menggunakn selang.
c) Krim
santan difermentasi dengan menambah mikroba starter. Fermentasi selesai
ditandai dengan terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan minyak paling atas,
lapisan tengah berupa koagulan protein dan lapisan paling bawah berupa air.
3. Pemisahan
Pemisahan dilakukan
untuk memisahkan minyak dari koagulan protein dan air. pemisahan dilakukan
dengan menggunakan alat centrifuge dengan kecepatan putaran 5000 rpm selama 5
menit. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan kertas saring, tujuannya untuk
memisahkan partikel terikut sehingga
minyak VCO yang dihasilkan jernih.
F.
Rancangan Biaya
Pembuatan
VCO
a. Bahan
Kelapa
50 buah @ Rp
3.000,- Rp
150.000,-
Ragi
Tempe 3 bungkus @ Rp
15.000,- Rp45.000,-
b. Alat
Ember
Besar 1 buah @ Rp
75.000,- Rp
75.000,-
Toples
3 buah @ Rp 20.000,- Rp 60.000,-
Selang
3 meter @ Rp 5.000,- Rp
15.000,-
Kertas
Saring 2 lembar @ Rp 15.000,- Rp
30.000,-
Corong 1 buah @
Rp 10.000,- Rp
10.000,-
TOTAL Rp
385.000,-
DAFTAR
PUSTAKA
Allorerung,
D.,Z. Mahmud & B. Prastowo.,2008, “Peluang Kelapa untuk Pengembangan Produk
Kesehatan”, Pengembangan Inovasi Pertanian 1 (4) : 298-315.
Ansel,Howard.,1989,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,Penerbit
Universitas Indonesia ,Jakarta.
Anonim, 2005,Pembuatan VCO secara fermentasi,
Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/pembuatan
VCO secara fermentasi, diakses tanggal 24 Dessember pukul 01.20 WITA.
Baswardojo D.,
2005, Seluk Beluk Pembuatan Minyak Kelapa
& VCO , Articles.
Cahyono & L.
Untari, 2005, Proses Pembuatan Virgin
Coconut Oil (VCO) dengn Fermetasi Starter Ragi Tempe, Universitas
Diponegoro.
Ketaren, S,
2008, Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan, Universitas Indonesia Press,Jakarta.
La Teng, P.N.,
1999, “Pengggunaan Air Kelapa Sebagai Sumber Mikroba Starter pada Pembuatan MinyaKelapa Secara
Fermentasi”, Majalah Kimia, Vol.27 No.2, Balai Industri Ujung Pandang,
Makasar
Setiaji, B, 2005, Membuat
VCO (Virgin Coconut Oil) Berkualitas Tinggi, PT.Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Sibuea P. 2004. Virgin
Coconut Oil dalam Kompas, 22 Desember 2004. him. 32 kolom
1-5.
Sutarmi, R.,
2006, Taklukkan Penyakit dengan VCO (Virgin Coconut Oil),Penebar
Suwadaya, Jakarta.
Thampan, P.K.,
1981, Handbook on Coconut Palm. Oxford and IBH Publishing Co., New Delhi,
India.
Winarno, F.G., 2004, Enzim Pangan, PT.
Gramedia Anggota IKAPI ,Jakarta .
RINCIAN
DANA
KEGIATAN
KEWIRAUSAHAAN
PEMBUATAN
VIRGIN COCONUT OIL (VCO)
o
ALAT
Baskom 2 buah @Rp 12.000,- Rp
24.000,-
Saringan 2 buah @Rp 4.000,- Rp
8.000,-
Corong 1 buah @Rp 2.000,- Rp 2.000,-
Selang
2 mtr @Rp
3.000,- Rp
6.000,-
o
BAHAN
Kelapa parut 10 biji @Rp 4.000,- Rp 40.000,-
Ragi Tempe 1 bungkus @Rp 15.000,- Rp 15.000,-
Air Galon @Rp 5.000,- Rp 5.000,-
Kertas Saring @Rp 10.000,- Rp 10.000,-
o
DLL
Parkir Rp
2.000,-
TOTAL Rp.
112.000,-
RINCIAN
DANA
KEGIATAN
KEWIRAUSAHAAN
PEMBUATAN
VIRGIN COCONUT OIL (VCO)
A. ALAT
Plastik es @Rp 3.000,- Rp 3.000,-
Karet 1 bgks @Rp 4.000,- Rp 4.000,-
Kertas sticker 6 lmbr @Rp 1.500,- Rp 9.000,-
B. BAHAN
Kelapa parut 10 biji @Rp 4.000,- Rp 40.000,-
Air Galon @Rp 5.000,- Rp 5.000,-
Sabun cuci Rp
2.000,-
TOTAL Rp.
57.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar