Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Selasa, 10 Juni 2014

PROSES PEMBUATAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL) DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN STARTER RAGI TEMPE

PROSES PEMBUATAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL) DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN STARTER RAGI TEMPE

   A.    Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya bidang kesehatan, energi dan lingkungan, maka berbagai produk yang berasal dari tanaman kelapa juga akan semakin meningkat . Untuk memperoleh manfaat dari perkembangan yang terjadi diperlukan berbagai terobosan untuk memperoleh berbagai khasiat dari kandungan tanaman kelapa. Terobosan diperlukan baik dalam aspek kesehatan dan teknologi maupun lingkungan  untuk mengembangkan industri berbagai produk kelapa.
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L)  merupakan salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara baik menggunakan lahan pemukiman dengan jumlah yang sangat terbatas maupun yang dilakukan pada lahan yang luas untuk tujuan komersial. Berdasarkan hasil studi potensi kelapa di Sulawesi Tenggara dapat digambarkan bahwa areal potensi kelapa yang tersebar di 12 kabupaten/kota pada tahun 2007 memilik luas 55.710 ha. Sedangkan produksi olahan tanaman kelapa berupa kopra pada tahun yang sama sebesar 49.136,66 ton. Sentra produksi terbesar berada di Kabupaten Bombana dengan jumlah sebesar 15.253 ton (31,04%), Kabupaten Wakatobi 5.651 ton (11,50%), Kabupaten Konawe 4.955 ton (10,08%) dan Kabupaten Buton Utara 4.418 ton (8,99%) serta Kabupaten Muna sebesar 4.354 ton atau sebesar 8,86%. Kota Kendari dan Kota Bau – Bau merupakan penyumbang terkecil baik dari aspek luas areal maupun produksi.
Untuk memperbesar manfaat yang diperoleh dari potensi tumbuhan kelapa yang cukup besar disulawesi tenggara , sebaiknya dilakukan pembaharuan penanganan tanaman kelapa yang lebih menjanjikan dan menguntungkan baik bagi petani tanaman kelapa maupun masyarakat sebagai konsumen pemasaran kelak.
Penanganan tumbuhan kelapa yang dilakukan petani Sebagian besar melakukan pengolahan pada daging buah kelapa menjadi kopra dan hanya sebagian kecil petani yang melakukan pengolahan dalam bentuk minyak. Hal tersebut dilakukan akibat kurangnya pengetahuan mengenai penangan tanaman kelapa, yang dimana pengolahan daging buah kelapa menjadi kopra dan minyak dilakukan dengan pengetahuan yang diperoleh secara turun temurun, terlebih lagi cara untuk membuatnya sangat sederhana. Sementara itu petani lebih memilih kopra sebagai produk utama dari tanaman dibanding melakukan pengolahan menjadi minyak disebabkan oleh karena biaya, waktu dan hasil produksi yang tidak mampu bersaing dengan produksi pabrik. Sebab dalam 1 kg kopra membutuhkan biji kelapa sebanyak 3 – 5 biji, sedangkan bila diolah menjadi minyak membutuhkan 7 – 9 biji kelapa per botol sehingga petani kelapa lebih memilih membuat kopra dibanding mengolahnya menjadi minyak.Produksi minyak yang dilakukan petani untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan untuk pasar lokal dengan harga Rp5.000 – Rp6.000,- per botol  
Olahan buah kelapa yang sangat menjanjikan dan mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan adalah minyak kelapa murni atau sering dikenal dengan nama Virgin Coconut Oil (VCO).
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak yang diekstrak dari daging buah kelapa segar yang biasa dikenal dengan proses basah, tanpa menggunakan proses pemanasan  melainkan dengan tehnik fermentasi ataupun dengan bantuan enzim. Penggunaan panas untuk memecah protein dapat menyebabkan protein menggumpal didinding sel santan. Namun pemanasan dapat merusak kandungan senyawa aktif dalam minyak seperti asam laurat dan vitamin E. Untuk meningkatkan rendemen minyak yang terekstrak dari krim santan dapat dilakukan dengan penambahan enzim proteolitik yang baresal dari tanaman, hewan atau mikroorganisme.
Pembuatan VCO dengam pemilihan fermentasi ragi tempe dilakukan dengan adanya penelitian yang menunjukkan perlakuan fermentasi dengan ragi tempe memiliki kualifikasi yang mendekati standar VCO yang telah ditetapkan APCC (Asian and Pasific Coconut community), MEOMA (Malaysian Edible Oil Manufacturers Association), dan Malaysian standard (MS 239) berdasarkan parameter kadar air, angka penyabunan serta peroksida.
Jika dibandingkan dengan minyak kelapa biasa, atau sering disebut dengan minyak goreng (minyak kelapa kopra), Virgin Coconut Oil (VCO) mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak kelapa kopra akan berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak harum, dan mudah tengik, sehingga daya simpannya tidak bertahan lama(kurang dari dua bulan). Dari segi ekonomi, minyak kelapa murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa kopra, sehingga studi pembuatan VCO perlu dikembangkan sebagai salah satu pelatihan Kewirausahaan yang diharapkan dapat memberi manfaat dalam mengembangkan potensi tumbuhan kelapa .

   B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari kegiatan praktikum ini adalah bagaimana proses pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)

   C.     Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)

   D.    Landasan Teori
1.      Kelapa
Buah kelapa terdiri dari serabut, tempurung, daging buah dan air. Daging buah kelapa memiliki nilai yang paling tinggi, karena daging buah kelapa mengandung minyak. Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan berdasarkan umur buah kelapa dan varietas kelapa (Ketaren, 1986).
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
     Subkingdom: Tracheobionta
         Super Divisi: Spermatophyta
             Divisi: Magnoliophyta
                 Kelas: Liliopsida
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili:
Arecaceae
                                 Genus:
Cocos
                                     Spesies: Cocos nucifera L.

Pohon kelapa termasuk keluarga Palmae adalah tanaman tropis yang penyebarannya di pantai (habitat asli). Namun dalam pengembangan budidaya akhirnya manusia dapat menemuinya sampai jauh di pedalaman. Ini menandakan pohon kelapa sangat toleran terhadap iklim mikro (tanah, air, udara, angin kencang dan sinar matahari dan terlebih hara tanah). Hal ini nantinya sangat berpengaruh terhadap kandungan minyak dan senyawa kimia lain yang mendukungnya. Dari sini timbul banyak pertanyaan dari para produsen dan calon produsen vico. Ini menandakan sebagian produsen dan calon produsen mengerti, memahami dan terlebih lagi peduli terhadap hasil produksi berupa vico. Karena pengguna vico sebagian besar adalah orang-orang yang sakit dan perlu segera penyembuhan (Baswardojo, 2005).
Kandungan kimia pada daging kelapa adalah air, protein, dan lemak yang merupakan jenis emulsi dengan emulgatornya. Emulsi adalah zat cair yang tidak dapat tercampur yang terdiri dari dua fase (air dan minyak). Emulgator adalah zat yang berfungsi untuk mempererat emulsi, dalam hal ini emulgatornya adalah protein. Pada ikatan protein akan membungkus butiran-butiran minyak kelapa dengan suatu lapisan tipis sehingga butiran-butiran minyak tidak bisa tergabung, begitu juga dengan air. Emulsi tidak akan terpecah, karena masih ada tegangan muka protein air yang lebih kecil dari protein minyak. Untuk merusak ikatan emulsi lemak pada santan kelapa  mengunakan  metode enzimatis (Setiaji, 2006).
Santan adalah cairan yang berwarna putih yang diperoleh dari pemerasan. Jika santan didiamkan akan terpisah menjadi dua fase yaitu fase skim yang jernih bagian bawah dan fase krim yang berwarna putih susu dibagian atas. (Winarno, 2004).  
2.      Virgin Coconut Oil (VCO)
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak yang diekstrak dari daging buah kelapa segar yang biasa dikenal dengan proses basah, tanpa menggunakan proses pemanasan  melainkan dengan tehnik fermentasi ataupun dengan bantuan enzim. Santan merupakan emulsi yang terdiri dari butiran minyak berlapis air dibagian luar(Andryani dkk, 2007).
Minyak Kelapa Murni (MKM) atau yang sering disebut dengan VCO/virgin coconut oil adalah minyak yang memiliki kadar air yang rendah (0,02-0,03%) dan kadar asam lemak bebas yang rendah (0,02%), berwarna bening, dan berbau harum. Daya simpannya lebih lama dari minyak biasa, bisa lebih dari 12 bulan (Anonim, 2006).
Minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) berkasiat sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Hal tersebut dikarenakan kandungan asam laurat, asam kaprilat dan asam kaprat didalamnya. Sementara, jenis minyak lain tidak memiliki sifat antimikroba. Manfaat dari asam laurat antara lain dapat membunuh berbagai macam jenis mikroba yang membran sel nya, berasal dari asam lemak (lipid coated microorganism). Sifat asam laurat dapat melarutkan membran bakteri berupa lipid sehingga akan mengganggu kekebalan bakteri atau virus. Hal ini akan membuat bakteri atau virus inaktivasi. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroba jenis ini seperti  influenza, Streptococcus sp., Stapilococcus sp., gram positive, dan gram negative (Sutarmi, 2005).
Dibandingkan dengan minyak nabati lainnya misalnya seperti minyak sawit, minyak kedelai, minyak jagung dan minyak bunga matahari, VCO memiliki beberapa keunggulan yaitu kandungan asam laurat tinggi, komposisi asam lemak rantai mediumnya tinggi dan berat molekulnya rendah. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh rantai sedang atau dalam istilah kesehatan lebih dikenal dengan medium chain fatty acid (MCFA).  Beberapa asam lemak rantai sedang yang terkandung didalam VCO yaitu asam kaprilat (C8) sebanyak 5.0-10.0%, asam caprat (C10) sebanyak 4.5-8.0% dan asam laurat (C12) sebanyak 43-53%. Asam laurat misalnya, didalam tubuh akan diubah menjadi monolaurin yaitu sebuah senyawa monogliseride yang bersifat antivirus, antibakteri, antiprotozoa (Sibuea, 2004).
Tampaknya hanya VCO yang saat ini dikaitkan langsung dengan kesehatan, yang meskipun belum melalui uji klinis, oleh para produsen diperlakukan sama dengan obat. Manfaat kesehatan dari VCO dikaitkan dengan kandungan asam laurat yang diduga bersifat antibakteri, antifungi, dan antivirus, di samping berkhasiat mengendalikan kolesterol jahat dan bermanfaat bagi kesehatan jantung. VCO merupakan minyak yang dihasilkan melalui proses tertentu sedemikian rupa sehingga seasli mungkin seperti keadaan alaminya dalam daging kelapa (virgin). Ini juga dimaksudkan untuk membedakannya dengan proses pengolahan minyak kelapa yang melalui tahapan pemurnian (refining) sehingga melibatkan bahan kimia. Dengan demikian, VCO bebas bahan kimia. Berdasarkan pengertian tersebut, produk kelapa yang mengandung asam laurat cukup tinggi dan alami tanpa proses kimiawi juga akan memiliki manfaat kesehatan. Produk-produk tersebut adalah susu santan dan krim kelapa.  Air kelapa juga dipromosikan sebagai minuman sehat di India. VCO memiliki konteks produk yang dapat mening katkan kesehatan (daya imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit degeneratif) dan bahan baku kosmetik alami yang bernilai tinggi. Kelapa parut kering merupakan produk campuran makanan yang higienis dan praktis. Susu santan adalah minuman kesehatan yang dapat mensubstitusi susu, dan krim kelapa merupakan bahan yang praktis dan higienis untuk keperluan memasak pengganti santan parut manual (Allorerung dkk, 2008).
Minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dapat digunakan untuk mengobati penyakit pada kulit misalnya herpes dan cacar. Pada dasarnya, dalam mengobati penyakit masyarakat lebih menyukai pemakaian obat secara praktis misalnya pemakaian topikal, untuk itu peneliti membuat minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dalam bentuk sediaan krim tipe minyak dalam air(Sutarmi, 2005).
Dari sudut pandang terapi bentuk  krim tipe minyak dalam air cocok untuk luka topikal karena mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cairan yang keluar dari dalam kulit yang terbuka (Ansel, 1989). Keuntungan sediaan krim tipe minyak dalam air mudah dicuci, tidak meninggalkan bekas pada kulit, pakaian, menimbulkan rasa nyaman dan dingin setelah air menguap pada daerah yang digunakan (Lachman, dkk, 1994).
3.      Pembuatan VCO
Ada 3 jenis pembuatan VCO yaitu :
·         Dengan teknik pemanasan sedang
kelemahan: jika pemanasan dalam suhu terlalu tinggi maka santan akan rusak sehingga khasiat VCO akan berkurang
·         Dengan teknik fermentasi
kelemahan: jika terdapat kontaminasi pada bahan fermentor maka jumlah VCO yang dihasilkan tidak optimal
·         Dengan teknik sentrifugasi
kelemahan: butuh investasi lebih besar
Tips memilih VCO yang baik :
·         Pilih VCO yang jernih, tidak berwarna apalagi keruh. VCO yang jernih menandakan kemurniannya.
·         Jangan konsumsi VCO yang sudah tengik. Ini meunjukkan bahwa asam lemaknya telah teroksidasi sehingga mutu dan manfaatnya rusak, sehingga terbentuk radikal bebas(Anonim, 2006).
4.      Ragi Tempe
     Jamur Rhizopus terdiri dari hifa yang berukuran 6-15 µm Sporangiosphore, Rhizoid dan Sporangia. Sporangiosphore berwarna coklat, tidak bercabang dan biasanya berkelompok. Rhizoid berada pada titik dimana Stolon dan Sporangiosphore bertemu. Sporangia yang berdiameter 40-350 µm berada diatas Sporangiosphore dan berbentuk seperti flat. Sporaiosphore vang berdiameter 4-11 µm bersifat unuselluler. Haylinenya berwarna coklat dan tekstur lembut.
Rhyzopus Oryzae tumbuh dengan baik pada temperatur optimum 37◦C. Biasanya Rhizopus dapat ditemukan ditanah, buah dan sayuran yang sudah busuk, kotoran binatang dan roti yang basi( Cahyono dkk,2005).
Pembuatan VCO dengam pemilihan fermentasi ragi tempe dilakukan dengan adanya penelitian yang menunjukkan perlakuan fermentasi dengan ragi tempe memiliki kualifikasi yang mendekati standar VCO yang telah ditetapkan APCC (Asian and Pasific Coconut community), MEOMA (Malaysian Edible Oil Manufacturers Association), dan Malaysian standard (MS 239) berdasarkan parameter kadar air, angka penyabunan serta peroksida (Andriyani dkk, 2007).
5.      Teori Fermentasi
 Fermentasi berasal dari kata Latin “ferve” yang berarti mendidih, yang menunjukkan bahwa adanya aktivitas dari yeast pada ekstrak buah-buahan atau larutan malt biji-bijian. Kelihatan seperti mendidih ini disebabkan karena terbentuknya gelembung-gelembung gas CO2 yang diakibatkan proses katabolisme atau biodegradasi secara anaerobic dari gula yang ada dalam ekstraks(Ketaren, 1986). 
Fermentasi ditinjau secara biokimia mempunyai perbedaan arti dengan mikrobiologi industri. Secara biokimia fermentasi diartikan sebagai terbentuknya energi oleh proses katabolisme bahan organic, sedangkan dalam mikkrobiologi industri fermentasi diartikan lebih luas yaitu suatu proses untuk mengubah bahan  baku menjadi suatu produk oleh massa sel mikroba. Dalam hal ini fermentasi berarti pula pembentukan komponen sel secara aerob yang dikenal dengan proses anabolisme atau biosintesis(Ketaren, 1986).
6.      Tipe-tipe Fermentasi
Secara komersial fermentasi dibagi 4:
a.       Fermentasi yang menghasilkan sel mikroba atau biomass. 
Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:
− Yang menghasilkan yeast dipakai dalam industri roti (bakers yeast)
− Yang menghasilkan yeast dipakai untuk makanan manusia atau pakan ternak (single cell protein)
b.      Fermentasi yang menghasilkan enzim mikroba
Secara komersial enzim dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroba. Enzim dari mikroba lebih menguntungkan karena dapat diproduksi besar-besaran dengan menggunakan teknik fermentasi karena lebih mudah dalam meningkatkan produktivitasnya. 
c.       Fermentasi yang menghasilkan metabolit primer maupun sekunder
Metabolit primer (etanol, asam asetat, lysine, glutamate,  sitrat, aseton, dll) diproduksi mikroba pada log atau eksponensial phase yang sering disebut dengan tropophase sedang metabolit sekunder (steroid, antibiotic, dll) diproduksi mikroba pada saat pertumbuhan mikroba memasuki masa stasioner yang sering disebut idiophase.
d.      Fermentasi yang memodifikasi bahan 
Sel mikroba dapat dipakai untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain dengan struktur sejenis yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi yang dikenal dengan proses transformasi. Keuntungan pemanfaatan mikroba dalam proses transformasi yaitu untuk memodifikasi senyawa kimia tertentu menjadi produk yang lebih mempunyai nilai ekonomis tinggi(La Teng, 1999).



   E.     Metode Pelaksanaan
1.      Waktu dan tempat
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal .....-..... Februari 2012 di Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo Kendari.
2.       Alat dan bahan
·         Alat
§  Saringan
§  Termometer
§  Toples bening
§  Gelas beaker
§  Pengaduk
§  Gelas ukur
§  Corong pemisah
§  Ember
§  Selang
§  Kertas saring
·         Bahan
§  Kelapa tua    
§  Ragi tempe
§  Air

3.      Prosedur kerja
Pembuatan mikroba starter
Pembuat starter dibutuhkan santan encer (skim) dicampur dengan air kelapa dengan perbandingan  9 :1 (9 bagian santan encer dan 1 bagian air kelapa). Selanjutnya ditambahkan ragi tempe dengan perbandingan 10:2 artinya 10 bagian santan encer dan air kelapa serta 2 bagian ragi tempe. Kemudian diaduk dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar dan selanjutnya sudah dapat digunakan sebagai starter.
Pembuatan VCO
Tahap pembuatan VCO secara fermentasi sendiri dikelompokkan menjadi tiga yaitu pembuatan santan, pembuatan VCO dan penyaringan.
1.  Pembuatan santan
Adapun tahap-tahap pembuatan santan kelapa secara fermentasi sebagai berikut : 
a)      Mengupas serabut kelapa dengan parang atau mesin pengupas kelapa sampai serabut tersebut terpisah daging buah kelapa yang masih terbungkus oleh tempurung kelapa.
b)      Membelah kelapa kemudian congkel daging buah kelapa yang masih merekat pada tempurung menggunakan pisau penyukil.
c)      Mencuci daging buah kelapa, parut menggunakan mesin pemarut kelapa.
d)     Mencampurkan air kedalam hasil parutan dengan perbandingan 1:1 artinya 1 buah kelapa dicampur dengan 1 liter air.
e)      Meremas santan, tujuannya untuk mengeluarkan seluruh kandungan gizi, terutama minyak yang terdapat pada parutan buah kelapa.
f)       Menyaring santan menggunakan alat saring tujuannya untuk memisahkan santan dengan ampas.
2.  Pembuatan VCO
Adapun pembuatan VCO secara fermentasi sebagai berikut :
a)      Mendiamkan santan pada stoples transparan selama 1 jam hingga terbentuk krim santan pada bagian atas dan skim santan krim pada bagian bawah.
b)      Memisahkan krim dan skim santan dengan menggunakn selang.
c)      Krim santan difermentasi dengan menambah mikroba starter. Fermentasi selesai ditandai dengan terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan minyak paling atas, lapisan tengah berupa koagulan protein dan lapisan paling bawah berupa air.
3.  Pemisahan 
Pemisahan dilakukan untuk memisahkan minyak dari koagulan protein dan air. pemisahan dilakukan dengan menggunakan alat  centrifuge  dengan kecepatan putaran 5000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan kertas saring, tujuannya untuk memisahkan partikel terikut sehingga  minyak VCO yang dihasilkan jernih.



   F.      Rancangan Biaya
Pembuatan VCO
a.       Bahan
Kelapa 50 buah                            @ Rp 3.000,-                          Rp 150.000,-
Ragi Tempe 3 bungkus                @ Rp 15.000,-               Rp45.000,-                            
b.      Alat
Ember Besar 1 buah                     @ Rp 75.000,-                         Rp 75.000,-
Toples       3 buah                        @ Rp 20.000,-                        Rp 60.000,-
Selang      3 meter                        @ Rp 5.000,-                          Rp 15.000,-
Kertas Saring  2 lembar                @ Rp 15.000,-                         Rp 30.000,-
Corong     1 buah                         @ Rp 10.000,-                        Rp 10.000,-
TOTAL                                                                                       Rp 385.000,-  



DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D.,Z. Mahmud & B. Prastowo.,2008, “Peluang Kelapa untuk Pengembangan Produk Kesehatan”, Pengembangan Inovasi Pertanian 1 (4) : 298-315.

Ansel,Howard.,1989,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,Penerbit Universitas Indonesia ,Jakarta.

Anonim, 2005,Pembuatan VCO secara fermentasi, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/pembuatan VCO secara fermentasi, diakses tanggal 24 Dessember pukul  01.20 WITA.

Baswardojo D., 2005, Seluk Beluk Pembuatan Minyak Kelapa & VCO , Articles.

Cahyono & L. Untari, 2005, Proses Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dengn Fermetasi Starter Ragi Tempe, Universitas Diponegoro.

Ketaren, S, 2008, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia Press,Jakarta.

La Teng, P.N., 1999, “Pengggunaan Air Kelapa Sebagai Sumber Mikroba Starter  pada Pembuatan MinyaKelapa Secara Fermentasi”, Majalah Kimia, Vol.27 No.2, Balai Industri Ujung Pandang, Makasar

Setiaji, B, 2005,  Membuat VCO (Virgin Coconut Oil) Berkualitas Tinggi, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sibuea P.  2004. Virgin  Coconut Oil dalam Kompas, 22 Desember 2004.  him. 32 kolom  1-5.

Sutarmi, R., 2006,  Taklukkan Penyakit dengan VCO (Virgin Coconut Oil),Penebar Suwadaya, Jakarta. 

Thampan, P.K., 1981, Handbook on Coconut Palm. Oxford and IBH Publishing Co., New Delhi, India.

Winarno, F.G., 2004, Enzim Pangan, PT. Gramedia Anggota IKAPI ,Jakarta .



RINCIAN DANA
KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN
PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)


o    ALAT
Baskom 2 buah                       @Rp 12.000,-                         Rp 24.000,-
Saringan 2 buah                      @Rp 4.000,-                           Rp 8.000,-
Corong 1 buah                         @Rp 2.000,-                           Rp 2.000,-
Selang  2 mtr                           @Rp 3.000,-                           Rp 6.000,-

o    BAHAN
Kelapa parut 10 biji                 @Rp 4.000,-                           Rp 40.000,-
Ragi Tempe 1 bungkus           @Rp 15.000,-                         Rp 15.000,-
Air Galon                                @Rp 5.000,-                           Rp 5.000,-
Kertas Saring                          @Rp 10.000,-                         Rp 10.000,-

o    DLL
    Parkir                                                                                       Rp 2.000,-

TOTAL                                                                                  Rp. 112.000,-



RINCIAN DANA
KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN
PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

A.    ALAT
Plastik es                                 @Rp 3.000,-                           Rp 3.000,-
Karet 1 bgks                            @Rp 4.000,-                           Rp 4.000,-
Kertas sticker 6 lmbr               @Rp 1.500,-                           Rp 9.000,-
B.     BAHAN
Kelapa parut 10 biji                 @Rp 4.000,-                           Rp 40.000,-
Air Galon                                @Rp 5.000,-                           Rp 5.000,-
Sabun cuci                                                                               Rp 2.000,-

TOTAL                                                                                  Rp. 57.000,-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar