Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Kamis, 12 Juni 2014

Mid Kimia Analisis

HENDRA SENDANA
F1F1 10 014
KELAS FARMASI A

1.      Penetapan kadar vitamin B1 (Tiamin HCl) dan vitamin B6 (Piridoksin HCl) dalam suatu campuran obat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Lebih kurang 67,4 mg baku pembanding vitamin B1 yang ditimbang seksama dilarutkan dalam air hingga 200,0 ml. Lalu 2,0 ml larutan ini diencerkan dengan air hingga 23,0 ml, kemudian diukur serapannya dengan lem-kuvet pada panjang gelombang 232 dan 291 nm, ternyata memberikan serapan berturut-turut sebesar 0,984 dan 0,216. Dilarutkan pada pembanding vitamin B6 seberat lebih kurang 82,2 mg dalam air hingga 200,0 ml, lalu 1,0 ml larutan diencerkan dengan air hingga 25,0 ml. Kemudian larutan diukur serapannya dengan lem-kuvet pada panjang gelombang 232 dan 291 nm, ternyata memberikan serapan berturut-turut sebesar 0,258 dan 0,946. Sedangkan campuran serbuk vitamin B1, vitamin B6 dan laktosa seberat 60,6 mg. Dilarutkan dalam air 250,0 ml, kemudian larutan ini diukur serapannya dengan lem-kuvet pada panjang gelombang 232 dan 291, ternyata memberikan serapan dengan lem-kuvet pada panjang gelomang 232 dan 291, ternyata memberikan serapan berturut-turut sebesar 0,910 dan 0,580.
Pertanyaan :
Hitung berapa kadar vitamin B1 B6 dalam campuran obat tersebut ?
Bobot atom : C = 12 H =1 O=16 S=32 Cl=35,5 Na = 23
2.      Metode analisis secara Thin Layer Chromatography (TLC) :
a.       Pada TLC secara umum, ada istilah “murni TLC”. Apa yang dimaksud dengan hal tersebut ? Jelaskan !
b.      Bagaimana mekanisme kerja cara deteksi dengan sinar UV pada spot hasil pemisahan senyawa berkromofor secara TLC menggunakan fase diam silica gel 60 F254 ?
c.       Mengapa pada pemisahan secara TLC sering digunakan cairan pengembang lebih dari satu macam. Jelaskan !
3.      Dalam beberapa kompedia berikut : United State Pharmacopeia (USP), Europen Pharmacopeia (UP), dan British Pharmacopeia (BP), masih banyak dijumpai metode penetapan kadar secara konvesional (titrimetri).
a.     Pada kondisi seperti apa (kapan) metode titrimetri dicantumkan/ditemukan di kompedia tersebut? Jelaskan !
b.    Apakah kelebihan dan kekurangan metode konvesional tersebut dibandingkan metode instrumentasi secara umum ? Jelaskan !
c.     Bila metode penetapan kadar obat dalam tablet dilakukan secara titrimetri, perlukah metode tersebut divalidasi ? Bila Perlu, parameter apakah yang harus dikerjakan ? Jelaskan !

Jawaban

1)      Dik :   Vitamin B1  67,4 mg dilarutkan dalam  200 ml air
Vitamin B6 82,2 mg dilarutkan dalam 200 ml air
Jawab :
Penentuan konsentrasi larutan baku Vitamin B1 dan pengukuran absorbansinya:
67,4 mg sampel dilarutkan dalam 200 ml air,
Konsentrasi C1=  = 0,337 mg/ml
Larutan tersebut dipipet 2 ml kemudian diencerkan dengan akuades hingga volumenya 25 ml.
V1C1 =V2C2
2 ml x 0,337 mg/ml = 25 ml x C2
C2 =  = 0,0269 mg/ml
Ø Konsentrasi larutan baku = 0,0269 mg/ml
Dari pengukuran absorbansi larutan baku Vitamin B1 diperoleh hasil:
AB1, 232 = Absorbansi larutan B1 pada λ = 232nm = 0,984
AB1, 291 = Absorbansi larutan B1 pada λ = 232nm = 0,216
Penentuan konsentrasi larutan baku Vitamin B6 dan pengukuran absorbansinya:
82,2 mg sampel dilarutkan dalam 200 ml air,
Konsentrasi C1=  = 0,411 mg/ml
Larutan tersebut dipipet 1 ml kemudian diencerkan dengan akuades hingga volumenya 25 ml.
V1C1 =V2C2
1 ml x 0,411 mg/ml = 25 ml x C2
C2 =  = 0,0164 mg/ml
Dari pengukuran absorbansi larutan baku Vitamin B6 diperoleh hasil:
AB6, 232 = Absorbansi larutan B6 pada λ = 232nm = 0,258
AB6, 291 = Absorbansi larutan B6 pada λ = 232nm = 0,946
Penentuan konstanta absorsifitas Vitamin B1 dan B6 pada panjang gelombang 232 nm dan 291 nm:
b = tebal kuvet = 1cm
C = konsentrasi
aB1, 232 = absortifitas vitamin B1 pada 232 nm
aB1, 291 = absortifitas vitamin B1 pada 291 nm
aB6, 232 = absortifitas vitamin B6 pada 232 nm
aB6, 291 = absortifitas vitamin B6 pada 291 nm

Penentuan absortifitas Vitamin B1 pada 232 dan 291nm:
AB1, 232 = aB1, 232 b C
0,984 = aB1, 232 x 1cm x 0,0269 mg/ml = 0,0269 mg cm ml-1
aB1, 232 =  = 36,58 ml cm-1 mg-1
AB1, 291 = aB1, 291 b C
0,216 = aB1, 291 x 1cm x 0,0269 mg/ml = 0,0269 mg cm ml-1
aB1, 291 =  = 8,03 ml cm-1 mg-1
Penentuan absortifitas Vitamin B6 pada 232 dan 291nm:
AB6, 232 = aB6, 232 b C
0,258 = aB6, 232 x 1cm x 0,0164 mg/ml = 0,0164 mg cm ml-1
aB6, 232 =  = 15,73 ml cm-1 mg-1
AB6, 291 = aB6, 291 b C
0,946 = aB6, 291 x 1cm x 0,0164 mg/ml = 0,0164 mg cm ml-1
aB6, 291 =  = 57,68 ml cm-1 mg-1
Penentuan konsentrasi larutan sampel:
CB1 = konsentrasi larutan vitamin B1
CB6 =  konsentrasi larutan vitamin B6
A232 = absorbansi larutan sampel pada 232 nm = 0,910
291 = absorbansi larutan sampel pada 291 nm = 0,580
A232 = AB1, 232 + AB6, 232
A232 = aB1, 232 b CB1 + aB6, 232 b CB6
0,910 = (36,58 ml cm-1 mg-1 x 1cm x CB1) + (15,73 ml cm-1 mg-1 x 1cm CB6)
0,910 = 36,58 ml mg-1 CB1+ 15,73 ml mg-1 CB6  ..........(1)
A291 = AB1, 291 + AB6, 291
A291 = aB1, 291 b CB1 + aB6, 291 b CB6
0,580 = (8,03 ml cm-1 mg-1 x 1cm x CB1) + (57,68 ml cm-1 mg-1 x 1cm CB6)
0,580 = 8,03 ml mg-1 CB1 + 57,68 ml mg-1 CB6  ............(2)
CB6 =  ................(3)
Subtitusi persamaan (3) ke persamaan (1)
0,910 =36,58 CB1+ 15,73 ()=36,58CB1+0,272 (B1)
0,910 = 36,58CB1 + 0,158 – 2,18CB1 = 34,4 CB1 + 0,158
CB1 =  = 0,752/34,4 = 0,022 mg/ml
Subtitusi nilai CB1 = 0,022 mg/ml ke dalam persamaan 1 untuk memperoleh nilai CB6
0,910 = 36,58 ml mg-1 CB1+ 15,73 ml mg-1 CB6 .....(1)
0,910 = 36,58 ml mg-1 (0,022 mg/ml) + 15,73 ml mg-1 CB6
0,910 = 0,804 + 15,73 CB6
CB6 =  =  = 0,0067 mg/ml
Penentuan kadar Vitamin B1 dan Vitamin B6 dalam sampel:
V sampel = 250 ml
Berat sampel = 60,6 mg
CB1 = 0,022 mg/ml
CB6 = 0,0067 mg/ml
Berat vitamin B1 dalam sampel = CB1 x V sampel = 0,022 mg/ml x 250 ml
Berat vitamin B1 dalam sampel = 5,5 mg
Berat vitamin B6 dalam sampel = CB6 x V sampel = 0,0067 mg/ml x 250 ml
Berat vitamin B6 dalam sampel = 1,675 mg
Kadar Vitamin B1 dalam sampel = 5,5 mg/60,6 mg x 100% = 9%
Kadar Vitamin B6 dalam sampel = 1,675 mg/60,6 mg x 100% = 2,7%


2)      Metode analisis secara Thin Layer Chromatography (TLC) :
a.      Kromatografi merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. Pada TLC terdapat istilah murni TLC. Murni TLC adalah yaitu metode analisis yang hanya menggunakan satu metode saja yaitu TLC tanpa adanya kombinasi dari metode lain.

b.      Mekanisme kerja cara deteksi dengan sinar UV pada spot hasil pemisahan senyawa berkromofor secara TLC menggunakan fase diam silica gel 60 F254 yaitu adalah dengan mengeruk/mencuplik noda pada plat dalam hal ini silica gel 60 F254  setelah itu barulah dilarutkan pada pelarut yang sesuai. Mekanisme panampakan noda pada UV yaitu suatu molekul yang mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai suatu keadaan tereksitasi dan kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau cahaya tampak pada waktu kembali ke  tingkat dasar (emisi), emisi inilah yang digambarkan sebagai fluoresensi. Noda yang di ukur adalah noda yang tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar UV (ultraviolet) dapat di tampakkan dengan cara papan pengembang uap iod akan bereaksi dengan komponen sampel baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu. Sinar UV dapat memperlihatkan lokasi spot-spot yang telah berpendar.

c.       Pada pemisahan secara TLC sering digunakan cairan pengembang lebih dari satu macam karena yaitu untuk  mendapatkan eluen yang baik dan cocok, dimana pada hasil nodanya didapatkan noda yang jelas. Noda yang jelas yaitu noda yang tidak memiliki pola seperti ekor.

3)        a. Di dalam beberapa kompedia berikut seperti United State Pharmacopeia (USP), Europen Pharmacopeia (UP), dan British Pharmacopeia (BP), masih banyak dijumpai metode penetapan kadar secara konvesional (titrimetri). Metode titrimetri dicantumkan pada kondisi seperti asam lemah/basa kuat, atau harus memenuhi beberapa kriteria yaitu reaksinya harus berlangsung sangat cepat. Kebanyakan senyawa yang mengalami reaksi ion memenuhi syarat ini. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi. Bahan yang diselidiki berekasi sempurna dengan senyawa baku dengan perbandingan kesetaraan stoikiometris. Bahan yang akan diperiksa juga harus bisa menunjukkan perubahan pada saat titik ekivalen, baik secara kimia atau fisika. Namun jika syarat ke-3 tidak terpenuhi, maka    

b.      Kelebihan dan kekurangan metode konvesional tersebut dibandingkan metode instrumentasi.
Kelebihan   
v  Mampu mencapai derajat presisi dan akurasi yang lebih tinggi dari pada metode-metode analisis yang menggunakan.
v  mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi
v  Pengerjaannya murah dan tidak memerlukan peralatan khusus.
v  Merupakan metode absolute
v  Analisis dapat diotomatisasi.

Kekurangan
v  Membutuhkan sampel dan pereaksi dalam jumlah banyak.
v  Non-selektif
v  Reaksi-reaksi larutan baku dengan analit harus cepat dan menyeluruh.
v  Memakan waktu jika tidak terotomatisasi dan membutuhkan tingkat keterampilan operator.
v  Kurang spesifik

c.       Parameter yang harus dikerjakan adalah :
1.      Linearitas dan rentang metode
Linieritas dari prosedur analitis adalah kemampuannya (Dalam kisaran yang ditentukan) untuk mendapatkan hasil tes yang berbanding lurus dengan konsentrasi dalam sampel.
Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.
2.      Presisi
Ketepatan prosedur analitis mengekspresikan Kedekatan perjanjian (Derajat scatter) antara serangkaian pengukuran yang diperoleh dari beberapa sampel dari sampel homogen yang sama di bawah diresepkan kondisi.
3.      Sistem Kesesuaian:
Kesesuaian sistem didefinisikan sebagai, pengecekan dari analisis sistem, sebelum atau selama tidak diketahui, untuk memastikan kinerja sistem.
4.      Spesifisitas
Merupakan sebuah studi untuk menetapkan interaksi bahan tambahan tablet (Plasebo) dilakukan dan pemeriksaan dilakukan pada placebo dalam tiga  kali setara dengan sekitar ukuran plasebo dalam porsi metode pengujian sesuai.metode.
5.      Akurasi
Keakuratan prosedur analitis mengekspresikan kedekatan antara nilai yang diterima baik sebagai nilai sebenarnya konvensional atau diterima referensi atau nilai yang ditemukan.
6.      Robustness:
Kekokohan prosedur analitis adalah ukuran kapasitas untuk tetap terpengaruh oleh kecil, namun disengaja variasi dalam parameter metode dan menyediakan indikasi keandalannya selama pemakaian normal dan dilakukan dengan mengubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar