BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kanker
paru merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit keganasan, terbanyak
pada kelompok laki-laki dan cenderung meningkat insidensnya pada perempuan,
lebih dari satu juta orang meninggal akibat kanker paru pertahunnya
Dalam
kelompok kanker, Kanker ini adalah penyebab kematian utama setiap tahun
terdapat lebih dari 1.3 juta kasus kanker paru baru di dunia yang menyebabkan
sekitar 1.1 juta kematian tiap tahunnya dan prognosis kanker paru dengan masa
tahan hidup 5 tahun kurang dari 10%. Data Rumah Sakit Persahabatan tahun 2004
melaporkan bahwa total kasus keganasan rongga toraks tercatat 448 kasus dengan
262 kasus didiagnosis kanker paru, 76% laki-laki, 24% perempuan dan didapatkan
93.4% kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang terdiri dari
80% adenokarsinoma, 14.7% karsinoma sel skuamosa, 3.3% karsinoma sel besar dan
2% jenis lainnya dan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) sangat
jarang ditemukan di Indonesia.
Penatalaksanaan
kanker paru stage awal adalah pembedahan namun angka rekurensi tetap tinggi.
Angka tahan hidup 5 tahun KPKBSK stage I sekitar 75% dan stage II B sekitar
40%, hal ini menunjukkan beberapa kanker yang terdiagnosis pada stage awal
sudah terjadi penyebaran mikrostatik. Patogenesis kanker saat ini menunjukkan
keterlibatan aktiviti onkogen dan inaktiviti gen supresor tumor dalam
karsinogenesis. B-cell lymphoma-2 merupakan protein onkogenik yang berperan
dalam apoptosis, pentingnya deregulasi apoptosis dalam karsinogenesis dapat
diteliti dengan melihat ekspresi protein Bcl-2. Hubungan ekspresi protein Bcl-2
dengan prognosis pasien KPKBSK masih kontroversi. Berbagai teknik pemeriksaan
biologi molekular saat ini dapat dihubungkan dengan faktor prognosis perjalanan penyakit kanker paru
antara lain dengan menganalisis protein atau gen yang terlibat dalam
perkembangan kanker dan pemeriksaan imunohistokimia telah digunakan untuk
menilai ekspresi Bcl-2 pada jaringan kanker dan menunjukkan keterlibatan
protein ini dalam perkembangan dan progresiviti kanker.
Insidens
kanker paru meningkat disebabkan tingginya angka merokok pada masyarakat yang
menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Perokok pasif merupakan salah satu
faktor risiko untuk terjadinya kanker paru. Buruknya prognosis kanker paru
disebabkan keterlambatan diagnosis, pada saat datang ke dokter sudah berada
pada stage lanjut dan proses metastasis
dapat terjadi sebelum
diagnosis kanker
primer ditegakkan. Sehingga dibutuhkan pengetahuan lebih terhadap penyakit
kanker paru ini agar faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud
dengan kanker paru dan bagaimana faktor-faktor penyebab kanker paru?
2.
Apa saja kasus yang
sudah terjadi akibat kanker paru!
3.
Cara-cara apa saja
yang dapat dilakukan untuk mengobati kanker paru?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
definisi kanker paru dan faktor-faktor penyebab kanker paru
2.
Untuk mengetahui kasus
yang sudah terjadi akibat kanker paru
3.
Untuk mengetahui
cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengobati kanker paru
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEORI
1.
Definisi
Kanker Paru
Kanker
paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel
bronkus. Terjadinya kanker ditandai
dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa
pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan
perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia.
Kanker paru merupakan penyakit modern dan universal, kasusnya terus
meningkat dari tahun ke tahun, ha1 ini diduga akibat peningkatan rata-rata umur
manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih baik.141 insidens kanker paru
berhubungan erat dengan pria yang perokok, polusi udara, cacat paru, dan pria
berumur iebih 40 tahun, walaupun ada drtemukan di bawah 40 tahun, dari
data-data yang ada umur terbanyak antara 55-60 tahun. Gejala dan tanda dari kanker
paru tergantung dari lokasi tumor, ukuran tumor primer dan metastasis ke organ
yang dikenai. Gejala yang paling sering ditemui ialah batuk, batuk darah, sesak
napas, nyeri dada, batuk berdahak, nyeri tulang, hepatomegali, dan lain-lain.
Prognosis kanker paru tergantung pada saat stadium ditemukan, semakin dini
stadium ditemukan semakin baik prognosisnya. Selain itu juga tergantung kepada
rencana tindakan selanjutnya. Tindakan bedah merupakan pilihan utama pada
stadium dini kanker paru (Taufik & Hudoyo, 2007).
2.
Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Paru
Seperti
umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui,
tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain
(Amin, 2006). Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab
terjadinya kanker paru :
a. Merokok
Menurut
Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85%
dari seluruh kasus (Stark, 1990). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia,
diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru
pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang
diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin
banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap
asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada
orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali (Stark, 1990). Diduga ada 3.000
kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok
pasif (Stoppler,2010).
c. Polusi udara
Kematian
akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya
dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada
masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang
pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan
dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup
lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar
lebih tercemar oleh polusi. Suatu
karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap
rokok) adalah 3,4 benzpiren (Stark, 1990) .
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa
zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium,
nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin,
2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik
akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga
merokok.
e. Diet
Beberapa
penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium,
dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik
Terdapat
bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa
mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam
timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan
myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan
CDKN2) (Stark, 1990).
g. Penyakit paru
Penyakit
paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
merokok dihilangkan (Rab, 1996).
3.
Klasifikasi
Kanker Paru
Kanker
paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil
(small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk
menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah
epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang
paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan
epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya
terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter
tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada
laki-laki daripada perempuan (Stark, 1990).
Adenokarsinoma,
memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan
fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala-gejala.
Karsinoma
bronkoalveolus, dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi
terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Karsinoma
sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk
bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular.
Gambaran
mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel
tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact”
pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas
pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor
dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Tambunan, 1995).
Karsinoma
sel besar adalah sel-sel ganas yang besar
dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Stark,
1990).
Bentuk
lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus.
Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma
bronkogenik dan mengancam jiwa.
4.
Stadium
Klinis
Pembagian
stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International Union
Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai
berikut :
Tabel Stadium Klinis Kanker Paru.
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
T0 : Tidak terbukti adanya tumor
primer.
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan
bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis
yang normal.
T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang
sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke
hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang
langsung meluas ke dinding dada, diafragma,
pleura
mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi
tidak melibatkan karina, tanpa
mengenai jantung, pembuluh darah besar,
trakea, esofagus, atau korpus vertebra.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum,
jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga
pleura/perikardium yang disertai efusi
pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada
tumor primer.
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening
Regional (N)
N0 : Tidak dapat terlihat
metastasis pada kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis pada peribronkial
dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.
N2 : Metastasis pada mediastinal
ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina.
N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening
hilus kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak diketahui adanya
metastasis jauh.
M1 : Metastasis jauh terdapat pada
tempat tertentu misalnya otak (Alsagaff, 2010).
5.
Gejala
Klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan
gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala
dapat bersifat :
Lokal (tumor tumbuh
setempat) :
o Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
o Hemopt isis
o Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
o Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
o Ateletaksis
Invasi lokal :
o Nyeri dada
o Dispnea karena efusi pleura
o Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia
o Sindrom vena cava superior
o Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
o Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal
recurrent
o Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan
saraf
o simpatis servikalis
Gejala Penyakit
Metastasis :
o Pada otak, tulang, hati, adrenal
o Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
Sindrom Paraneoplastik
: terdapat 10% kanker paru dengan gejala :
o Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
o Hematologi : leuko sitosis, anemia, hiperkoagulasi
o Hipertrofi osteoartropati
o Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
o Neuromiopati
o Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid
(hiperkalsemia)
o Dermatologik : eritema mult iform, hiperkeratosis, jari
tabuh
o Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
Asimtomatik dengan
kelainan radiologis
o Sering terdapat pada perokok dengan COPD
yang terdeteksi secara
o radiologis.
o Kelainan berupa nodul soliter (Amin, 2006)
B.
KASUS
·
Kasus
kematian Menkes Endang akibat kanker paru
Menkes
Endang Dikenal Tak Merokok
Penulis :
Fabian Januarius Kuwado | Rabu, 2 Mei 2012 | 19:01 WIB
TRIBUN NEWS/DANY PERMANA
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, menggelar
konferensi pers tentang kesehatannya, di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta
Pusat, Senin (17/1/2011). Endang mengakui bahwa dia mengidap kanker paru-paru,
namun hal tersebut disebut Endang tidak akan mempengaruhi kinerjanya.
JAKARTA, KOMPAS.com —
Kanker paru-paru stadium empat yang menjadi penyebab mantan Menteri Kesehatan
Endang Rahayu Sedyaningsih meninggal dunia sempat menjadi keheranan tersendiri
bagi beberapa pihak. Pasalnya, almarhum Endang selama ini diketahui tidak
memiliki kebiasaan merokok.
"Tidak. Sebabnya kanker itu
memang perokok, pasif dan aktif, kita juga tidak tahu penyebabnya apa,
lingkungan keluarga tidak," ujar Sekjen Kementerian Kesehatan Ratna Rosita
kepada Kompas.com di sela-sela pelayatannya di rumah duka, Jalan
Pendidikan Raya III Blok J-55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu
(2/5/2012).
Sebagai rekan seangkatan kuliah
di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ratna menerangkan, Endang tidak
memiliki riwayat penyakit di pernapasannya sejak dahulu. Sementara sejak
menjadi pemimpin Kementerian Kesehatan, Endang pun secara rutin melakukan general
check up. "Beliau enggak pernah TBC, dari general check up,
menteri pejabat eselon satu atau dua tiap tahun general check up,"
lanjutnya.
Wanita yang juga istri Hendardji
Soepandji tersebut mengungkapkan, seluruh jajarannya di Kementerian Kesehatan
mengetahui penyakit yang diderita Endang pada Oktober 2010. Saat itu, dirinya
langsung menawarkan alternatif pengobatan bagi almarhumah.
"Saya kan sekjen, saya
diberi tahu. Oke, ayo kita berobat, ibu pilih mana, pengobatannya,"
lanjutnya.
Kini, ia mengaku telah
mengikhlaskan kepergian almarhumah. Jenazah Endang hingga pukul 17.35 WIB masih
disemayamkan di rumah duka. Berdasarkan pantauan Kompas.com, beberapa
tokoh turut hadir ke rumah tersebut, antara lain Hendardji Soepandji beserta
istri, Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, Menteri Urusan Koperasi dan UKM
Syarifuddin Hasan, serta Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Puluhan karangan
bunga pun tampak memenuhi pekarangan serta jalan di depan rumahnya.
·
Rokok
penyebab utama kanker paru
KOMPAS.com — Pertumbuhannya
memang lambat, tetapi kanker paru menyerang tidak peduli apakah Anda lelaki
atau perempuan, pejabat atau rakyat kecil. Kalau tidak berhenti merokok, Anda
bakal menderita karenanya.
Menurut spesialis paru dari
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Dr Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P, pada tahap
awal, kanker paru agak sulit dideteksi karena tanpa gejala yang berarti. Kanker
paru baru bisa ketahuan apabila keadaan sudah begitu berat. "Kebanyakan
penderita baru datang ke dokter setelah mengalami batuk darah,” ujar Elisna.
Selain itu, gejala-gejala kanker
paru bisa bervariasi, tergantung di mana dan seberapa jauh tumor ganas ini
menyebar di organ paru. Beberapa gejala umum yang biasa ditemui pada penderita
kanker paru selain batuk darah antara lain sesak napas, radang paru atau bronchitis
berulang, kelelahan, hilangnya selera makan atau turunnya berat badan, suara
serak, dan pembengkakan di wajah atau leher.
Berikut
adalah beberapa gejala yang harus dicermati dari kanker yang mematikan ini:
§ Tanpa gejala.
Sekitar 25 persen penderita kanker paru akan mengetahuinya saat mereka
melakukan rontgen secara rutin atau CT scan dan ditemukan lesi
(kerusakan jaringan) yang disebut lesi koin. Pada pasien ini biasanya tidak ditemui
gejala yang cukup berarti.
§ Gejala yang terkait dengan kanker.
Pertumbuhan kanker dan invasinya pada jaringan paru serta jaringan sekitarnya
bisa jadi memengaruhi pernapasan dan menimbulkan gejala awal, antara lain
batuk, napas pendek, mengi, nyeri dada, dan batuk darah (hemoptysis).
Dan jika kanker sudah menyerang saraf, misalnya, bisa menyebabkan rasa nyeri di bahu yang kemudian menyebar ke bawah ke bagian luar lengan (disebut sindroma Pancoast) atau kelumpuhan pada vokal suara yang menimbulkan suara parau. Serangan pada esophagus juga menyebabkan timbulnya dysphagia. Jika aliran udara terhambat, paru-paru kemudian akan mudah mengalami infeksi (pneumonia).
Dan jika kanker sudah menyerang saraf, misalnya, bisa menyebabkan rasa nyeri di bahu yang kemudian menyebar ke bawah ke bagian luar lengan (disebut sindroma Pancoast) atau kelumpuhan pada vokal suara yang menimbulkan suara parau. Serangan pada esophagus juga menyebabkan timbulnya dysphagia. Jika aliran udara terhambat, paru-paru kemudian akan mudah mengalami infeksi (pneumonia).
§ Gejala terkait dengan metastasis. Kanker
paru juga bisa menyebar ke tulang dan memproduksi rasa nyeri yang menyiksa.
Kanker yang sudah menyebar ke otak bahkan bisa menyebabkan sejumlah gejala
neurologis, semisal penglihatan kabur, sakit kepala, gejala stroke
seperti kelelahan, hilangnya sensasi di bagian tubuh tertentu.
§ Gejala "paraneoplastic".
Kanker paru seringkali disertai dengan gejala yang disebut sindroma paraneoplastic,
hasil produksi hormon sel tumor. Sindroma paraneoplastic kebanyakan
terjadi pada kanker paru jenis karsinoma sel kecil, tetapi juga bisa tampak
pada jenis yang lain. Sindroma paraneoplastic yang terkait dengan jenis
kanker paru karsinoma sel kecil ini adalah akibat produksi hormon yang disebut
hormon adrenocorticotrophic (ACTH) oleh sel kanker, sebagai awal dari
berlebihnya pengeluaran atau sekresi yang terjadi pada hormon kortisol di
kelenjar adrenal. Sementara itu, sindroma paraneoplastic yang sering
tampak pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil biasanya berasal dari
substansi yang mirip dengan hormon parathyroid yang menghasilkan
naiknya tingkat kalsium dalam aliran darah.
§ Gejala tidak spesifik.
Tampak pada setiap jenis kanker, termasuk kanker paru, misalnya kehilangan
berat badan, lemah, dan kelelahan. Gejala psikis seperti depresi dan perubahan
mud juga kerap terjadi.
(sumber: http://health.kompas.com/read/2012/05/03/17492888/Waspadai.5.Gejala.Kanker.Paru.Berikut.Ini.)
·
Kanker
paru terus meningkat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Salah satu penyebab peningkatan jumlah
kasus kanker paru-paru di Indonesia adalah sulitnya mendeteksi sel kanker pada
stadium awal.
"Para penderita biasanya mulai mengeluhkan gejala- gejala kanker
paru- paru pada stadium lanjutan, yaitu pada saat mereka mulai sesak napas dan
batuk darah," kata ahli onkologi paru dan pernapasan dokter Elisna
Syaruddin Sp.P(K), Jumat (11/5).
Dia menambahkan sel kanker paru- paru tidak seperti sel kanker lainnya,
seperti sel kanker payudara dan mulut rahim atau serviks yang bisa dideteksi
sejak stadium awal, sehingga risiko terjadi meningkat ke stadium lanjutan bisa
diantisipasi.
"Sangat sulit mendeteksi sel kanker pada stadium awal karena
biasanya masih tumbuh di luar sistem pernapasan atau perifer dan belum
mengganggu saluran pernapasan," kata dia.
Menurut Elisna, faktor terbesar pemicu tumbuhnya sel kanker paru- paru
adalah asap rokok. "Rata- rata penderita kanker paru-paru adalah
perokok karena risikonya delapan kali lebih besar dari penderita yang bukan
perokok," katanya.
Dia mengatakan setiap orang mempunyai risiko terkena kanker paru- paru,
namun semua itu tergantung dari lingkungan dan gaya hidup si penderita.
"Walaupun penderita tidak merokok, jika dia terus- menerus
menghirup asap rokok setiap hari atau sebagai perokok pasif, itu sangat
berpotensi memicu pertumbuhan sel kanker," katanya.
(sumber:
C.
TREATMENT
DISEASE
Pengobatan
kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi).
Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada
jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi
non-medisseperti fasiliti yang dimilikirumah sakit dan ekonomi penderita juga
merupakan faktor yang amat menentukan.
Untuk
merencanakan pengobatan yang terbaik, dokter harus mengetahui jenis kanker
paru-paru dan tingkatan (tahapan) penyakit ini. Tingkatan penting untuk
mengetahui apakah kanker telah menyebar, dan jika kanker sudah menyebar, ke
bagian tubuh yang mana penyebarannya. Kanker paru-paru paling sering menyebar
ke kelenjar getah bening, otak, tulang, hati dan kelenjar adrenal.
Tahapan pada Kanker Paru-Paru Bukan Sel Kecil
Tahap tersembunyi : Sel kanker
paru-paru ditemukan di dahak (sputum) atau di dalam sampel air yang dikumpulkan
saat bronkoskopi, tapi tumor tidak terlihat di paru-paru.
Stadium 0 : Sel-sel kanker
ditemukan hanya pada lapisan terdalam paru-paru. Tumor belum tumbuh menembus
lapisan ini. Tumor Stadium 0 juga disebut carcinoma in situ. Tumor ini bukan
kanker invasif.
Stadium I : Tumor paru-paru ini bukan kanker invasif. Tumor ini
telah tumbuh menembus lapisan terdalam paru-paru dan masuk ke jaringan
paru-paru yang lebih dalam. Sel-sel kanker tidak ditemukan pada kelenjar getah
bening di sekitarnya.
Stadium II : Tumor paru-paru
bisa dalam berbagai ukuran, tapi tumor ini belum menyerang organ-organ tubuh di
sekitarnya. Sel-sel kanker ditemukan pada kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium III : Tumor paru-paru ini telah menyebar ke organ tubuh di
sekitarnya, atau ke dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah
bening di sisi yang sama ataupun di sisi yang berlawanan dari tumor tersebut.
Stadium IV : Pertumbuhan yang ganas bisa ditemukan di lebih dari
satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker
dapat ditemukan di bagian lain tubuh, misalnya di otak, kelenjar adrenal, hati
atau tulang.
Tujuan pengobatan bisa ditujukan untuk penyembuhan,
pengendalian penyakit untuk memperpanjang hidup, atau penanganan gejala dan
pencegahan komplikasi untuk meningkatkan kualitas hidup. Metode pengobatan
berikut ini dapat digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi.
· Pembedahan – Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan
mengangkat jaringan tumor dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
· Terapi Radiasi – Terapi radiasi (juga disebut sebagai radioterapi)
menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Cara ini akan
mempengaruhi sel-sel kanker pada area yang diobati saja.
· Obat-obatan ini memasuki aliran darah dan dapat
mempengaruhi sel-sel kanker di seluruh tubuh. Orang dengan kanker paru-paru
bukan sel kecil yang sudah menyebar akan menjalani terapi dengan target
tertentu ini.
Operasi
Operasi
pembedahan merupakan metode utama yang efektif untuk pengobatan kanker
paru-paru, indikasi operasi dan pemilihan metode operasi, terutama ditentukan
berdasarkan lokasi yang diserang tumor. lingkup dan kondisi umum pasien
terutama kondisi cadangan fungsi jantung dan paru. Prinsip operasi adalah
mengangkat lesi dengan tuntas dan semaksimalnya mempertahankan jaringan
paru-paru yang sehat.
Pengobatan
kanker paru-paru selain melalui operasi pembedahan yang kita ketahui, masih ada
cryosurgery, hyperthermia, laser, chemosurgery, electrocautery dan berbagai
operasi onkologi lainnya. Operasi pembedahan termasuk reseksi radikal dan
reseksi paliatif. Persentase pasien stadium medium dan awal yang dapat
dioperasi kurang dari 40% dari total seluruh pasien, dan operasi paliatif untuk
yang stadium lanjut.
Kemotrapi
Kemoterapi adalah penggunaan zat
kimia untuk perawatan penyakit. Kemoterapi merupakan terapi kanker yang
melibatkan penggunaan zat kimia ataupun obat-obatan yang bertujuan untuk
membunuh/menghabisi sel-sel kanker dengan cara meracuninya. Kemoterapitelah
digunakan sebagai standard protocol pengobatan kanker sejak tahun 1950.
Prinsip kerja dari obat-obatan
kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau seluruh fase pada pembelahan
mitosis pada sel-sel yang bereplikasi atau berkembang dengan cepat, yang
diharapkan adalah sel onkogen yang bereplikasi. Obat kemoterapi hampir tidak
menimbulkan dampak pada sel yang sedang dalanm masa beristirahat (tidak
melakukan pembelahan), namun terkadang sel-sel rambut yang sedang Aktif
membelah klainnya dapat terkena dampak obat ini bila siklus mitosisnya berada
dalam target obat-obatan kemoterapi yang sedang digunakan.
Sampai saat ini terdapat lebih dari
50 obat-obatan kemoterapi yang digunakan obat-obatan ini dimasukkan dalam tubuh
melalui invuse intravena, suntikan langsung (pada otot, dibawah kulit atau pada
rongga tubuh) atupun dalam bentuk tablet. Kemoterapi merupakan terapi paliatif
sehingga hasil yang bisa diarapkan adalah kualitas hidup yang lebih baik dan
memperpanjang harapan hidup pasien untuk beberapa bulan.
Dari dua jenis kanker paru yakni kanker paru
sel kecil dan kanker paru bukan sel kecil kemoterapi efektif untuk jenis yang
kedua. Kanker paru bukan sel kecil menguasai 80%dari seluruh kanker paru dan
70%nya terdeteksi di sdtadium tiga atau empat. Ada banyak agen lewat kemoterapi
seperti ciplatin, carboplatin, etoposide, dan agen yang lebih baru seperti
paclitaxel docitaxel, gemcitabine dan irinocetan.
Guidelina dari american college of
chest physiciant (ACCP) untuk kemoterapi kanker paru bukan sel kecil dikenal
dengan platinum based dowblet chemoterapy, yaitu mengkombinasikan agen platinum
seperti ciplatin, carboplatin dengn salah satu dari docetaxel, gemcitabin ,
pacliraxel atau vinorelbine. Hasil meta analisis dari 33 penelitian menunjukkan
senyawa platinum bisa memperpanjang harapan hidup serta peningkatan kualitas
hidup penderita, meskipun efek sampingnya juga perlu ditangani dengan
cermat.
Yang menarik adalah agen kemoterapi
gemcitabine. Agen kemoterapi ini bisa digunakan pada beberapa jenis kanker.
Pada awal gamcitabine diindikasikan untuk pengobatan kanker pankreas. Tahun
1998, agen ini mendapat tambahan indikasi yang disetujui yaitu kanker paru
jenis sel bukan kecil (non-small cell lung cancer). Indikasi ini didasarkan
pada dua uji klinis besar yang menunjukkan kombinasi gemcitabine dan
ciplatin , ternyata secara signifikan mampu menyusutkan tumor, sedikitnya dua
kali lebih besar dari pembanding.
Ada beberapa uji klinis kemoterapi
lain pertama yang membandingkan kombinasi ciplatin –gemicitabine dengsn
kemoterapi jenis lainnya. Kebanyakan kombinasi ciplatin –vinorelbine atau
platinum-taxane.angka respon terhadap ciplatin –gemicitabine bervariasi mulai
22% hingga 67%, dengan jangkauan rata-rata harapan hidup mulai 8,1 hingga 9,8 bulan.
Radioterapi
Radioterapi
adalah metode pengobatan penyakit dengan menggunakan
sinar peng-ion. Metode pengobatan ini mulai digunakan orang sebagai salah satu
regimen pengobatan tumor ganas, segera setelah ditemukannya sinar X oleh WC.
Rontgen, sifat-sifat radioaktivitas oleh Becquerel dan radium oleh Pierre dan
Marie Curie, yaitu pada akhir abad ke-19. Pada saat tersebut, para medisi amat
berbesar hati melihat suksesnya hasil pengobatan pada berbagai jenis kanker.
Radioterapi merupakan teknik pengobatan kanker dengan
menggunakan sinar radioaktif (sinar X atau pengion) untuk mematikan sel-sel
kanker yang ada di dalam tubuh. Radioterapi ini biasa dikombinasikan dengan
kemoterapi. Inti pengobatan radioterapi adalah mematikan sel-sel kanker di
lokasi tempat kanker berada. Namun jika kanker sudah menyebar ke banyak tempat,
maka terapi awalnya menggunakan kemoterapi. Baru kemudian dilanjutkan dengan
radioterapi di titik-titik tertentu.
Pengobatan radioterapi ini dibagi menjadi dua cara,
yaitu:
·
Sinar luar.
Pada sinar luar bias dilakukan untuk jenis kanker apa saja, memiliki cakupan
yang luas. Tapi selain sel kanker yang mati, sel-sel normal juga bias terkena
efek dari radiasi ini.
·
Sinar dalam.
Pada sinar dalam biasanya tergantung dari jenis dan lokasi kanker tersebut dan
cakupannya lebih sedikit. Karena sumber sinar akan didekatkan pada target,
sehingga hanya terfokus pada sel kanker dan sel-sel normal hanya sedikit yang
terkena.
Target Terapi dengan Antibodi Monoklonal
Satu dekade yang lalu, ahli onkologi berjuang untuk
menentukan pengobatan metastasis non-small cell lung cancer (NSCLC). Di klinik,
antibodi monoklonal dan tirosin kinase inhibitors (TKI) yang diarahkan pada Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Epidemial Growth Factor Receptor (EGFR) signaling
memiliki peranan yang besar dan nyata dalam pengobatan.
Bevacizumab. Bevacizumab, antibodi monoklonal
dengan spesifisitas terhadap VEGF, telah menunjukkan hasil klinis dengan
spektrum yang luas dari kanker, termasuk kanker payudara, glioblastoma, kanker
usus besar, dan kanker ovarium. Demikian juga, beberapa penelitian mendukung
penggunaan bevacizumab pada NSCLC.
Aflibercept.
Aflibercept adalah antibodi monoklonal yang bekerja dengan target VEGFR1 dan
VEGFR2, dengan afinitas tinggi untuk VEGF. Sebuah uji klinis fase I dari
aflibercept menunjukkan dosis yang menimbulkan ulserasi rektal dan proteinuria
pada dosis 7 mg/kg intravenous setiap 2 minggu, karena itu, 4
mg/kg telah didirikan sebagai dosis yang direkomendasikan.
Vandetanib. Vandetanib
adalah TKI ganda penargetan VEGFR2 dan EGFR, meskipun aktivitasnya kemungkinan diciptakan
terutama melalui VEGFR-2 (45, 46). Agen terapi dengan vandetanib telah dinilai
baik. Baru-baru ini, monoterapi vandetanib memiliki telah dibandingkan dengan
kedua carboplatin-paclitaxel dan mobil- boplatin-paclitaxel dengan vandetanib
sebagai terapi lini pertama Dalam pengacakan 2:1:1, pasien menerima baik vandetanib,
vandetanib dengan kemoterapi, atau kemoterapi saja.
BAB III
PENUTUP
Adapun kesimpulan dari
penulisan makalah ini adalah:
1. Kanker
paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel
bronkus. paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan
lain-lain
2. Contoh
kasus dari kanker paru-paru adalah Kasus kematian Menkes Endang akibat kanker
paru meskipun beliau Dikenal Tak
Merokok, serta kasus-kasus lainnya yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah
pengidap penyakit ini
3.
Pengobatan penyakit kanker paru-paru bukan sel kecil dapat ditempuh
melalui jalan operasi, kemoterapi, radioterapi, dan target terapi dengan
antibodi monoklonal.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M., dkk., 1989.
Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Jakarta.
Amin, Zulkifli, 2003.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi III. Penerbit FKUI, Jakarta.
Alsagaff, Hood, 1995. Kanker
Paru dan Terapi Paliatif. Cetakan I. Airlangga University Press, Surabaya.
Rab, T., 1996. Ilmu
Penyakit Paru. Hipokrates, Jakarta.
Stark, J.E., dkk., 1990.
Manual Ilmu Penyakit Paru.
Binarupa Aksara, Jakarta.
Tambunan, Gani W, 1995. Diagnosis
dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia. Cetakan III.
EGC, Jakarta.
Taufik & Hudoyo, Ahmad. 2007.
‘Gejala Kanker Paru’. J. Respir. Indo.
Vol. 27 (4). Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI–RS
Persahabatan: Jakarta.
http://www.parkwaycancercentre.com/bahasa-indonesia/about-cancer/lung-cancer diakses tanggal
10 Desember 2012.
http://www.news-medical.net/health/Lung-Cancer-Treatments/ diakses tanggal
10 Desember 2012.
http://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/ Pages/lung-cancer.aspx diakses tanggal 10 Desember 2012.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-treatment/lung-cancer-treatment/ diakses tanggal 10 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar