Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Kamis, 12 Juni 2014

Kanker Paru

BAB I

PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG

Kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit keganasan, terbanyak pada kelompok laki-laki dan cenderung meningkat insidensnya pada perempuan, lebih dari satu juta orang meninggal akibat kanker paru pertahunnya
Dalam kelompok kanker, Kanker ini adalah penyebab kematian utama setiap tahun terdapat lebih dari 1.3 juta kasus kanker paru baru di dunia yang menyebabkan sekitar 1.1 juta kematian tiap tahunnya dan prognosis kanker paru dengan masa tahan hidup 5 tahun kurang dari 10%. Data Rumah Sakit Persahabatan tahun 2004 melaporkan bahwa total kasus keganasan rongga toraks tercatat 448 kasus dengan 262 kasus didiagnosis kanker paru, 76% laki-laki, 24% perempuan dan didapatkan 93.4% kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang terdiri dari 80% adenokarsinoma, 14.7% karsinoma sel skuamosa, 3.3% karsinoma sel besar dan 2% jenis lainnya dan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) sangat jarang ditemukan di Indonesia. 
Penatalaksanaan kanker paru stage awal adalah pembedahan namun angka rekurensi tetap tinggi. Angka tahan hidup 5 tahun KPKBSK stage I sekitar 75% dan stage II B sekitar 40%, hal ini menunjukkan beberapa kanker yang terdiagnosis pada stage awal sudah terjadi penyebaran mikrostatik. Patogenesis kanker saat ini menunjukkan keterlibatan aktiviti onkogen dan inaktiviti gen supresor tumor dalam karsinogenesis. B-cell lymphoma-2 merupakan protein onkogenik yang berperan dalam apoptosis, pentingnya deregulasi apoptosis dalam karsinogenesis dapat diteliti dengan melihat ekspresi protein Bcl-2. Hubungan ekspresi protein Bcl-2 dengan prognosis pasien KPKBSK masih kontroversi. Berbagai teknik pemeriksaan biologi molekular saat ini dapat dihubungkan dengan faktor  prognosis perjalanan penyakit kanker paru antara lain dengan menganalisis protein atau gen yang terlibat dalam perkembangan kanker dan pemeriksaan imunohistokimia telah digunakan untuk menilai ekspresi Bcl-2 pada jaringan kanker dan menunjukkan keterlibatan protein ini dalam perkembangan dan progresiviti kanker.
Insidens kanker paru meningkat disebabkan tingginya angka merokok pada masyarakat yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Perokok pasif merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kanker paru. Buruknya prognosis kanker paru disebabkan keterlambatan diagnosis, pada saat datang ke dokter sudah berada pada  stage lanjut dan proses metastasis dapat terjadi sebelum
diagnosis kanker primer ditegakkan. Sehingga dibutuhkan pengetahuan lebih terhadap penyakit kanker paru ini agar faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari.

B.  RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan kanker paru dan bagaimana faktor-faktor penyebab kanker paru?
2.      Apa saja kasus yang sudah terjadi akibat kanker paru!
3.      Cara-cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mengobati kanker paru?

C.  TUJUAN

1.      Untuk mengetahui definisi kanker paru dan faktor-faktor penyebab kanker paru
2.      Untuk mengetahui kasus yang sudah terjadi akibat kanker paru
3.      Untuk mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengobati kanker paru



BAB II

PEMBAHASAN

A.    TEORI

1.      Definisi Kanker Paru

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus.  Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut  metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan  menghilangnya silia.
Kanker paru merupakan penyakit modern dan universal, kasusnya terus meningkat dari tahun ke tahun, ha1 ini diduga akibat peningkatan rata-rata umur manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih baik.141 insidens kanker paru berhubungan erat dengan pria yang perokok, polusi udara, cacat paru, dan pria berumur iebih 40 tahun, walaupun ada drtemukan di bawah 40 tahun, dari data-data yang ada umur terbanyak antara 55-60 tahun. Gejala dan tanda dari kanker paru tergantung dari lokasi tumor, ukuran tumor primer dan metastasis ke organ yang dikenai. Gejala yang paling sering ditemui ialah batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, batuk berdahak, nyeri tulang, hepatomegali, dan lain-lain. Prognosis kanker paru tergantung pada saat stadium ditemukan, semakin dini stadium ditemukan semakin baik prognosisnya. Selain itu juga tergantung kepada rencana tindakan selanjutnya. Tindakan bedah merupakan pilihan utama pada stadium dini kanker paru (Taufik & Hudoyo, 2007).

2.        Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Paru

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan  tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006). Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru : 
a.  Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus (Stark, 1990). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). 
b.  Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Stark, 1990). Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif (Stoppler,2010).
c.  Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu  karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Stark, 1990) .
d.  Paparan zat karsinogen
Beberapa zat  karsinogen  seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e.  Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f.  Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras  dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2)  (Stark, 1990).
g.  Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Rab, 1996).

3.      Klasifikasi Kanker Paru

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil  (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak  kecil (non-small lung cancer,  NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan  mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Stark, 1990).
Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
Karsinoma bronkoalveolus, dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular.
Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Tambunan, 1995).
Karsinoma sel besar  adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Stark, 1990).
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

4.      Stadium Klinis

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut :

Tabel Stadium Klinis Kanker Paru.


Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor berdiameter  ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal. 
T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma,
pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang  terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina,  tanpa mengenai  jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi  pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.
N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina.
N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
 Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.
M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak (Alsagaff, 2010).

5.      Gejala Klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.  Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
*        Lokal (tumor tumbuh setempat) :
o   Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
o   Hemopt isis
o   Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
o   Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
o   Ateletaksis
*      Invasi lokal :
o   Nyeri dada
o   Dispnea karena efusi pleura
o   Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia
o   Sindrom vena cava superior
o   Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
o   Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
o   Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf
o   simpatis servikalis
*      Gejala Penyakit Metastasis :
o   Pada otak, tulang, hati, adrenal
o   Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
*      Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :
o    Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
o    Hematologi : leuko sitosis, anemia, hiperkoagulasi
o    Hipertrofi osteoartropati
o    Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
o    Neuromiopati
o    Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
o    Dermatologik : eritema mult iform, hiperkeratosis, jari tabuh
o    Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone 
*      Asimtomatik dengan kelainan radiologis
o    Sering terdapat pada perokok dengan  COPD  yang terdeteksi secara
o    radiologis.
o    Kelainan berupa nodul soliter (Amin, 2006)

B.     KASUS

·         Kasus kematian Menkes Endang akibat kanker paru

Menkes Endang Dikenal Tak Merokok
Penulis : Fabian Januarius Kuwado | Rabu, 2 Mei 2012 | 19:01 WIB
http://assets.kompas.com/data/photo/2012/05/02/1830351620X310.JPG
http://assets.kompas.com/data/photo/2012/05/03/4717064p.jpg
 









TRIBUN NEWS/DANY PERMANA
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, menggelar konferensi pers tentang kesehatannya, di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Senin (17/1/2011). Endang mengakui bahwa dia mengidap kanker paru-paru, namun hal tersebut disebut Endang tidak akan mempengaruhi kinerjanya.
JAKARTA, KOMPAS.com — Kanker paru-paru stadium empat yang menjadi penyebab mantan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih meninggal dunia sempat menjadi keheranan tersendiri bagi beberapa pihak. Pasalnya, almarhum Endang selama ini diketahui tidak memiliki kebiasaan merokok.
"Tidak. Sebabnya kanker itu memang perokok, pasif dan aktif, kita juga tidak tahu penyebabnya apa, lingkungan keluarga tidak," ujar Sekjen Kementerian Kesehatan Ratna Rosita kepada Kompas.com di sela-sela pelayatannya di rumah duka, Jalan Pendidikan Raya III Blok J-55 Kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (2/5/2012).
Sebagai rekan seangkatan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ratna menerangkan, Endang tidak memiliki riwayat penyakit di pernapasannya sejak dahulu. Sementara sejak menjadi pemimpin Kementerian Kesehatan, Endang pun secara rutin melakukan general check up. "Beliau enggak pernah TBC, dari general check up, menteri pejabat eselon satu atau dua tiap tahun general check up," lanjutnya.
Wanita yang juga istri Hendardji Soepandji tersebut mengungkapkan, seluruh jajarannya di Kementerian Kesehatan mengetahui penyakit yang diderita Endang pada Oktober 2010. Saat itu, dirinya langsung menawarkan alternatif pengobatan bagi almarhumah.
"Saya kan sekjen, saya diberi tahu. Oke, ayo kita berobat, ibu pilih mana, pengobatannya," lanjutnya.
Kini, ia mengaku telah mengikhlaskan kepergian almarhumah. Jenazah Endang hingga pukul 17.35 WIB masih disemayamkan di rumah duka. Berdasarkan pantauan Kompas.com, beberapa tokoh turut hadir ke rumah tersebut, antara lain Hendardji Soepandji beserta istri, Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, Menteri Urusan Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan, serta Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Puluhan karangan bunga pun tampak memenuhi pekarangan serta jalan di depan rumahnya.

·         Rokok penyebab utama kanker paru

KOMPAS.com — Pertumbuhannya memang lambat, tetapi kanker paru menyerang tidak peduli apakah Anda lelaki atau perempuan, pejabat atau rakyat kecil. Kalau tidak berhenti merokok, Anda bakal menderita karenanya.
Menurut spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Dr Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P, pada tahap awal, kanker paru agak sulit dideteksi karena tanpa gejala yang berarti. Kanker paru baru bisa ketahuan apabila keadaan sudah begitu berat. "Kebanyakan penderita baru datang ke dokter setelah mengalami batuk darah,” ujar Elisna.
Selain itu, gejala-gejala kanker paru bisa bervariasi, tergantung di mana dan seberapa jauh tumor ganas ini menyebar di organ paru. Beberapa gejala umum yang biasa ditemui pada penderita kanker paru selain batuk darah antara lain sesak napas, radang paru atau bronchitis berulang, kelelahan, hilangnya selera makan atau turunnya berat badan, suara serak, dan pembengkakan di wajah atau leher.
Berikut adalah beberapa gejala yang harus dicermati dari kanker yang mematikan ini:
§  Tanpa gejala. Sekitar 25 persen penderita kanker paru akan mengetahuinya saat mereka melakukan rontgen secara rutin atau CT scan dan ditemukan lesi (kerusakan jaringan) yang disebut lesi koin. Pada pasien ini biasanya tidak ditemui gejala yang cukup berarti.
§  Gejala yang terkait dengan kanker. Pertumbuhan kanker dan invasinya pada jaringan paru serta jaringan sekitarnya bisa jadi memengaruhi pernapasan dan menimbulkan gejala awal, antara lain batuk, napas pendek, mengi, nyeri dada, dan batuk darah (hemoptysis).
Dan jika kanker sudah menyerang saraf, misalnya, bisa menyebabkan rasa nyeri di bahu yang kemudian menyebar ke bawah ke bagian luar lengan (disebut sindroma Pancoast) atau kelumpuhan pada vokal suara yang menimbulkan suara parau. Serangan pada esophagus juga menyebabkan timbulnya dysphagia. Jika aliran udara terhambat, paru-paru kemudian akan mudah mengalami infeksi (pneumonia).
§  Gejala terkait dengan metastasis. Kanker paru juga bisa menyebar ke tulang dan memproduksi rasa nyeri yang menyiksa. Kanker yang sudah menyebar ke otak bahkan bisa menyebabkan sejumlah gejala neurologis, semisal  penglihatan kabur, sakit kepala, gejala stroke seperti kelelahan, hilangnya sensasi di bagian tubuh tertentu.
§  Gejala "paraneoplastic". Kanker paru seringkali disertai dengan gejala  yang disebut sindroma paraneoplastic, hasil produksi hormon sel tumor. Sindroma paraneoplastic kebanyakan terjadi pada kanker paru jenis karsinoma sel kecil, tetapi juga bisa tampak pada jenis yang lain. Sindroma paraneoplastic yang terkait dengan jenis kanker paru karsinoma sel kecil ini adalah akibat produksi hormon yang disebut hormon adrenocorticotrophic (ACTH) oleh sel kanker, sebagai awal dari berlebihnya pengeluaran atau sekresi yang terjadi pada hormon kortisol di kelenjar adrenal. Sementara itu, sindroma paraneoplastic yang sering tampak pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil biasanya berasal dari substansi yang mirip dengan hormon parathyroid yang menghasilkan naiknya tingkat kalsium dalam aliran darah.
§  Gejala tidak spesifik. Tampak pada setiap jenis kanker, termasuk kanker paru, misalnya kehilangan berat badan, lemah, dan kelelahan. Gejala psikis seperti depresi dan perubahan mud juga kerap terjadi.

·         Kanker paru terus meningkat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Salah satu penyebab peningkatan jumlah kasus kanker paru-paru di Indonesia adalah sulitnya mendeteksi sel kanker pada stadium awal.
"Para penderita biasanya mulai mengeluhkan gejala- gejala kanker paru- paru pada stadium lanjutan, yaitu pada saat mereka mulai sesak napas dan batuk darah," kata ahli onkologi paru dan pernapasan dokter Elisna Syaruddin Sp.P(K), Jumat (11/5).
Dia menambahkan sel kanker paru- paru tidak seperti sel kanker lainnya, seperti sel kanker payudara dan mulut rahim atau serviks yang bisa dideteksi sejak stadium awal, sehingga risiko terjadi meningkat ke stadium lanjutan bisa diantisipasi.
"Sangat sulit mendeteksi sel kanker pada stadium awal karena biasanya masih tumbuh di luar sistem pernapasan atau perifer dan belum mengganggu saluran pernapasan," kata dia.
Menurut Elisna, faktor terbesar pemicu tumbuhnya sel kanker paru- paru adalah asap rokok. "Rata- rata penderita kanker paru-paru adalah perokok karena risikonya delapan kali lebih besar dari penderita yang bukan perokok," katanya.
Dia mengatakan setiap orang mempunyai risiko terkena kanker paru- paru, namun semua itu tergantung dari lingkungan dan gaya hidup si penderita.
"Walaupun penderita tidak merokok, jika dia terus- menerus menghirup asap rokok setiap hari atau sebagai perokok pasif, itu sangat berpotensi memicu pertumbuhan sel kanker," katanya.
(sumber:


C.    TREATMENT DISEASE

            Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-medisseperti fasiliti yang dimilikirumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan.
            Untuk merencanakan pengobatan yang terbaik, dokter harus mengetahui jenis kanker paru-paru dan tingkatan (tahapan) penyakit ini. Tingkatan penting untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar, dan jika kanker sudah menyebar, ke bagian tubuh yang mana penyebarannya. Kanker paru-paru paling sering menyebar ke kelenjar getah bening, otak, tulang, hati dan kelenjar adrenal.

Tahapan pada Kanker Paru-Paru Bukan Sel Kecil
Tahap tersembunyi :    Sel kanker paru-paru ditemukan di dahak (sputum) atau di dalam sampel air yang dikumpulkan saat bronkoskopi, tapi tumor tidak terlihat di paru-paru.
Stadium 0              : Sel-sel kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam paru-paru. Tumor belum tumbuh menembus lapisan ini. Tumor Stadium 0 juga disebut carcinoma in situ. Tumor ini bukan kanker invasif.
Stadium I               :    Tumor paru-paru ini bukan kanker invasif. Tumor ini telah tumbuh menembus lapisan terdalam paru-paru dan masuk ke jaringan paru-paru yang lebih dalam. Sel-sel kanker tidak ditemukan pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
Stadium II             : Tumor paru-paru bisa dalam berbagai ukuran, tapi tumor ini belum menyerang organ-organ tubuh di sekitarnya. Sel-sel kanker ditemukan pada kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium III            :    Tumor paru-paru ini telah menyebar ke organ tubuh di sekitarnya, atau ke dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama ataupun di sisi yang berlawanan dari tumor tersebut.
Stadium IV            :    Pertumbuhan yang ganas bisa ditemukan di lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker dapat ditemukan di bagian lain tubuh, misalnya di otak, kelenjar adrenal, hati atau tulang.

            Tujuan pengobatan bisa ditujukan untuk penyembuhan, pengendalian penyakit untuk memperpanjang hidup, atau penanganan gejala dan pencegahan komplikasi untuk meningkatkan kualitas hidup. Metode pengobatan berikut ini dapat digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi.
·  Pembedahan – Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan mengangkat jaringan tumor dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
·  Terapi Radiasi – Terapi radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Cara ini akan mempengaruhi sel-sel kanker pada area yang diobati saja.
·  Obat-obatan ini memasuki aliran darah dan dapat mempengaruhi sel-sel kanker di seluruh tubuh. Orang dengan kanker paru-paru bukan sel kecil yang sudah menyebar akan menjalani terapi dengan target tertentu ini.

Operasi
            Operasi pembedahan merupakan metode utama yang efektif untuk pengobatan kanker paru-paru, indikasi operasi dan pemilihan metode operasi, terutama ditentukan berdasarkan lokasi yang diserang tumor. lingkup dan kondisi umum pasien terutama kondisi cadangan fungsi jantung dan paru. Prinsip operasi adalah mengangkat lesi dengan tuntas dan semaksimalnya mempertahankan jaringan paru-paru yang sehat.
            Pengobatan kanker paru-paru selain melalui operasi pembedahan yang kita ketahui, masih ada cryosurgery, hyperthermia, laser, chemosurgery, electrocautery dan berbagai operasi onkologi lainnya. Operasi pembedahan termasuk reseksi radikal dan reseksi paliatif. Persentase pasien stadium medium dan awal yang dapat dioperasi kurang dari 40% dari total seluruh pasien, dan operasi paliatif untuk yang stadium lanjut.

Kemotrapi
            Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Kemoterapi merupakan terapi kanker yang melibatkan penggunaan zat kimia ataupun obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh/menghabisi sel-sel kanker dengan cara meracuninya. Kemoterapitelah digunakan sebagai standard protocol pengobatan kanker sejak tahun 1950.
            Prinsip kerja dari obat-obatan kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau seluruh fase pada pembelahan mitosis pada sel-sel yang bereplikasi atau berkembang dengan cepat, yang diharapkan adalah sel onkogen yang bereplikasi. Obat kemoterapi hampir tidak menimbulkan dampak pada sel yang sedang dalanm masa beristirahat (tidak melakukan pembelahan), namun terkadang sel-sel rambut yang sedang Aktif membelah klainnya dapat terkena dampak obat ini bila siklus mitosisnya berada dalam target obat-obatan kemoterapi yang sedang digunakan.
            Sampai saat ini terdapat lebih dari 50 obat-obatan kemoterapi yang digunakan obat-obatan ini dimasukkan dalam tubuh melalui invuse intravena, suntikan langsung (pada otot, dibawah kulit atau pada rongga tubuh) atupun dalam bentuk tablet. Kemoterapi merupakan terapi paliatif sehingga hasil yang bisa diarapkan adalah kualitas hidup yang lebih baik dan memperpanjang harapan hidup pasien untuk beberapa bulan.

Dari dua jenis kanker paru yakni kanker paru sel kecil dan kanker paru bukan sel kecil kemoterapi efektif untuk jenis yang kedua. Kanker paru bukan sel kecil menguasai 80%dari seluruh kanker paru dan 70%nya terdeteksi di sdtadium tiga atau empat. Ada banyak agen lewat kemoterapi seperti ciplatin, carboplatin, etoposide, dan agen yang lebih baru seperti paclitaxel docitaxel, gemcitabine dan irinocetan.
            Guidelina dari american college of chest physiciant (ACCP) untuk kemoterapi kanker paru bukan sel kecil dikenal dengan platinum based dowblet chemoterapy, yaitu mengkombinasikan agen platinum seperti ciplatin, carboplatin dengn salah satu dari docetaxel, gemcitabin , pacliraxel atau vinorelbine. Hasil meta analisis dari 33 penelitian menunjukkan senyawa platinum bisa memperpanjang harapan hidup serta peningkatan kualitas hidup penderita, meskipun efek sampingnya juga perlu ditangani dengan cermat. 
            Yang menarik adalah agen kemoterapi gemcitabine. Agen kemoterapi ini bisa digunakan pada beberapa jenis kanker. Pada awal gamcitabine diindikasikan untuk pengobatan kanker pankreas. Tahun 1998, agen ini mendapat tambahan indikasi yang disetujui yaitu kanker paru jenis sel bukan kecil (non-small cell lung cancer). Indikasi ini didasarkan pada dua uji klinis  besar  yang menunjukkan kombinasi gemcitabine dan ciplatin , ternyata secara signifikan mampu menyusutkan tumor, sedikitnya dua kali lebih besar dari pembanding.
            Ada beberapa uji klinis kemoterapi lain pertama yang membandingkan kombinasi ciplatin –gemicitabine dengsn kemoterapi jenis lainnya. Kebanyakan kombinasi ciplatin –vinorelbine atau platinum-taxane.angka respon terhadap ciplatin –gemicitabine bervariasi mulai 22% hingga 67%, dengan jangkauan rata-rata harapan hidup  mulai 8,1 hingga 9,8 bulan.


Radioterapi
            Radioterapi adalah metode pengobatan penyakit dengan menggunakan sinar peng-ion. Metode pengobatan ini mulai digunakan orang sebagai salah satu regimen pengobatan tumor ganas, segera setelah ditemukannya sinar X oleh WC. Rontgen, sifat-sifat radioaktivitas oleh Becquerel dan radium oleh Pierre dan Marie Curie, yaitu pada akhir abad ke-19. Pada saat tersebut, para medisi amat berbesar hati melihat suksesnya hasil pengobatan pada berbagai jenis kanker.
            Radioterapi merupakan teknik pengobatan kanker dengan menggunakan sinar radioaktif (sinar X atau pengion) untuk mematikan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh. Radioterapi ini biasa dikombinasikan dengan kemoterapi. Inti pengobatan radioterapi adalah mematikan sel-sel kanker di lokasi tempat kanker berada. Namun jika kanker sudah menyebar ke banyak tempat, maka terapi awalnya menggunakan kemoterapi. Baru kemudian dilanjutkan dengan radioterapi di titik-titik tertentu.
            Pengobatan radioterapi ini dibagi menjadi dua cara, yaitu:
·      Sinar luar. Pada sinar luar bias dilakukan untuk jenis kanker apa saja, memiliki cakupan yang luas. Tapi selain sel kanker yang mati, sel-sel normal juga bias terkena efek dari radiasi ini.
·      Sinar dalam. Pada sinar dalam biasanya tergantung dari jenis dan lokasi kanker tersebut dan cakupannya lebih sedikit. Karena sumber sinar akan didekatkan pada target, sehingga hanya terfokus pada sel kanker dan sel-sel normal hanya sedikit yang terkena.

Target Terapi dengan Antibodi Monoklonal
Satu dekade yang lalu, ahli onkologi berjuang untuk menentukan pengobatan metastasis non-small cell lung cancer (NSCLC). Di klinik, antibodi monoklonal dan tirosin kinase inhibitors (TKI) yang diarahkan pada Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Epidemial Growth Factor Receptor (EGFR) signaling memiliki peranan yang besar dan nyata dalam pengobatan.
Bevacizumab. Bevacizumab, antibodi monoklonal dengan spesifisitas terhadap VEGF, telah menunjukkan hasil klinis dengan spektrum yang luas dari kanker, termasuk kanker payudara, glioblastoma, kanker usus besar, dan kanker ovarium. Demikian juga, beberapa penelitian mendukung penggunaan bevacizumab pada NSCLC.
            Aflibercept. Aflibercept adalah antibodi monoklonal yang bekerja dengan target VEGFR1 dan VEGFR2, dengan afinitas tinggi untuk VEGF. Sebuah uji klinis fase I dari aflibercept menunjukkan dosis yang menimbulkan ulserasi rektal dan proteinuria pada dosis 7 mg/kg intravenous setiap 2 minggu, karena itu,          4 mg/kg telah didirikan sebagai dosis yang direkomendasikan.

            Vandetanib. Vandetanib adalah TKI ganda penargetan VEGFR2 dan EGFR, meskipun aktivitasnya kemungkinan diciptakan terutama melalui VEGFR-2 (45, 46). Agen terapi dengan vandetanib telah dinilai baik. Baru-baru ini, monoterapi vandetanib memiliki telah dibandingkan dengan kedua carboplatin-paclitaxel dan mobil- boplatin-paclitaxel dengan vandetanib sebagai terapi lini pertama Dalam pengacakan 2:1:1, pasien menerima baik vandetanib, vandetanib dengan kemoterapi, atau kemoterapi saja.




BAB III

PENUTUP

 

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah:

1.      Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan  tubuh, genetik, dan lain-lain
2.      Contoh kasus dari kanker paru-paru adalah Kasus kematian Menkes Endang akibat kanker paru meskipun beliau Dikenal Tak Merokok, serta kasus-kasus lainnya yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengidap penyakit ini
3.      Pengobatan penyakit kanker paru-paru bukan sel kecil dapat ditempuh melalui jalan operasi, kemoterapi, radioterapi, dan target terapi dengan antibodi monoklonal.



DAFTAR PUSTAKA



Amin, M., dkk., 1989.  Pengantar Ilmu Penyakit Paru.  Airlangga University  Press, Jakarta.

Amin, Zulkifli, 2003.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.  Jilid II. Edisi III. Penerbit FKUI, Jakarta.

Alsagaff, Hood, 1995. Kanker Paru dan Terapi Paliatif. Cetakan I. Airlangga University Press, Surabaya.

Rab, T., 1996. Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates, Jakarta.

Stark, J.E., dkk., 1990.  Manual Ilmu Penyakit Paru. Binarupa Aksara, Jakarta.

Tambunan, Gani W, 1995. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia. Cetakan III. EGC, Jakarta.

Taufik & Hudoyo, Ahmad. 2007. ‘Gejala Kanker Paru’. J. Respir. Indo. Vol. 27 (4). Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI–RS Persahabatan: Jakarta.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar