Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Selasa, 10 Juni 2014

“VALIDASI METODE UJI KADAR ALBENDAZOL DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS”

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah. Fungsi dari penelitian yaitu mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Jawaban dari permasalahan tersebut dapat berifat umum ataupun sangat konkret/spesifik.
Dalam suatu penelitian , metode – metode analisis secara rutin dikembangkan, divalidasi, dikaji secara bersama - sama dan diaplikasikan. Proses validasi merupakan bagian yang penting karena terpercaya tau tidaknya suatu hasil penelitian tergantung dari kevalidan metodenya. Pada dasarnya selain validasi metode ada 3 langkah validasi lagi yang harus dilakukan dalam suatu penelitian yaitu validasi perangkat lunak, perangkat keras/instrumen, dan kekesuaian sistem. Namun pada makalah ini akan lebih banyak dibahas mengenai validasi metode.
Contoh kasus yang saya angkat dalam makalah ini yaitu validasi metode uji kadar albendazol dengan menggunakan spektrofotometri uv/vis. Validasi tersebut  telah dilakukan oleh Balai Besar Pengujian Mutu Obat Hewan (BBPMSOH). Metode ini terbilang baru bagi BBPMSOH, sehingga sebagai laboratorium penguji yang mengacu pada ISO SNI/IEC 17025:2008, maka BBPMSOH harus melakukan validasi terhadap metode baru tersebut.     

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu bagaimana validitas metode spektrofotometri uv/vis yang digunakan dalam menetapkan kadar Albendazol?

C.    Tujuan

Tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui validitas metode spektrofotometri uv/vis yang digunakan dalam menetapkan kadar Albendazol.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Albendazol

Albendazol adalah obat cacing derivate benzimidazol berspektrum lebar yang dapat diberikan per oral. Dosis tunggal efektif utuk infeksi cacing kremi, cacing gelang, cacing trikuris, cacing S. stercoralis dan cacing tambang. Juga merupakan obat pilihan untuk penyakit hidatid dan sistiserkosis. Struktur kimianya sebaai berikut :
Struktur Kimia Albendazol (Tanu, 2007)

Obat ini bekerja dengan cara berikatan dengan β-tubulin parasit sehingga menghambat polimerisasi mikrotubulus dan memblok pengambilan glukosa oleh larva maupun cacing dewasa, sehingga persediaan glikogen menutun dan pembentukan ATP berkurang, akibatnya cacing akan mati (Tanu, 2007).
Resopsinya dari usus buruk, tetapi masih lebih baik daripada mebendazol. Di dalam hati, zat ini segera diubah menjadi sulfoksidanya, yang diekskresikan melalui empedu dan urin (Tjay dan Rahardja, 2007). Makanan berlemak akan meningkatkan absorpsi empat kali lebih besar dibanding perut kosong. Kadar puncak metabolit aktif plasma dicapai dalam 3 jam. Waktu paruh 8-9 jam (Tanu, 2007).

B.     Spektrofotometri UV/Vis

Teknik spektroskopi adalah salah satu  teknik analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM). Radiasi elektromagnetik panjang gelombang 380 nm-780 nm merupakan radiasi yang dapat diterima oleh panca indera mata manusia, sehingga dikenal sebagai cahaya tampak (visibel). Diluar rentang panjang gelombang cahaya tampak, REM sudah tidak dapat ditangkap oleh panca indera mata manusia (Setiyowati, 2009).
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra violet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak. Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki warna (Fatimah, 2003).
Pengukuran konsentrasi cuplikan didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yang menyatakan hubungan antara banyaknya sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi unsur dalam cuplikan, dengan rumus sebagai berikut:
 atau A = a.b.c
dengan A = absorbansi, a = koefisien serapan molar, b = tebal media cuplikan yang dilewati sinar, c = konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan, Io = intensitas sinar mula-mula, I = intensitas sinar yang diteruskan. Aplikasi rumusan tersebut dalam pengukuran kuantitaf dilaksanakan dengan cara komparatif menggunakan kurva kalibrasi dari hubungan konsentrasi deret larutan standar dengan nilai absorbansinya. Konsentrasi cuplikan ditentukan dengan substitusi nilai absorban cuplikan ke dalam persamaan regresi dari kurva kalibrasi (Fatimah et al, 2009).

C.    Validasi Metode

Validasi merupakan suatu proses yang terdiri atas paling tidak 4 langkah nyata, yaitu: (1) validasi perangkat lunak (software validation), (2) validasi perangkat keras/instrumen (instrument/hardware validation), (3) validasi metode, dan (4) kesesuaian sistem (system suitability) (Gandjar dan Rohman, 2007). Masing-masing tahap dalam proses validasi ini merupakan suatu proses yang secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai kesuksesan validasi.
Menurut ISO SNI/IEC 17025:2008 validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan penyediaan bukti objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu maksud terpenuhi. Jadi validasi metoda pengujian adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).
Validasi metode sangat penting dilakukan oleh laboratorium, karena dengan melakukan validasi dapat diketahui tingkat kepercayaan yang dihasilkan dari suatu metode pengujian. Selain itu, validasi metode merupakan salah satu bentuk jaminan mutu hasil kepada pelanggan, dimana metode yang digunakan telah terbukti baik sehingga hasil yang dikeluarkan oleh suatu badan atau laboratorium adalah valid (Hadi, 2007).
Parameter unjuk kerja pengujian antara lain adalah presisi (keseksamaan), akurasi (kecermatan), spesifisitas, batas deteksi, batas kuantisasi, linearitas, rentang dan ketangguhan. Pemilihan parameter yang akan diuji tergantung dari jenis dan metode pengujian yang akan divalidasi.



BAB III

MATERI DAN METODE


A.    Alat dan Bahan

Sampel anthelmintik yang mengandung albendazol, asam asetat glasial 100% (CH3COOH), asam asetat anhidrida, kristal violet, asam perklorat 70% (HClO4), metanol p.a., asam klorida 37%, standar albendazol, neraca, erlenmeyer 300 mL, buret, statif, magnetic stirrer, vortex, labu ukur 500 mL, pipet ukur, labu ukur 50 mL, spektrofotometer UV-Vis.

B.     Prosedur Kerja

1.      Uji presisi

Timbang sejumlah sampel setara 50 – 100 mg albendazol, masukkan dalam labu ukur 50 ml dan encerkan dengan pelarut anthelmentik (8.1 mL HCl 37% dilarutkan dengan methanol p.a. sampai 500 mL), buat pengenceran bertingkat dengan menggunakan pelarut anthelmintik sehingga didapatkan konsentrasi akhir 10 – 11 ppm. Untuk standar, timbang dengan tepat 10 mg standar albendazol (SIGMA), encerkan dan buat pengenceran bertingkat dengan menggunakan pelarut anthelmintik sehingga mendapatkan konsentrasi akhir adalah 10 ppm.
Hitung kadar yang didapat dari sampel dan ulangi pengujian diatas 10 (sepuluh) kali kemudian hitung koefisien variasi (CV) (BPOM, 2009; Harmita, 2004). Rumus untuk menghitung kadar albendazol adalah sebagai berikut :
Aspl = serapan sampel
Astd = serapan standar
Cstd = konsentrasi standar
Cspl = konsentrasi sampel

Nilai CV didapat dengan menghitung standar deviasi (SD), kemudian nilai Relatif Standar Deviasi (RSD) dengan rumus sebagai berikut:
RSD =
CV = RSD x 100%
n = jumlah pengulangan
x = kadar albendazol pengujian ke-x
x = rata-rata kadar albendazol

Nilai CV metode pengujian ini kemudian dibandingkan dengan CV Horwitz. Nilai CV Horwitz didapatkan dengan rumus:
CV (%) = 0.66 X 21-(0.5 x C)
C = konsentrasi analit saat diukur

2.      Uji akurasi

Penghitungan unjuk kerja akurasi metode dilakukan dengan membandingkan hasil uji spektrofotometri dengan hasil uji metode standard yaitu dengan metode titrasi bebas air (BPOM, 2009). Uji spektrofotometer dilakukan sebagaimana dalam uji presisi sedangkan uji titrasi bebas air dilakukan sebagaimana terdapat dalam Farmakope Obat Hewan Indonesia.
Cara kerja uji titrasi bebas air adalah sebagai berikut timbang sampel setara dengan 50 - 100 mg albendazol, tambah 10 ml asam asetat glasial dan 40 ml asam asetat anhidrida. Titrasi dengan HClO4 0,1 N (larutan 8,5 mL HClO4 70%, 500 mL asam asetat glasial, 21 mL asam asetat anhidrida dan tambah asam asetat glasial sampai batas volume 1000 mL) dengan menggunakan kristal violet sebagai indikator. Setiap mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 26,53 mg C12H15N3O2S (albendazol). Hitung kadar albendazol dalam sampel dengan menggunakan rumus:
V = volume (mL) HClO4 0.1 N mencapai titik akhir
B spl = mg kandungan albendazol dalam sampel

Ulangi masing-masing pengujian tersebut diatas 10 (sepuluh) kali dan lakukan uji statistik dengan uji t (α = 0.05) untuk mengetahui perbedaan hasil dari kedua metode tersebut.

3.      Uji Liniearitas

Timbang sejumlah 10 mg standar albendazol, lakukan pengenceran bertingkat dengan menggunakan pelarut anthelmintik sehingga mendapatkan 5 (lima) konsentrasi : 2,5 ppm, 5,00 ppm, 7,5 ppm, 10 ppm dan 20 ppm. Ukur serapan dari tiap konsentrasi dengan menggunakan spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 254 nm dan hitung nilai koefisien korelasi (r). Nilai r didapat dari analisis regresi linier dengan rumus :
y = a + bx
a = intersep
b = slope
x = serapan

4.      Limit deteksi dan limit kuantisasi

Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi yang didapat dari uji linearitas. Untuk mendapat nilai batas deteksi dan kuantisasi gunakan nilai slope (b) dan simpangan baku residual (SDx). Hitung Limit Deteksi dengan rumus:
Sedangkan Limit Kuantisasi dihitung dengan rumus:
SDx = simpangan baku residual
b = slope

BAB IV

PEMBAHASAN


Uji Presisi
Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Uji presisi metode ini dilakukan dengan cara keterulangan yang dilakukan oleh penguji yang sama atau repeatabilitas. Hasil pengujian kadar albendazol dengan menggunakan spektrofotometer UV adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Uji Kadar Albendazol dengan Spektrofotometer
Pengulangan ke:
Kadar Albendazol
1
103,19%
2
98,08 %
3
98,98 %
4
99,17 %
5
98,34 %
6
96,59 %
7
97,34 %
8
95,91 %
9
95,42 %
10
94,46 %
Rata-rata
97,75 %
SD
2,47
RSD
0,025

Nilai CV dari pengujian ini adalah 2,52 % sedangkan CV Horwitz yang terhitung adalah 4,19%. Dari hasil tersebut tampak bahwa CV dari hasil pengujian dengan metode ini lebih kecil dari CV Horwitz. Menurut Harmita (2004) suatu metode pengujian dikatakan baik jika nilai CV nya lebih kecil dari CV Horwitz, sehingga bisa dikatakan bahwa metode uji albendazol dengan menggunakan spektrofotometri mempunyai presisi yang baik.

Uji Akurasi
Uji akurasi dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah dengan membandingkan hasil dari metode yang divalidasi dengan hasil uji metode standar (BPOM, 2009). Metode standar yang digunakan adalah dengan titrasi bebas air yang terdapat dalam Farmakope Obat Hewan Indonesia 2009.

Tabel 2. Hasil Uji Kadar Albendazol dengan Metode Titrasi Bebas Air
Pengulangan ke:
Kadar Albendazol
1
97.90 %
2
100.34 %
3
100.34 %
4
97.90 %
5
97.90 %
6
97.90 %
7
97.90 %
8
97.90 %
9
97.90 %
10
97.90 %
Rata-rata
98,39 %
SD
1.029

Hasil uji kadar albendazol dengan metode titrasi bebas air terdapat dalam Tabel 2. Kedua hasil tersebut dibandingkan dan diuji statistik dengan t-test student (α = 0,05) dan didapatkan bahwa keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (t hitung = 0,757; t tabel = 2,179; db = 12).

Uji Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004). Hasil absorbansi untuk uji linearitas terdapat dalam tabel 3.

Tabel 3. Hasil Serapan Untuk Uji Linearitas
Std Albendazol
(mg/L) 
Serapan
Regresi



0,0
0,000
0,005
2,5
0,070
0,073
5,0
0,155
0.,141
10,0
0,272
0.,277
20,0
0,547
0,548
40,0
1,020
1,090
Intersep
0,0154
Slope
0,0254
r
0,9992

Dari data Tabel 3. didapatkan nilai r adalah 0.9992, sedangkan syarat dari suatu metode uji mempunyai linearitas yang baik jika nilai r lebih besar dari 0,98 (4). Hal ini membuktikan bahwa metode uji albendazol dengan spektrofotometri mempunyai linearitas yang baik.

Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi
Definisi batas deteksi menurut Harmita (2004) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi untuk pengujian albendazol dengan metode spektrofotometri yaitu pada konsentrasi 0,22 μg/mL. Ini berarti bahwa albendazol pada konsentrasi tersebut masih dapat terbaca absorbansinya tetapi tidak dapat digunakan dalam perhitungan, karena dapat membuat bias dalam perhitungan.
Sedangkan batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Nilai batas kuantitasi pada pengujian ini sebesar 2,15 μg/mL. Konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi terkecil yang tidak menimbulkan bias dalam perhitungan.



BAB IV

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode uji kadar albendazol dengan spektrofotometer telah divalidasi dan memiliki presisi, akurasi dan linearitas yang baik. Limit deteksinya adalah 0,22 μg/mL dan limit kuantisasi adalah 2,15 μg/mL.

B.     Saran

Perlu dilakukan kajian lebih mendalam meneganai validasi metode khususnya untuk obat-obat yang memiliki indeks terapi sempit. 



DAFTAR PUSTAKA



BPOM. 2009. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Hal 583 – 609

Tidak ada komentar:

Posting Komentar