Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Kamis, 12 Juni 2014

Kanker Ovarium

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Sekitar 15 jenis kanker terbanyak di dunia, tiga diantaranya adalah kanker ginekologi, yaitu kanker serviks, kanker ovarium, dan kanker uterus. Distribusi  menurut epidemiologi adalah kanker vulva 0,6%, kanker vagina 0,3%, kanker serviks uteri 69,1%, kanker korpus uteri 3,2%, kanker ovarium 21%, koriokanker 5,5%, dan  kanker tuba 0,2%. Keganasan ovarium dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi tipe histologi berbeda tiap-tiap kelompok umur. Pada usia kurang dari 20 tahun pada umumnya tipe germ cell, sedangkan tipe epitelial sering pada usia lebih dari 50 tahun. Insidensi meningkat dengan semakin tuanya usia, diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi per tahun pada wanita usia 40–44 tahun, menjadi paling tinggi dengan angka 57 per 100.000 pada usia 70–74 tahun dan angka harapan hidup 5 tahun secara keseluruhan hanya 30%. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian kanker ke-4 setelah kanker paru, payudara, dan kolon (Benedet,2003; Stirrat,2003; Aziz,2006).
Masalah penyakit kanker ovarium di negara berkembang memiliki insidensi dan prevalensi yang cukup tinggi, banyak kasus datang pada stadium lanjut menyebabkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada penderita. Kendala faktor ekonomi termasuk biaya diagnostik dan terapi sangat tinggi, masalah deteksi dini dipersulit dengan gejala awal penyakit yang tidak spesifik dan belum ada metode skrining yang efektif mengakibatkan 70% kasus kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut dan sudah menyebar jauh diluar ovarium. Penyebaran melalui perluasan lesi lokal, kelenjar limfatik, implantasi intraperitoneal, hematogen, dan transdiafragma memungkinkan terjadinya kanker pada organ tubuh lainnya (sekunder). Prognosis  diperburuk  dengan semakin tingginya stadium penyakit pada saat pertama kali didiagnosa (Berek, 2002).
Kanker ovarium dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silent killer), karena pada stadium awal penyakit ini tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi untuk mendapatkan suatu gambaran pola ciri organ yang berhubungan dengan ovarium yaitu organ liver, ginjal, dan uterus sebagai indikasi terhadap penderita kanker ovarium. Salah satu diagnosis dari kanker ovarium adalah melakukan pemeriksaan CT scan yang bertujuan untuk menentukan adanya keganasan atau tidak, dan dapat menilai perluasan tumor (Kuswardani et al,2011).
Kanker ovarium merupakan kanker kandungan dengan penderita terbanyak setelah kanker leher rahim, namun memiliki tingkat kematian yang lebih besar daripada kanker leher rahim. Angka kematian 5 tahun tergantung dari luasnya penyakit (stadium). Menurut FIGO (Federasi Obstetri dan Ginekologi Sedunia) angka kematian mencapai 11,1%; 25,1%; 58,5%; dan 82,1% masing-masing untuk stadium I, II, III, dan IVProbabilitas terjadinya kanker ovarium meningkat dengan tajam pada umur 45−54 tahun dan terus meningkat sepanjang sisa usia, paralel dengan kadar hormon gonadotropin (Widayati et al, 2009). Makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang kanker ovarium serta terapi penyembuhannya.
B.     Rumusan masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah :
1.      Apa itu kanker ovarium ?
2.      Bagaimana contoh kasus kanker ovarium ?
3.      Bagaimana treatment disease pada  kanker ovarium ?
4.      Bagaimana pengobatan kanker ovarium ?
C.    Tujuan
Tujuan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui kanker ovarium
2.      Contoh kasus kanker ovarium
3.      Untuk mengetahui treatment disease pada  kanker ovarium
4.      Untuk mengetahui pengobatan kanker ovarium




BAB II

PEMBAHASAN


A.    Kanker Ovarium
Kanker ovarium (indung telur) adalah tumor ganas pada ovarium yang salah satu penyebarannya melalui pembuluh darah ke hati (liver) dan paru-paru (Kuswardani et al,2011).
Patofisiologi kanker ovarium
Penyebab kanker ovarium masih belum diketahui secara pasti, (Ari, 2008). Namun teori yang banyak dianut adalah teori Fathalla yang menyatakan bahwa diperkirakan pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor (Busmar, 2006:469).
Gejala kanker ovarium
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. (Busmar, 2006:474).
Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan : Nyeri perut (50,8%), Perut buncit (49,5%), Gangguan fungsi saluran cerna (21,6%), Berat badan turun secara nyata (17,5%), Perdarahan pervaginam yang tidak normal (17,1%), Gangguan saluran kencing (16,4%), Rasa tertekan pada rongga panggul (5,0%), Nyeri punggung (4,9%), Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut (2,8%) (Yatim, 2008:32).
Penentuan stadium
Penentuan stadium merupakan landasan kokoh dalam menetapkan strategi penatalaksanaan kanker ovarium. Pada tahun 1986 FIGO merevisi pembagian stadium dengan menambahkan factor kelenjar getah bening dan besarnya residual tumor dalam pembagian stadium.
a.       Stadium I  : pertumbuhan terbatas pada ovarium
-          Ia. : pertumbuhan terbatas pada satu ovarium; tidak pada asites.Tidak ada tumor pada permukaan luas.
-          Ib. : pertumbuhan terbatas pada 2 ovarium; tidak ada asites. Tidak ada tumor pada permukaan luar; kapsul utuh .
-          Ic. : tumor stadium Ia dan Ib tetapi ada tumor pada permukaan luar pada satu atau kedua ovarium; atau dengan kapsul pecah; atau ada asites dengan sel-sel ganas atau dengan sitology bilasan peritoneum positif.
b.      Stadium II : pertumbuhan mengenai 1 atau 2 ovarium dengan perluasan ke pelvis.
-          IIa         : perluasan dan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
-          IIb         : perluasan kejaringan pelvis lainnya
-          IIc       : tumor stadium IIa dan IIb tetapi dengan tumor pada permukaan satu atau kedua tumor; atau dengan kapsul (kapsul-kapsul) utuh; atau dengan asites mengandung sel ganas atau dengan sitology bilasan peritoneum positif.
c.       Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan pertumbuhan di peritoneum di luar pelvis dan atau KGB retroperitoneal dan inguinal positif. Metastasis superfisial di pelvis minor, tetapi secara histologi.
-          IIIa  : tumor secara makroskopis terbatas pada pelvis minor dengan kelenjar getah bening negative tetapi dengan pertumbuhan mikroskopik ke permukaan peritoneum abdominalis yang diperkuat secara histologic.
-          IIIb  : tumor pada satu atau kedua ovarium dengan pertumbuhan pada permukaan peritoneum abdominalis yang terbukti secara histologic, diameter tidak melebihi 2 cm. kelenjar getah bening negative.
-          IIIc  : pertumbuhan abdominal dengan diameter 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitonel atau inguinal positif.
d.      Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Kalau efusi pleura ada dan sitologinya positif maka di masukkan stadium IV. Metastasis ke parenkim hepar sama dengan stadium IV (Sjamsuddin,1992).

B.     Kasus Kanker Ovarium
Seorang wanita yang bernama Ibu Ina, 55 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan rasa tak nyaman dan kembung di bagian perutnya. Dia didiagnosis Ca Ovarium 10 bulan yang lalu dan telah menjalani kemoterapi dengan Cisplatin / Cylophospamide sampai siklus ke 6. Selain itu juga diberi Ferrous sulfate 325mg PO TID.
Sebelumnya Ibu Ina telah menjalani kemoterapi dengan menggunakan cysplatin dan cyclophospamid selama 6 siklus (1 siklus selama 3-4 minggu). Pada GU ditemukan menurunnya mobilitas uterus dengan tumor di bagian tengah selain itu pada abdomen mengembung dengan ascites dan gas. Ibu Ina juga punya riwayat merokok, minum alkohol, dan melakukan seks bebas. Diduga penyebab utama terjadinya kanker ovarium itu karena seks bebas (seks bebas dapat menginduksi terjadinya kanker ovarium dan kanker serviks) selain itu diinduksi juga karena pola hidup yang tidak sehat (merokok dan minum alkohol).
Untuk penanganan pada kasus ini, Ibu Ina membutuhkan adanya pembedahan karena masih dalam stage ! dimana kanker yang terjadi masih pada epitelial ovarium dan belum mengalami penyebaran (metastase), sehingga akan lebih baik bila dilakukan pembedahan. Setelah pembedahan,  pasien tetap diberikan terapi, yaitu dengan khemoterapi dengan menggunakan kombinasi cysplatin dan paclitaxcel. Kedua obat tersebut merupakan terapi platinum untuk mengatasi kanker ovarium.
Selain pemberian obat kanker pasien juga perlu diberi suplemen (sangobion) untuk mengatasi rendahnya hemoglobin. Penurunan hemoglobin ini dikarenakan pasien kanker biasanya mengalami anemia sebagai salah satu manifetasi dari terjadinya kanker. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah cisplatin menyebabkan mual muntah. Pada kasus ini, tidak diberikan obat-obatan anti emetik, karena sebelum pemberian terapi sudah  diberikan Ranitidine, Dexametason, Difenhidramin sebagai terapi premedikasi sebelum pemberian cisplatin yang berfungsi untuk mencegah nausea and vomiting. Selain itu, Cisplatin memiliki efek samping menyebabkan gangguan ginjal, untuk mencegah dan mendeteksi secara dini dapat dilakukan monitoring fungsi ginjal yang digambarkan salah satunya melalui GFR. Saat pasien mengalami gangguan ginjal maka akan terjadi penurunan GFR jika hal ini terjadi pada ibu Ina maka perlu dilakukan adjusment dosis.
C.    Treatment Disease
1.      Stadium I
a.)    Stadium IA dan IB
      Pembedahan :
o   Ooforektomi + reseksi tumor
o   Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi
b.)    Stadium IC
·         Pembedahan :
o   Ooforektomi + reseksi tumor
o   Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi
·         Terapi radiasi : radoisotop intraperitoneal
·         Kemoterapi : kombinasi Cis platinum dan endoxan
2.      Stadium II
·         Pembedahan
o   Ooforektomi + reseksi tumor
o   Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi, eksisi,adhesi, biopsi diagfragma dan pelvis
·         Terapi radiasi defenitif pada seluruh abdomen/pelvis
·         Kemoterapi
3.      Stadium III
·         Pembedahan : sitoreduktif
·         Terapi radiasi paliatif
·         Kemoterapi
4.      Stadium IV
·         Pembedahan : debulking
·         Terapi radiasi paliatif
·         Kemoterapi  (Busmar, 2006).


D.    Pengobatan Kanker Ovarium
1.      Operasi
Pembedahan primer
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya pembedahan pada kanker ovarium bertujuan untuk diagnosis, penetapan stadium (perluasan penyakit) dan pengangkatan tumor. Pada pembedahan, uterus diangkat karena dapat terkena akibat penjalaran secara langsung, melalui getah bening secara retrograd melalui tuba, disamping pada endometrium dapat juga tumbuh kanker primer. Oleh karena insiden terkenanya ovarium sisi lain cukup besar, maka perlu juga mengangkat kedua adneksa. Bahkan kalau ovarium dan tuba sisi lainnya terlihat normal, tidak dianjurkan untuk meninggalkannya, kecuali pada keadaan tertentu(Sjamsuddin,1992).
Bagi tumor-tumor yang telah menyebar keluar dari ovarium tersebut, tindakan pembedahan mulanya adalah dalam bentuk sitoreduktif dimana tumor yang tidak dapat disembuhkan melaui pembedahan dikeluarkan sebagian untuk mempertinggi kemampuan terapi lanjutan. Tujuan dari pembedahan sitoreduktif atau debulking adalah mengangkat bila mungkin uterus, kedua adneksa, ometum dan memperkecil massa tumor di rongga abdomen. Adapun alasan utama yang mendorong melakukan pembedahan sitoreduktif untuk mengurangi besarnya tumor adalah untuk membuat tumor tersebut peka terhadap terapi lanjutan yakni kemoterapi. Pada kanker stadium lanjut sering dijumpai anatomi pelvis sukar dikenal karena tertutupi massa tumor. Pada keadaan demikian maka pengangkatan tumor dilakukan secara retroperitoneal. Ruang retroperitoneal bilateral dibuka dengan memotong peritoneum parietal latero-posterior dari vena iliaka eksterna. Kedua ureter diidentifikasi ketika melewati bifurkasio arteri iliaka komunis. Kemudian kedua ligamentum infudibupolopelvikum dipotong dan diikat untuk mengurangi pendarahan. Pengangkatan tumor di daerah pelvis dipermudah dengan meneruskan insisi peritoneum ke depan sampai bertemu di atas kandung kencing, sedangkan insisi peritoneum dibelakang bertemu didepan rektum dan sakrum. Peritoneum yang telah terkena biasanya dapat di reseksi dari otot kandung kencing dan rektum. Setelah arteri uterina di ikat dilakukan histerektomi total atau subtotal sebagai kalanjutan pengangkatan massa tumor. Histeroktomi subtotal lebih dianjurkan bila kavum douglasi penuh massa tumor, untuk menghindari kemungkinan pertumbuhan tumor kelak pada tunggul vagina. Bila tumor telah menyerang rektum, kolon sigmoid atau mesenterium sigmoid, perlu dilakukan reseksi anterior rendah dari kolon. Kelenjar getah bening pelvik dan paraaorta yang membesar diangkat, kemudian dilakukan reperitonisasi pelvik; bila hal ini tidak mungkin maka kolon sigmoid dan sektum sapat digunakan untuk membantu menutup pelvis. Perhatian kemudian dialihkan ke rongga abdomen bagian atas, bila tidak ada keterlibatan yang mencolok dari omentum maka cukup dilakukan omentektomi infrakolika, tetapi bila ditemukan omental cake maka dilakukan omentektomi total. Reseksi terbatas pada usus kecil dapat dilakukan bila didapatkan massa tumor pada masenterium atau telah ditemukan infiltrasi keluar batas serosa. Karena ileus merupakan komplikasi yang sering dijumpai, maka pemasangan gastrostony tube akan sangat membantu kenyamanan pasien pasca bedah. Bila kandung kencing terkena infiltrasi tumor, dilakukan sistektomia partialis. Bila bagian distal ureter yang terkena, dilakukan reseksi ureter distal dan selanjuttnya dilakukan pembedahan rekonstruksi traktus urinarius (ureterosistostomik atau transureterkutaneustomi) . setelah dilakukan reseksi tumor , rongga peritonium dicuci dengan NaCl san dinding abdomen ditutup dengan jahitan Smead-Jones. Pemasanagn drain sebaiknya dihindari, tetapi bila dianggap menguntungkan dapat digunakan yang berukuran 10mm. Adalah penting bahwa ahli bedah dengan teliti mencatat tempat dan ukuran dari semua nodul tumor yang tertinggal setelah selesai pembedahan (Sjamsuddin,1992).
Pembedahan sitoreduktif dinyatakan optimal bila diameter terbesar sisa tumor kerang dari 1 cm. Angka ketahanan hidup 5 tahun di dapatkan sebanyak 30% bila diameter sisa tumor kurang dari 1 cm, dibandingkan 2% bila diameter sisa tumor lebih dari 1cm (Sjamsuddin,1992).


Pembedahan sekunder
Pembedahan sekunder terbagi atas 2 yakni:
1.    Pembedahan primer ulang. Dilakukan bila pembedahan pertama kurang adekuat, baik dalam penentuan stadium maupun pengangkatan massa tumor yang kurang optimal. Atau bila tumor dinyatakan operabel setelah pemberian kemoterapi.
2.    Pembedahan sekunder setelah pemberian kemoterapi (second-look laparotomy). Dilakukan apabila pemberian kemoterapi tampak memberikan hasil yang memuaskan secara klinik , tetapi masih diragukan apakah tumor/sisa tumor telah benar-benar dapat dihilangkan. Hal ini dilakukan karena cara-cara non-invasi yang tersedian saat ini belum mampu mendeteksi sisa-sisa tumor yang kecil di rongga abdomen.prosedur pembedahan ini sama dengan pembedahan primer (Sjamsuddin,1992).
2.      Kemoterapi
Evolusi kemoterapi pada kanker ovarium stadium lanjut selama lebih dari 30 tahun semakin bermanfaat. Kanker ovarium adalah satu tumor maligna solid pertama yang menunjukkan respon terhadap kemoterapi. Efektifitas berbagai kemoterapi telah ditunjukkan dalam bentuk angka respon (biasanya respon komplit atau parsial), angka second-look negatif, dan median survival. Semua ukuran hasil akhir tersebut adalah subyek error dan walaupun yang paling reliable adalah median progression-free survival dan median overall survival.
o   Docetaxel
Mekanisme Aksi : Merupakan racun spindle ® mencegah penggabungan tubulus dengan monomer tubulin.  Kontra Indikasi : Hipersensitifitas berat terhadap Docetaxel atau Polisorbat 80, jumlah neutrofil kurang dari 1500 sel/mm³ kerusakan hati berat, hamil & menyusui. Efek Samping : Neurotoksik dan depresi sutul.
o   Paclitaxel
Mekanisme Aksi  : Merupakan racun spindle ® mencegah penggabungan tubulus dengan monomer tubulin. Kontra Indikasi : Neutropenia ( kurang lebih 1500 sel per mm³ ), Hamil dan laktasi. Efek Samping : netropenia, trombositopenia, neuropati perifer, dan reaksi hipersensitif (selama infuse).
o   Cyclophosphamide
Mekanisme Aksi: merilis acrolein (penyebab haemorrhagic cystitis) ® dijerat oleh mercaptoethanesulfonate (mesna) ® insidens menurun. Kontra Indikasi: Hipersensitif dan haemorrhagic cystitis (radang kandung kemih. Kelainan tulang belakang. Kehamilan & menyusui. Efek Samping: gangguan GIT, mielosupresi, alopecia, disfungsi jantung, toksisitas pulmoner, sindroma gangguan sekresi ADH.
o   Cisplatin
Mekanisme Aksi : Cisplatin bekerja sebagai anti kanker dengan cara menempelkan diri pada DNA (deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap cisplatin dan komponen platinum lain, kehamilan, menyususi, adanya depresi sumsum tulang yang berat, gangguan fungsi ginjal, dan sistem hematopieti. Efek Samping : gangguan GIT, hematotoksik ringan, neurotoksik (neuritis perifer, kerusakan saraf akustik).
3.      Radioterapi
Teknik terapi radiasi mencakup instilasi kromium fosfat radioaktif ke intraperitoneal dan radiasi external-beam ke abdomen dan pelvis. Pasien dengan karsinoma epithelial ovarium yang dipilih untuk mendapat irradiasi pasca operasi harus mendapat terapi pada seluruh abdomen dan juga radiasi padapelvis. Lapangan terapi yang luas ini didasarkan pada analisis terhadap kekambuhan pasca irradiasi pada tumor stadiumI dan II, yang menunjukkan bahwa sebagian besar kekambuhan atau rekurensi terjadi diluar pelvis. Tidak ada penutup pada pelvis, dan sel-sel maligna akan meluruh dari tumor ovarium primer dan bersirkulasi melalui seluruh rongga abdomen. Penyebaran limfatik juga mungkin terjadi (Gondo).
Dua teknik terapi radiasi yang berbeda telah digunakan untuk irradiasi abdomen. Biasanya digunakan portal yang besar, dengan dosis 2500-3000 cGy diberikan selama 4-5 minggu ke seluruh abdomen. Ginjal dan kemungkinan lobus kanan hepar dilindungi untuk membatasi dosis hingga 2000-25000 cGy. Biasanya prosedur ini menyebabkan mual dan muntah, dan terapi biasanya terganggu (Gondo). Terapi radiasi sebagai terapi lini kedua pada pasien dengan kemoterapi persisten atau kanker oarium rekuren semakin banyak pendukungnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terapi radiasi sebagai bagian dari terapi inisial telah ditinggalkan dan lebih dipilih kemoterapi. Yang mendorong ketertarikan kembali pada terapi radiasi lini kedua adalah bahwa kemoterapi lini kedua tidak bermanfaat. Cmelak dan Kapp melaporkan, pengalamannya dengan 41 pasien yang gagal merespon kemoterapi (Gondo).
4.      Monoclonal antibody
Terapi antibodi monoklonal merupakan bentuk pasif dari imunoterapi, karena antibodi dibuat dalam kuantitas besar di luar tubuh (di laboratorium). Jadi terapi ini tidak membutuhkan sistem imun pasien untuk bersikap aktif melawan kanker.
Antibodi diproduksi secara masal dalam laboratorium dengan menggabungkan sel myeloma (tipe kanker sumsum tulang) dari sel B mencit yang menghasilkan antibodi spesifik. Sel hasil penggabungan ini disebut hybridoma.  Kombinasi sel B yang bisa mengenali antigen khusus dan sel myeloma yang hidup akan membuat sel hibridoma menjadi semacam pabrik produksi antibodi yang tidak ada habisnya. Karena semua antibodi yang dihasilkan identik, berasal dari satu (mono) sel hibridoma, mereka disebut antibodi monoklonal (kadang disingkat MoAbs atau MAbs).
Ilmuwan bisa membuat antibodi monoklonal yang mampu bereaksi dengan antigen spesifik berbagai jenis sel kanker. Dengan ditemukannya lebih banyak lagi antigen kanker, berarti akan semakin banyak antibodi monoklonal yang bisa digunakan untuk terapi berbagai jenis kanker.  Uji klinis terapi dengan antibodi monoklonal kini mengalami kemajuan pada hampir semua jenis kanker (http://www.majalah-farmacia .com/rubri k/one_news_print.a sp?IDNews =282 ).
Pada kanker ovarium dapat digunakan  monoklonal (OV632) untuk mendeteksi ovarium Antigen Karsinoma pada sampel manusia. monoklonal (OV632) telah berhasil digunakan dalam imunohistokimia (beku) aplikasi. Anti-ovarium Carcinoma Antigen Antibodi monoklonal (OV632) imunogen adalah dari cairan kista dari kistadenokarsinoma serous( http://www.theantibodyshop.com/primary_antibody/anti-ovarian-carcinoma-antigen-monoclonal-antibody-ov632 ).



BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu:
1.      Kanker ovarium (indung telur) adalah tumor ganas pada ovarium yang salah satu penyebarannya melalui pembuluh darah ke hati (liver) dan paru-paru
2.      Seorang wanita yang bernama Ibu Ina, 55 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan rasa tak nyaman dan kembung di bagian perutnya. Dia didiagnosis Ca Ovarium 10 bulan yang lalu dan telah menjalani kemoterapi dengan Cisplatin / Cylophospamide sampai siklus ke 6. Selain itu juga diberi Ferrous sulfate 325mg PO TID.
3.      Treatment disease pada  kanker ovarium disesuaikan dengan stadium kanker ovarium yang diderita.
4.      Pengobatan kanker ovarum dapat dilakukan dengan cara operasi, kemoterapi, radioterapi dan monoclonal antibody.

 





DAFTAR PUSTAKA
Benedet JL, Hacker NF, Ngan HYS. Staging classification and clinical practice guidelines of gynaecologic cancers. FIGO Committee on Gynecologic Oncology and IGCS Guidelines. 2nd ed. Elsevier; 2003. p.92–114.
Stirrat GM, Mills MS, Draycott TJ. Ovarian neoplasma. In: Obstetrics and gynaecology. British: Churchill Livingstone; 2003. p.308–17.
Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
Widayati P, Agus A, Wening L,. 2009. Produksi Kit Immunoradiometricassay (Irma) Ca-125 Untuk Deteksi Dini Kanker Ovarium. “Jurnal Ilmu Kefarmasian”. Vol. 7, No. 2 Issn 1693-1831. Pusat Radioisotop Radiofarmaka (Prr)-Batan. Tangerang.
Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.
Sjamsuddin S,.1992. manajemen pembedahan pada kanker ovarium.” Majalah kedokteran”. Vol. 42 No. 12. Fakultas kedokteran UI : Jakarta.
Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler Obor. Jakarta.

SUMBER INTERNET
Diakses 10 Desember 2012.

Diakses 10 Desember 2012
http://www.majalah-farmacia .com/rubri k/one_news_print.a sp?IDNews =282

Tidak ada komentar:

Posting Komentar