Corynebacterium diphtheriae
Difteria merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheriae. Lesi primer biasanya terdapat pada tenggorokan atau nasofaring dan
dicirikan dengan adanya penyebaran pertumbuhan pseudomembranosa keabu-abuan.
Bakteri berbiak pada tempat tersebut, dan mengeluarkan eksotoksin yang dibawa oleh
darah ke berbagai jaringan tubuh, menyebabkan hemoragik dan kerusakan nekrotik pada
berbagai organ. Strain C. diphtheriae toxigenik dan nontoxigenik dapat menyebabkan
penyakit, hanya strain yang menghasilkan toksin yang menyebabkan manifestasi sistemik
yang sering berhubungan dengan penyakit yang berat atau mematikan.
C. diphtheriae merupakan bakteri bentuk batang ramping, gram-positif, yang tidak
tahan-asam dan tidak membentuk spora. Sel berukuran 0,5-1,0 (m. Pada apusan
pewarnaan, terlihat sebagai sel tunggal, atau palisade (pagar) dan satu dengan yang
lainnya membentuk formasi sudut V atau L. Formasi mirip-huruf Cina ini disebabkan
oleh "snapping" pergerakan yang dilibatkan ketika dua sel membelah. Bentuk C.
diphtheriae secara umum berupa batang ketika tumbuhpada media nutrisi yang lengkap.
C. diphtheriae merupakan bakteri aerobik dan anaerobik fakultatif, tetapi tumbuh
baik dalam keadaan aerobik. Untuk isolasi primer dan karakterisasi dibutuhkan media
lengkap. Sebagian besar strain tumbuh sebagai waxy pellicle (membran tipis bergelatin)
pada permukaan media cair. Pada media serum Loffler, setelah inkubasi selama 12-24
jam dengan suhu 37oC, koloni terlihat putih keabu-abuan bercahaya, berukuran kecil.
A. Penentu Patogenisitas
a. Invasiveness.
Invasiveness merupakan faktor selain toksin yang diperlukan untuk
membantu keberadaan patogen ini pada manusia, karena strain C. diphtheriae toxigenik
dan nontoxigenik mampu berkolonisasi pada membran mukosa. Hubungan yang tepat
faktor tersebut dalam patogenesis penyakit, digambarkan sebagai keadaan sakit. Sebagai
tambahan, antigen K permukaan ,bakteri ini mengandung cord factor yang dianggap
sebagai tambahan virulensi. Cord factor merupakan glikolipid toksik, diester 6-6'
trehalosa yang mengandung asam mikolat ciri C. diphtheriae, asam corynemikolat
(C32H62O3), dan asam corynemykolenat (C32H64O3). Aktivitas farmakologik cord
factor C. diphtheriae serupa dengan cord factor M. tuberculosis. Pada mencit,
menyebabkan kerusakan mitokondria, penurunan respirasi dan fosforilasii dan
menyebabkan kematian.
Faktor lain yang mendukung kemampuan invasif C. diphtheriae yaitu
neuraminidase dan liase N-asetilneuraminat.Melalui pemecahan asam N-asetilneuraminat
yang diuraikan dari lingkungan berlendirnya, enzim ini dapat menyediakan sumber
energi untuk bakteri selama menempati membran mukosa.
b. Exotoxin.
Pada difteria, produksi toksin oleh C.diphtheriae merupakan faktor penentu
biokimia utama dalam menentukan patogenesis infeksi dan penting untuk semua efek
sistemik patologik.
Produksi toksin dan Lisogeni. Toksin hanya dihasilkan oleh C. diphtheriae yang
terinfeksi oleg bakteriofaga temperat yang membawa struktur gen untuk produksi toksin.
Strain nontoxigenik dapat berubah menjadi lisogenik, keadaan toksigenik melalui infeksi
dengan corynefaga tox+. Perubahan ke arah toksigenitas, tidak mutlak sebagai sifat
corynefaga. Meskipun sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa produksi toksin
disebabkan oleh corynefaga (, tapi pada sejumlah corynefaga yang berbeda secara
serologik dan genetiik juga terdapat gen tox.
Produksi toksin oleh strain lisogenik tidak membutuhkan pertumbuhan litik faga.
Gen tox dapat diekspresikan ketika corynebakteriofaga ( terdapat pada C. diphtheriae
sebagai faga yang berreplikasi secara vegetatif, sebagai profaga, atau sebagai suatu
superinfeksi, nonreplicating exogenote dalam sel lisogenik imun. Dalam keadaan normal,
pada nasofaring manusia, gen tox mempunyai nilai daya tahan hidup untuk faga dan
C. diphtheriae.
Produksi toksin dibantu oleh kondisi pertumbuhan, khususnya besi anorganik
dalam medium. Toksin difetria dihasilkan pada tingkat maksimum hanya selama fase
menurun dari siklus pertumbuhan bakteri, ketika besi menjadi substrat pembatas.
B. Epidemiologi
Difteria menyebar luas di seluruh dunia, tetapi saat ini di Amerika Serikat dan
Eropa Barat hampir tidak terdapat. Pada beberapa negara berkembang, dimana bayi
terimunisasi kurang dari 10%, diperkirakan hampr 1 juta kematian disebabkan oleh
difteria.
Inang alami C. diphtheriae hanya manusia jadi merupakan reservoir infeksi yang
nyata. Carrier tanpa-gejala dan orang dengan tahap inkubasi penyakit merupakan sumber
utama infeksi. Habitat primer C. diphtheriae pada saluran pernafasan atas, dari tempat ini
bakteri ditularkan dari orang-ke-orang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan melalui droplet infeksi merupakan mekanisme utama transfer pada penyakit
pernafasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar