sediaan obat
salep
Bentuk sediaan adalah bentuk
formulasi obat hingga didapat suatu produk yang siap untuk diminum atau dipakai
oleh penderita supaya tercapai efek terapi yang diinginkan
A.
Pengertian Salep
Menurut
Farmakope Indonesia Edisi III:
Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan
digunaka untuk pemakaian luar. Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah
padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Menurut
DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran
dilatan yang penting. Menurut
Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal,
salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga
membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut
Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan,
umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau
tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).
Kerugian
salep misalnya pada salep basis hidrokarbon
- sifatnya
yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci
oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
- Hal
ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon
jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan
lotion.
- Sedangkan pada basis lanonin,
kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai
pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil
dengan adanya air.
- Keuntungan
salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih
mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai
sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep
berminyak.
Fungsi salep adalah :
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat
untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu
mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit (
Anief, 2005).
Persyaratan salep menurut FI ed III
a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan
untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah
10 %.
c. Dasar salep
d. Homogenitas, Jika salep dioleskan
pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan
susunan yang homogen.
e. Penandaan,pada etiket harus tertera
“obat luar” (Syamsuni, 2005).
Salep yang baik memiliki sifat –
sifat sebagai berikut :
a. Stabil : baik selama distribusi,
penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas terkait dengan kadaluarsa, baik
secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan zat
aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu,
kelembaban, cahaya, udara, dan lain sebagainya.
b. Lunak : walaupun salep pada umumnya
digunakan pada daerah/wilayah kulit yang terbatas, namun salep harus cukup
lunak sehingga mudah untuk dioleskan.
c. Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep
harus memiliki konsistensi yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila
terlalu kental, salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan
mudah mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d. Protektif : salap – salep tertentu
yang diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki kemampuan melindungi
kulit dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar
matahari.
e. Memiliki basis yang sesuai : basis
yang digunakan harus tidak menghambat pelepasan obat dari basis, basis harus
tidak mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang tidak dikehendaki.
f. Homogen : kadar zat aktif dalam
sediaan salep cukup kecil, sehingga diperlukan upaya/usaha agar zat aktif
tersebut dapat terdispersi/tercampur merata dalam basis. Hal ini akan terkait
dengan efek terapi yang akan terjadi setelah salep diaplikasikan ( Saifullah,
2008 : 63, 64 ).
·
Suatu
dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Tidak
menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2.
Di
dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3.
Tidak
merangsang kulit.
4.
Reaksi
netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5.
Stabil
dalam penyimpanan.
6.
Tercampur
baik dengan bahan berkhasiat.
7.
Mudah
melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8.
Mudah
dicuci dengan air.
9.
Komponen-komponen
dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10.
Mudah
diformulasikan/diracik
Kualitas dasar salep meliputi:
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati.
Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan
kelembaban yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan
seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit
yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe
emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar
salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang
mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus
terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan
(Anief, 2005).
Salep
dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya
dan formularium nasional antara lain:
Menurut
konsistensi, salep di bagi :
a) Unguenta : Salep yang memiliki
konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah
dioleskan
b) Krim ( cream ): Salep yang banyak
mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c) Pasta : Salep yang mengandung lebih
dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal karena merupakan
penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
d) Cerata Salep berlemak yang
mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih
keras ( ceratum labiale ).
e) Gelones / spumae/ jelly : Salep yang
lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa
; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri
dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum
10% dengan air mendidih).
Menurut
sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
a) Salep epidermik ( epidermic ointment,
salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek
lokal dan untuk meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ;
kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salep yang baik
untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b) Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui
kulit, tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk
melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak
lemak.
c) Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai
efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodida
atau belladona.
Menurut
dasar salepnya:
a) Dasar salep hidrofobik.
Salep
yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases):
tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak,
malam.
b) Dasar salep hidrofilik.
Salep
yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe o/w.
B.
Bahan Dasar Pembuatan salep
Salep dasar adalah zat pembawa dengan
massa lembek, mudah dioleskan, umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang
telah mempunyai massa lembek atau zat cair, zat padat yang terlebih dahulu
diubah menjadi massa yang lembek. Jika dalam komposisi tidak disebutkan salep
dasar, maka dapat digunakan vaselin putih. Jika dalam komposisi disebutkan
salep dasar yang cocok.
Pemilihan salep dasar yang dikehendaki
harus disesuaikan dengan sifat obatnya dan tujuan penggunaannya.
·
Salep Dasar-I
Salep
dasar –I umunya digunakan vaselin putih, vaselin kuning, campuran terdiri dari
50 bagian Malam putih dan 950 bagian vaselin putih, campuran terdiri dari 50
bagiian Malam kuning dan 950 bagian vaselin kuning atau salep dasar lemak
lainnya seperti minyak lemak nabati, lemak hewan atau campuran Parafin cairr
dan Parafin padat. Salep dasar-I sangat lengket pada kulit dan sukar dicuci;
agar mudah dicuci dapat ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang sesuai.
·
Salep Dasar-II
Salep
Dasar-II umumnya digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak bulu domba
terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30
bagian kolesterol, 30 bagian stearilalkohol, 80 bagian Malam putih dan
860 bagian vaselin putih, atau salep dasar sarap lainnya yang cocok. Salep
dasar-II mudah menyerap air.
·
Salep Dasar-III
Salep
dasar-III dapat digunakan ca,puran yang terdiri dari 0,25 bagian Metil paraden,
0,15 bagian Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120 bagian
Propilenglikol, 20 bagian Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air secukupnya
hingga 1000 bagian, atau salep dasar emulsi lainnya yang cocok. Salep dasar-III
mudah dicuci.
·
Salep Dasar-IV
Salep
dasar-IV dapat digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian poliglikol 1500,
40 bagian poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol secukupnya hingga
100 bagian, atau salep dasar larut lainnya yang cocok.
Berdasarkan komposisi
dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
Dasar
salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
-
Vaselin putih,Vaselin kuning.
-
Campuran Vaselin dengan malam putih,
malam kuning.
-
Parafin encer, Parafin padat.
-
Minyak tumbuh-tumbuhan
Dasar
salep serap, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
-
Adeps lanae
-
Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70
bagian minyak wijen Hydrophilic petrolatum 86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl
alcohol, dan 3 kolesterol(IMO,52-53)
Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam
dasar salep,Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada
dalam vaselin. Champora, Mentholum,
Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih
mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila
dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan
tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin
sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.
Champora dapat dihaluskan dengan
tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu
ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya
menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur
dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit
(IMO,hal 55)
Salah satu macam salep adalah salep mata
yang digunakan pada mata. Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi
mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan
aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
Vaselin merupakan dasar salep mata yang sering banyak digunakan. Beberapa dasar
salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan
dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan
dasar seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi
tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata( Anonim,1995 : 12, 13 )
Salep mata harus mengandung bahan atau
campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba
yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu
penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri
sudah bersifat baktriostatik. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep
berbentuk larutan atau serbuk halus. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan
steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep harus tertutup rapat dan
disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama ( Anonim, 1995 : 12 ).
Sulfasetamid adalah senyawa antibakteri
golongan sulfonamide yang mempunyai spectrum luas dan banyak digunakan terhadap
bermacam – macam penyakit infeksi oleh kuman gram positif maupun negative,
salahsatunya pada infeksi mata yang disababkan oleh kuman – kuman yang peka
terhadap sulfonamide. Sulfasetamid merupakan sulfonamide aksi pendek yang
mempunyai aktivitas bakterisid ( Tjay, 2002 : 22 ).
C. Cara Pembuatan
Salep
umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep dasar.
Ada
beberapa metode pembuatan salep, yaitu;
- Metode
Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk
sampai membentuk fasa yang homogeny.
- Metode
Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan
dipakai atau dengan salah satu zat
pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan
lain;
- Zat
yang dapat larut dalam basis salep :(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)Ã mudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat
+sebagian basis (sama banyak)à dihomognekanà ditambah sisa basis
- Zat
yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan
obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu
dalam air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
- Salep
yang dibuat dengan peleburan
-
Dalam
cawan porselen
-
Salep
yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air
ditambahkan terakhir)
-
Bila
bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu dikolir (disaring dengan
kasa)Ã dilebihkan 10-20%
Cara pembuatan
salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
·
Zat padat
a. Zat
padat dan larut dalam dasar salep.
1. Camphorae
-
Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah
dicairkan didalam pot salet tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya).
-
Jika dalam resepnya terdapat minyak
lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut.
-
Jika dalam resep terdapat salol, mentol,
atau zat lain yang dapat mencair jika
dicampur (karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair,
baru ditambahkan dasar salepnya.
-
Jika camphorae itu berupa zat tunggal,
camphorae ditetesi lebih dahlu dengan eter atau alcohol 95%, kemudian digerus
dengan dasar salepnya.
2. Pellidol
-
Larut 3% dalam dasar salep, pellidol
dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep
disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada
penimbangannya sebanyak 20%).
-
Jika pollidol yang ditambahkan melebihi
daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang sudah dicairkan.
3. Lodium
-
Jika kelarutannya tidak dilampaui,
kerjakan seperti pada camphorae
-
Larutkan daalam larutan pekat KI atau
NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari Ph. Belanda V).
-
Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut,
baru ditambahkan dasar salepnya.
b. Zat
padat larut dalam air
1. Protargol
2. Colargol
3. Argentums nitrat (AgNO3)
Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air
karna akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh
terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.
4. Fenol/fenol
Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna
akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti
dengan penol liquidfactum.
c. Bahan
obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
1. Argentums
nitrat
2. Fenol
3. Hydrargyri bichloridum
4. Chrysarobin
5. Pirogalol
6. Stibii et kalii tartrans
7. Oleum iocoris aselli
8. Zinc sulfat
9. Antibiotik (misalnya penisilin)
10. Chloretum auripo natrico
d. Bahan
yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.
1. Ichtyol
2. Balsam-balsem
dan minyak yang mudah menguap
3. Air
4. Gliserin
5. Marmer
album
e. Zat
padat tidak larut dalam air
Umumnya dibuat serbuk halus lebih
dahulu.
·
Zat Cair (Sebagai pelarut bahan obat)
1. Air
-
Terjadi reaksi
-
Tak terjadi reaksi
2. Spiritus/etanol/alcohol
-
Jumlah sedikit
-
Jumlah banyak
3. Cairan
kental
Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit.
Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida, balsam peruvianum, ichtyol,
kreosot.
·
Bahan berupa ekstak/extraktum
a. Extraktum
siccum/kering
b. Exractum
spissum/kental
c. Extractum
liquidum
·
Bahan-bahan lain
a. Hydrargyrum
b. Naphtolum
c. Bentonit
Kerugian Basis Hidrokarbon
- sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada
pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari
permukaan kulit.
- Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah
terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan
emulsi seperti krim dan lotion.
Ada beberapa metode pembuatan salep,
yaitu;
zat pembawa dan zat berkhasiat
dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogen
zat yang tidak larut dicampur dengan
sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian
dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
- Zat yang dapat larut dalam basis salep
(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)Ã mudah larut dalam minyak lemak (vaselin)
Zat berkhasiat +sebagian basis (sama
banyak)à dihomognekanà ditambah sisa basis
- Zat yang mudah larut dalam air dan stabil
Bila masa salep mengandung air dan
obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam
air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air,
- Salep yang dibuat dengan peleburan
–
Dalam cawan porselen
–
salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya
(air ditambahkan terakhir)
–
Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang
meleleh perlu dikolir (disaring dengan kasa)Ã dilebihkan 10-20%.
Masalah
inkompatibilitas obat (tidak tercampurkannya suatu obat),yaitu
pengaruh-pengaruh yang terjadi jika obat yang satudicampurkan dengan yang
lainnya.Inkompatibilitas obat dapat dibagi atas 3 golongan :
I.
Inkompatibilitas
terapeutik.
Inkompatibilitas
golonganini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu dicampur/dikombinasikan
dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-perubahan demikian rupa hingga
sifat kerjanya dalamtubuh (in vivo) berlainan daripada yang diharapkan.
Hasilkerjanya kadang-kadang menguntungkan, namun dalambanyak hal justru
merugikan dan malah dapat berakibat fatal.Sebagai contoh :Absorpsi dari
tetrasiklin akan terhambat bila diberikanbersama-sama dengan suatu antasida
(yang mengandungkalsium, aluminium, magnesium atau bismuth). Fenobarbital
dengan MAO inhibitors menimbulkan efek potensiasi daribarbituratnya. Kombinasi
dari quinine dengan asetosal dapatmenimbulkan chinotoxine yang tidak dapat
bekerja lagiterhadap malaria.
Mencampur
hipnotik dan sedatif dengankafein hanya dalam perbandingan yang tertentu saja
rasionil.Pun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagaiantibiotik tanpa
indikasi bakteriologis yang layak sebaiknyatidak dianjurkan
II. Inkompatibilitas fisika.
Yang dimaksudkan di sini adalah
perubahan-perubahan Yang tidak
diinginkan yang timbul pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa
terjadiperubahan-perubahan kimia. Meleleh atau menjadi basahnya campuran
serbuk.²Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukantidak dapat
bercampur secara homogen.²Penggaraman (salting out).²Adsorpsi obat yang satu
terhadap obat yang lain.
III.Inkompatibilitas kimia
Yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu
pencampuran obat yang disebabkanoleh berlangsungnya reaksi
kimia/interaksi.Termasuk di sini adalah : Reaksi-reaksi di mana terjadi senyawa
baru yang mengendap. Reaksi antara obat
yang bereaksi asam dan basa. Reaksi yang terjadi karena proses
oksidasi/reduksi maupunhidrolisa. Perubahan-perubahan warna.²Terbentuknya gas
dll
Resep
standar sediaan salep
ACIDI
SALYCYLICI SULFURIS UNGUENTUM
Salep
Asam Salisitat Belerang
Komposisi : Tiap 10 g mengandung :
Acidum Salicylicum : 200 mg
Sulfur :
400 mg
Vaselinum album hingga : 10 g
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Dosis : 3 sampai 4 kali sehari,
dioleskan
Uraian Bahan
a.
Acid
Salicylic
1. Nama
Latin : Acidum Salycylicum
2. Sinonim : Asam Salisilat
3. Berat
molekul : 138,12
4. Rumus
kimia : C7H6O3
5.
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
berwarna
putih;
hamper tidak berbau; rasa agak manis dan tajam
6.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol
(95%)
P; mudah larut dalam klorofrom P dan dalam eter P;larut dalam ammonium asetat
Pdinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat Pdan natrium sitrat P.
7.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
8.
Khasiat :
Keratolitikum, anti fungi.
b.
Sulfur
1. Nama
Latin : Sulfur Praecypitatum
2. Sinonim : Belerang endap
3. Berat
molekul : 32,06
4. Pemerian
: tidak berbau tidak
berasa
5. Kelarutan
: Praktis tidak larut
dalam air, sangat mudah
larut dalam
kardondisulpisa P,sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat sukar larut dalam
etano (95%) P.
6. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
7. Khasiat
: Penggunaan
antiskabies
c.
Vaselin
album
1. Nama
Latin : Vaselinum album
2. Sinonim : Vaselin putih
3. Pemerian
: Massa lunak,lengket,
bening, putih ;sifat ini
tetap
setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
4. Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air, dan dalam
etanol (95% ) P, larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan eterr minyak tanah P, larutan kadang-kadang
beropalesensi lemah
5. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
6. Khasiat
: Penggunaan zat
tambahan
Cara Kerja Bahan Obat
-
Asam
salisilat adalah keratolitik agent yang sangat poten sehingga
dapat meningkatkan penetrasi obat lain dan sering dikombinasikan dengan sulfur,
bersifat antifungi dan antibakteri lemah. Asam salisilat sebgai keratolitik
agent dipakai dosis 12%, diharapkan dengan dosis yang lebih tinggi dari Pagoda
Salep sebelumnya ini akan memberika efek keratolitik yang luat dan lebih
efektif.
-
Sulfur
praecipitatum fungsi utamanya adalah sebagai
keratolitik agent yaitu suatu zat yang dapat menghilangkan sisik-sisik kulit
yang kasar atau melunakkan/menipiskan lapisan keratin, di samping itu juga
memiliki aktivitas antifungi dan antibakteri lemah. Sulfur sering
dikombinasikan dengan asam salisilat menghasilkan efek keratolitik yang
sinergis. Sulfur dipakai sebesar 10% adalah dosis yang optimal sebagai
keratolotik agent dan merupakan dosis maksimum untuk terapi scabies/kudis
sehingga akan mendapatkan hasil yang efektif.
-
Menthol
dan Champora berfungsi sebagai antiiritan dan
antipruriginosa (menghilangkan rangsang gatal).
-
Keunggulan resep ini adalah salep kulit
yang telah mengalami perbaikan formulasi, dengan meningkatnya kadar Asam
Salisilat menjadi 12% akan menjadikan salep ini lebih efektif dan mempercepat
penyembuhan penyakit kulit.
Pembahasan
Penyakit
kulit yang diakibatkan bakteri dan jamur
(dermatomikosis) adalah penyakit kulit yang paling sering diderita oleh
sebagian masyarakat yang hidup di daerah tropis seperti di Indonesiahal ini
sangat berkaitan dengan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan
kerja sebagian besar bangsa Indonesia di daerah berair atau lembab yang
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan beberapa bakteri. Resep
salep ini adalah obat kulit topikal yang
dapat memenuhi semua criteria Dermatoterapeutika, yaitu pengobatan penyakit
kulit di mana selain zat aktifnya juga ada bahan pembantu sebagai anti bakteri,
antijamur, keratolitik dan antipruriginosa, bentuk sediaan dan cara aplikasinya
sangat berperan dalam kecepatan kesembuhan penyakit kulit ini yang diakibatkan
bakteri dan jamur.
Kegunaan
Untuk
mengobati penyakit kulit seperti: Gatal-gatal di telapak tangan, kaki,
selangkangan paha, kutu air, panu,
kurap, kudis, yang diakibatkan bakteri atau jamur.
Daftar Pustaka
Anief,
Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. 53.
Anonim,
1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 12.
Anonim,
1978, Formularium Nasional, Edisi
Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Saifullah,
T.N, dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi
dan Formulasi Sediaan
Semipadat, Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta. 59. 63.
64
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Tjay,
Tan Hoan , et all, 2000, Obat – Obat Penting,
Elex Media Computindo, Jakarta. 132.