TITRASI KOMPLEKSOMETRI
A. Tujuan
Untuk menentukan kadar kalsium secara
kompleksometri.
B. Dasar Teori
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang
sangat mendasar bagi manusia karena diperlukan terus-menerus dalam kegiatan
sehari-harinya untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, manusia memerlukan sumber
air bersih yang diperoleh dari air tanah dan air permukaan. Namun tidak semua
air baku dapat digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan air minum, hanya air
baku yang memenuhi persyaratan kualitas air minum yang dapat digunakan untuk
air minum (Meidhitasari, 2007).
Kesadahan didefinisikan sebagai konsentrasi pada
banyaknya kation-kation logam didalam larutan, pada kondisi kelewat jenuh,
kation-kation kesadahan dapat bereaksi dengan anion-anion dalam air untuk membentuk
padatan terlarut. Kesadahan dibagi dua yaitu, kesadahan karbonat dan kesadahan
nonkarbonat. Perbedaaan dari keduanya adalah pada anion-anion yang menjadi
ikatannya (Alfian, 2008).
Berdasarkan kandungan anion yang dominan, kesadahan
air dibagi menjadi dua macam yaitu :
a) Kesadahan
sementara atau kesadahan bikarbonat yakni kesadahan dalam bentuk senyawa
kalsium atau magnesium bikarbonat.
b) Kesadahan
bikarbonat atau kesadahan nonkarbonat yaitu kesadahan dalam bentuk senyawa
kalsium atau magnesium sulfat, klorida atau nitrat.
Sementara
yang dimaksud dengan kesadahan total adalah nilai kesadahan sementara ditambah
dengan kesadahan tetap, namun apabila tidak terdapat kesadahan tetap, kesadahan
total sama dengan kesadahan sementara (Hem, 1985).
Kalsium merupakan sebagian dari
komponen yang merupakan penyebab kesadahan sedangkan efek secara ekonomis
maupun terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh kesadahan telah diutarakan,
yakni berupa timbulnya suatu penurunan efektifitas dari kerja sabun. Sementara
itu, adanya Ca dalam air sangat diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan
unsure tersebut. Oleh karenanya, untuk menghindari efek yang tidak diinginkan
akibat dari terlalu rendah atau terlalu tingginya kadar Ca dalam air minum,
ditetapkan standar persyaratan konsentrasi Ca sebagai yang ditetapkan oleh Dep.
Kes. RI sebesar 75-200 ppm.
Persamaan
yang digunakan :
Konsentrasi
Ca =
A
= ml titran EDTA yang digunakan
B
= ml sampel
F
= factor perbedaan antara kadar larutan EDTA
0,01
M menurut standarisasi dengan CaCO3 (Alfian, 2008)
Kompleksometri adalah suatu analisa volumetri yang
didasarkan atas pembentukan senyawa kompleks yang stabil. Analisa ini digunakan
untuk menentukan bermacam-macam kation yaitu : Ca2+, Mg2+, Ni2+, Cu2+ dan
lain-lain. Dengan menggunakan larutan standart kompleks organik dimana
logam-logam tersebut membentuk senyawa-senyawa yang stabil. Banyak kompleks
organik logam yang tidak larut dalam air dan dipakai untuk pemisahan ion-ion
logam. Schwarsen Back telah menemukan asam aminopoly karboksilat dan
garam-garamnya, yang ternyata adalah kompleks yang sangat stabil dan baik.
Tetapi karena asam tersebut sukar larut dalam air, maka dipakai garamnya yaitu
Na-Ethylen Diamine Tetra Acetat (Na2H2EDTA) (Dwita, 2006).
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah :
-
Buret 50 ml
-
Erlenmeyer 250 ml
-
Statif dan klem
-
Botol semprot
-
Gelas ukur 50 ml
-
Labu ukur 50 ml
-
Gelas piala 200 ml
-
Pipet volum 25 ml
-
Pipet ukur 5 ml
-
filler
2.
Bahan
-
Sampel air
-
Larutan dapar Amonia
-
Aquadest
-
Komplekson III 0,05 M (garam dinatrum
dari EDTA)
-
Eriochrom
Black T
D. Prosedur Kerja
|
|
|
-
Dimasukkan
dalam erlenmeyer
-
Di
tambahkan 25 aquadest
- Ditambahkan
5 ml dapar Amonia pH=10
-
Ditambahkan sedikit EBT
-
Dititrasi dengan larutan EDTA
-
Diamati perubahan yang terjadi
-
Dihitung kesadahan totalnya
0,0064
% 0,0128 % 0,1184 %
E. Hasil Pengamatan
1.
Data
Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Sampel air sumur 25
ml + 25 ml aquadest + 5 ml dapar amonia
pH=10 + sedikit EBT
Dititrasi dengan EDTA
|
Warna ungu
Warna biru V= 0,8 ml
|
2
|
Sampel air got 25 ml
+ 25 ml aquadest + 5 ml dapar amonia
pH=10 + sedikit EBT
Dititrasi dengan EDTA
|
Warna ungu
Warna biru V = 1,6 ml
|
3
|
Sampel air keran 25
ml + 25 ml aquadest + 5 ml dapar amonia
pH=10 + sedikit EBT
Dititrasi dengan EDTA
|
Warna ungu
Warna biru V = 14,8
ml
|
2.
Perhitungan
a. Air
sumur
Dik : V EDTA = 0,8 ml
[EDTA] = 0,05
Berat sampel = 25 ml = 25.00 mg
Ar Ca = 40
Dit : kadar Ca = …?
Peny :
Kadar Ca =
x
100 %
=
x
100 %
= 0,0064 %
b. Air
got
Dik : V EDTA = 1,6 ml
[EDTA] = 0,05
Berat sampel = 25 ml =
25.00 mg
Ar Ca = 40
Dit : kadar Ca = …?
Peny :
Kadar
Ca =
x
100 %
=
x
100 %
= 0,0128 %
c. Air
keran
Dik : V EDTA = 14,8 ml
[EDTA] = 0,05
Berat sampel = 25 ml =
25.00 mg
Ar Ca = 40
Dit : kadar Ca = …?
Peny :
Kadar Ca = V EDTA x [EDTA] x Ar
Ca x 100 %
= 14,8 x 0,05 x 40 x 100 %
= 0,1184 %
F. Pembahasan
Titrasi Kompleksometri adalah suatu metode analisa
berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks antar ion logam dengan zat
pembentuk kompleks (liganda). Liganda yang banyak digunakan adalah Dinatrium
Etilen Diamina Tetra Asetat(Na2EDTA). Titrasi kompleksometri dikenal sebagai
reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan
molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan yang tinggi. Selain
titrasi kompleks, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada
ion pusat, disebut ligan, dan didalam larutan air.
Zat yang terlarut dalam air sangat mempengaruhi
kualitas air yang bersangkutan. Salah satu kriteria kualitas air yang
berhubungan dengan zat yang terlarut adalah kesadahan (hardness). Air yang termasuk dalam kriteria air sadah, yaitu
apabila dikonsumsi sebagai air minum akan mempengaruhi kesehatan terutama ada
indikasi pembentukkan batu ginjal.
Pada percobaan ini, dilakukan titrasi kompleksometri
untuk menentukan kadar kalsium yang terlarut didalam ketiga sumber air yaitu
air sumur, air got dan air keran. Pertama-tama ketiga sampel ditambahkan
aquadest, dapar ammonia dan sedikit EBT. Kemudian akan menjadi suatu larutan
berwarna ungu. Setelah itu dititrasi dengan menggunakan EDTA dan akan
mendapatkan titik akhir titrasi berwarna biru dengan volume akhir yang
berbeda-beda tiap sampelnya.
Pada percobaan ini efek pengompleks lain dalam
titrasi EDTA sangat berpengaruh mengingat kecenderungan suatu ion untuk
mengendap sebagai hidroksida atau oksida pada pH yang diperlukan untuk titrasi.
Oleh karena itu, pemakaian masking agent sering
digunakan untuk menjaga ion tetap dalam larutan. Misalnya pada percobaan ini Ca
dititrasi pada pH=10 dengan konsentrasi ion ammonium yang tinggi. Amonia tidak
hanya membufferkan pada pH yang diperlukan tetapi juga menghindarkan terjadinya
hidrolisis. Berarti kesempurnaan reaksi dan titik akhir tidak hanya bergantung
pada pH tetapi juga pada besarnya konsentrasi ammonia. Disini penggunaan
indicator EBT karena sebagian besar titrasi kompleksometri menggunakan
indicator yang bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya
mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indicator yang
demikian disebut indicator metalokromat. Sedangkan pada proses titrasinya digunakan
EDTA sebagai titrannya karena EDTA dapat membentuk senyawa yang kompleks dimana
EDTA dapat bereaksi dengan ion logam yang polyvalent seperti Ca2+ dan
membentuk kompleks kelat yang stabil dan larut didalam air.
Pada percobaan ini didapatkan kandungan kalsium
dalam ketiga sampel yang berbeda-beda yaitu untuk air sumur didapatkan kadar
kalsiumnya sebanyak 0,0064 %, pada air got sebanyak 0,0128 % dan pada air keran
sebanyak 0,1184%.
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat
diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan
percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya jumlah tidak tertentu air,
sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.
G. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa kadar kalsium (Ca) pada air sumur adalah 0,0064 %, air got
0,0128 % dan air keran 0,1184 %.
DAFTAR
PUSTAKA
Hem J.D 1985. Study and Interpretation of the Chemical
Charateristic of Natural Water, 3rd ed, Washington D.C.: United
States Geological Survey Water Supply, Paper 2254. 263 pp.
Meidhitasari, V. 2007. Evaluasi dan Modifikasi
Instalasi Pengolahan Air Minum Miniplan Dago Pakar, Tugas Akhir S1, Prodi Teknik Lingkungan, ITB.
Putra, A dan Khairullah. 2008. “Optimalisasi
Aerasi Diffusi Sebagai Penurunan Sadah Sintetik Air”. Vol. 6 (11). Jurnal
Reaksi, ISSN 1693-248X.
Srihapsari, D. 2006.
Penggunaan
zeolit alam yang telah diaktivasi Dengan larutan HCl untuk menjerap logam-logam
Penyebab kesadahan air.UNS. Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar