Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Minggu, 29 Desember 2013

ASIDI – ALKALIMETRI

ASIDI – ALKALIMETRI
A.    Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan adalah
1. Untuk menetapkan kadar asam lemah dengan menambah pereaksi tertentu untuk menaikkan keasamannya, sehingga dapat dititrasi dengan baku alkali.
2.   Untuk menetapkan kadar senyawa asam yang tidak larut dalam air.

B.     Landasan Teori
Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam). (Khopkar,1990).
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara  di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl. (Day dan Underwood, 1986 )
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada titik tengahnya merupakan titik ekuivalen. (Dirjen POM,1979)
Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang disebut indicator, yaitu suatu senyawa organik yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu. (Lukum,2005)

C.    Alat dan Bahan
Alat
1.      Buret 50 ml
2.      Gelas ukur 100 ml
3.      Erlenmeyer 250 ml
4.      Pipet tetes
5.      Statif
6.      Klem
7.      Gelas kimia


Bahan
1.      Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N
2.      Gliserol netral
3.      Indikator fenolftalein
4.      Asam borat
5.      Asam salisilat
6.      Etanol
7.      Akuades

D.    Prosedur Kerja
1.      Penetapan kadar Asam Borat

 
          asam borat
-          Ditimbang 0,1 g
-          Dilarutkan dalam 15 ml air
-          Ditambahkan 25 ml gliserol

          larutan asam borat
-          Ditambahkan 1 pipet indikator PP
-          Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
-          Diamati perubahan yang terjadi
-          Dicatat hasilnya
          Larutan merah muda



2.      Penetapan kadar Asam salisilat
          Asam salisilat
-          Ditimbang 0,125 g
-          Dilarutkan dalam 7,5 ml etanol
-          Ditambahkan 10 ml air

           lar. asam salisilat
-          Ditambahkan 1 pipet indikator PP
-          Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
-          Diamati perubahan yang terjadi
-          Dicatat hasilnya
   Larutan merah muda
E.     Hasil Percobaan
No.
Perlakuan
Hasil
1.
Asam borat 0,1 g + 15 ml akuades + 25 ml gliserol + indikator PP
Warna larutan bening kekuningan
2.
Titrasi dengan NaOH  0,1 N 20 ml
Warna larutan merah muda

No.
Perlakuan
Hasil
1.
Asam salisilat 0,125 g + 7,5 ml etanol + 10 ml akuades + indikator PP
Warna larutan bening
2.
Titrasi dengan NaOH  0,1 N 11,4 ml
Warna larutan merah muda

 Reaksi yang terjadi :

NaOH + H3BO3        -->         NaH2BO3 + H2O


F.     Pembahasan
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar asam lemah dengan menggunakan sampel Asam Borat (H3BO3)  dan Asam salisilat (C7H6O3)  yang kemudian akan dititrasikan dengan NaOH 0,1 N.
Pada percobaan Asam Borat, sebelum di mulai titrasi adalah berwarna bening kekuning-kuningan. Namun, setelah dititrasi dengan penambahan larutan NaOH sekitar 20 ml dengan konsentrasi 0,1 N maka larutan kemudian berubah menjadi warna Merah muda. Hal ini disebabkan oleh penambahan indicator fenolftalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Namun, Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya.
Hal serupa juga terjadi pada percobaan asam Salisilat, sebelum dititrasi Larutan Asam salisilat berwarna bening. Namun, setelah dititrasi dengan Larutan NaOH sekitar 11,4 ml maka terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh penambahan indicator fenolftalein.
Dari hasil perhitungan di peroleh konsentrasi Asam Borat sebesar 0,066 M dan konsentrasi Asam salisilat sebesar 0,065 M. Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Prinsip titrasi asidi-alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat.

G.    Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa besarnya konsentrasi Asam borat adalah 0,066 M. sedangkan besarnya konsentrasi Asam Salisilat adalah 0,065 M.



DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI press.
Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.

Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar