Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Minggu, 29 Desember 2013

PENETAPAN KADAR METAMPIRON

PENETAPAN KADAR METAMPIRON
A.    Tujuan
Mampu menetapkan kadar metampiron ( antalgin ) secara iodimetri.
B.     Landasan Teori
Titrasi iodimetri adalah metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi yaitu suatu penambahan indicator warna pada larutan yang di uji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji (Pratama, 2004).
Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2¬ sempurna bereaksi dengan antalgin, jika titrasi cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan antalgin sehingga titik akhir lebih cepat tercapai dan hasilnya kurang akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator kanji atau amilum yang memberikan warna biru pada saat terjadinya titik akhir (Sudjadi, 2007).
Dalam  titrasi dikenal dua cara yaitu cara langsung ( iodimetri ) dan cara tidak lanngsung (iodometri ). Cara langsung atau iodimetri, larutan iodium digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada titik ekuivalennya. Namun cara pertama ini jarang digunakan atau diterapkan karena iodium merupakan oksidator lemeh. Dan adanya oksidator kuat akan memberi reaksi samping dengan reduktor tadi. Adanya reaksi  samping  ini mengakibatkan penyimpangan hasil penetapan (Mulyono, 2006).
Antalgin adalah obat yang berhasiat sebagai analgetik, memiliki berat molekul 351,37 gram/mol, larut dalam air dan HCl 0,02 N. Antalgin memiliki zat berbentuk serbuk hablur dan biasanya berwarna putih atau putih kekuningan. Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0 % C13H16N3NaO4S dihitung pada zat yang telah di keringkan (Anonim, 1995).
Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama,. Penggunaan metampiron dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan (seperti rasa terbakar), tinnitus (telinga berdesing/berdenging) anemia aplastik atau gangguan/terhambatnya pembentukan sel darah merah, efek samping lainnya yaitu peradangan didaerah mulut, hidung dan tenggorokan, tremor, shok dan urine berwarna merah, kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis yaitu berkurangnya jumlah graniulosit pada darah (Sartono, 1996).

C.    Alat dan bahan
1.      Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
-          Buret 50 ml
-          Klem dan statif
-          Gelas ukur 50 ml
-          Erlemenyer 250 ml
-          Pipet tetes
-          Gelas kimia 100 ml
-          Gelas kimia  250 ml
-          Lumpang dan mortir
-          Timbangan analitik
-          Tissue
-          Botol semprot
-          Pipet ukur
2.      Bahan
-          Larutan iodium 0,1 N
-          Larutan kanji 0,1 %
-          Larutan asam klorida encer
-          Air murni bebas CO2
-          Antalgin


  1. Prosedur kerja

                                     Antalgin
 

 -       Ditimbang 0,05 gr
-       Dilarutkan dalam aquadest 6,25 ml
                                       -       Diasamkan dengan 0,625 ml HCL
                                        -       Ditambah 1 pipet larutan kanji
                                        -       Dititrasi dengan iodium
                                        -       Dicatat volume iodium yang terpakai

              Kadar Antalgin = 11,67 %
E.     Hasil pengamatan
1)      Tabel pengamatan
Berdasarkan  pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil yaitu :
           
No.
Perlakuan
Hasil
1.
-  Antalgin digerus sampai halus
-  ditimbang sebanyak 50 mg
- dimasukkan kedalam Erlenmeyer + 6,25 ml aquadest + 0,625 ml HCl 0,1 M + indicator kanji sebanyak 1 pipet

Bening
2.
Dititrasi dengan larutan iodium (I2) 0,1 N sebanyak 3,5 ml
Biru



2)      Perhitungan
Diketahui :
                        VI2 = 3,5 ml
                        NI2 = 0,1 N
                        BE = 16,67 %
                        Mg sampel = 50 mg
         Ditanya :
                        Kadar Antalgin = …..?
                  Penyelesaian :
                        Kadar Antalgin =  x 100%
                                                     =  x 100%
                                                     =  x 100%
                                                     = 11,67 %
3)      Reaksi yang terjadi :


NaHSO3  + I2 + H2O     -->            NaHSO4  + 2HI





                                                       

F.     Pembahasan
Titrasi iodimetri adalah titrasi yang memiliki metode reaksi oksidasi anatara iodium sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari system iodine-iodida dimana yang bertindak sebagai  indicatornya adalah larutan kanji. Biasanya titrasi iodimetri dilakukan pada suasana netral sedikit asam dengan pH 5-8.
Antalgin dapat ditentukan kadarnya dengan melakukan titrasi iodimetri karena metode ini cukup akurat untuk menentukan titik akhirnya dengan lebih jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan asam klorida yang encer. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksinya lebih rendah dari sistem larutan iodium.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar antalgin secara iodimetri, penetapan kadar antalgin ini tidak bergantung dengan adanya pH meskipun yang digunakan adalah larutan indikator kanji. Larutan indikator kanji dipilih dalam penetapan kadar, karena apabila larutan kanji dititrasi dengan larutan iodium maka akan membentuk warna biru cerah yang kompleks dan akan memudahkan untuk melihat titik akhir titrasinya.
Pada percobaan ini digunakan antalgin sebanyak 50 mg. Sedangkan  Indikator yang digunakan adalah indikator kanji yang di masukkan kedalam Erlenmeyer dan kemudian dititrasi dengan larutan iodium yang berada didalam buret. Titrasi dilakukan sampai didapatkan titik ekivalen dan titik akhir titrasinya. Titik ekivalen yaitu itu keadaan dimana mol titran sama dengan mol titratnya.
Saat dilakukan proses titrasi dan didiamkan selama beberapa detik dapat terlihat perubahan warna yang terjadi di titrannya namun lama-kelamaan warna kembali seperti semula menjadi warna bening dan pada saat dititrasi kembali dengan larutan iodium terjadi lagi perubahan warna menjadi biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan antalgin tidak mampu mempertahankan pHnya.
Dari hasil titrasi antara larutan antalgin yang telah ditambahkan indicator kanji  dan larutan iodium ini diperoleh titik akhir titrasinya yaitu larutan berwarna biru kehitam-hitaman, hal ini terjadi karena adanya kesalahan pada proses titrasi yaitu kelebihannya ditambahkan larutan iodium pada titran. Seharusnya hasil dari titik akhir titrasinya adalah berwarna biru cerah.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan pada percobaan diatas diperoleh larutan antalgin berwarna biru tua dengan kadar 11,67%.

G.    Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada sampel antalgin kadar metampironnya adalah 11,67 %.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Mulyono. 2006. ”Membuat Reagen Kimia dilaboratorium”. Bumi  Aksana. Jakarta

Pratama. A.dkk. 2004. Aplikasi labview sebagai pengukur kadar vitamin c dalam larutan menggunakan metode titrasi iodimetri. Jurusan Teknik. Fakultas Teknik. UNDIP

Sartono. 1996. Apa sebaiknya yang anda ketahui tentang obat-obat bebas dan bebas terbatas. Edisi kedua, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar