PENETAPAN
KADAR METAMPIRON
A.
Tujuan
Mampu
menetapkan kadar metampiron ( antalgin ) secara iodimetri.
B. Landasan
Teori
Titrasi iodimetri adalah metode pengukuran konsentrasi larutan
menggunakan metode titrasi yaitu suatu penambahan indicator warna pada larutan
yang di uji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat
larutan yang diuji (Pratama, 2004).
Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2¬
sempurna bereaksi dengan antalgin, jika titrasi cepat maka I2 tidak
bereaksi sempurna dengan antalgin sehingga titik akhir lebih cepat tercapai dan
hasilnya kurang akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan
menggunakan indikator kanji atau amilum yang memberikan warna biru pada saat
terjadinya titik akhir (Sudjadi, 2007).
Dalam titrasi dikenal dua cara
yaitu cara langsung ( iodimetri ) dan cara tidak lanngsung (iodometri ). Cara
langsung atau iodimetri, larutan iodium digunakan untuk mengoksidasi reduktor
secara kuantitatif pada titik ekuivalennya. Namun cara pertama ini jarang
digunakan atau diterapkan karena iodium merupakan oksidator lemeh. Dan adanya
oksidator kuat akan memberi reaksi samping dengan reduktor tadi. Adanya
reaksi samping ini mengakibatkan penyimpangan hasil
penetapan (Mulyono, 2006).
Antalgin adalah obat yang berhasiat sebagai analgetik, memiliki berat
molekul 351,37 gram/mol, larut dalam air dan HCl 0,02 N. Antalgin memiliki zat
berbentuk serbuk hablur dan biasanya berwarna putih atau putih kekuningan.
Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0 % C13H16N3NaO4S
dihitung pada zat yang telah di keringkan (Anonim, 1995).
Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama,.
Penggunaan metampiron dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
(seperti rasa terbakar), tinnitus (telinga berdesing/berdenging) anemia
aplastik atau gangguan/terhambatnya pembentukan sel darah merah, efek samping
lainnya yaitu peradangan didaerah mulut, hidung dan tenggorokan, tremor, shok
dan urine berwarna merah, kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis
yaitu berkurangnya jumlah graniulosit pada darah (Sartono, 1996).
C.
Alat
dan bahan
1. Alat
Adapun
alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
-
Buret 50 ml
-
Klem dan statif
-
Gelas ukur 50 ml
-
Erlemenyer 250 ml
-
Pipet tetes
-
Gelas kimia 100 ml
-
Gelas kimia 250 ml
-
Lumpang dan mortir
-
Timbangan analitik
-
Tissue
-
Botol semprot
-
Pipet ukur
2. Bahan
-
Larutan iodium 0,1 N
-
Larutan kanji 0,1 %
-
Larutan asam klorida
encer
-
Air murni bebas CO2
-
Antalgin
- Prosedur kerja
|
- Ditimbang
0,05 gr
- Dilarutkan
dalam aquadest 6,25 ml
- Diasamkan
dengan 0,625 ml HCL
- Ditambah
1 pipet larutan kanji
- Dititrasi
dengan iodium
- Dicatat
volume iodium yang terpakai
Kadar Antalgin = 11,67 %
E.
Hasil
pengamatan
1) Tabel pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil
yaitu :
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
- Antalgin
digerus sampai halus
- ditimbang
sebanyak 50 mg
- dimasukkan
kedalam Erlenmeyer + 6,25 ml aquadest + 0,625 ml HCl 0,1 M + indicator kanji
sebanyak 1 pipet
|
Bening
|
2.
|
Dititrasi dengan larutan iodium (I2) 0,1 N
sebanyak 3,5 ml
|
Biru
|
2)
Perhitungan
Diketahui :
VI2
= 3,5 ml
NI2
= 0,1 N
BE
= 16,67 %
Mg
sampel = 50 mg
Ditanya :
Kadar
Antalgin = …..?
Penyelesaian
:
Kadar
Antalgin = x 100%
= x 100%
= x 100%
= 11,67 %
3)
Reaksi
yang terjadi :
NaHSO3 + I2 + H2O --> NaHSO4 + 2HI |
F.
Pembahasan
Titrasi
iodimetri adalah titrasi yang memiliki metode reaksi oksidasi anatara iodium
sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah
dari system iodine-iodida dimana yang bertindak sebagai indicatornya adalah larutan kanji. Biasanya
titrasi iodimetri dilakukan pada suasana netral sedikit asam dengan pH 5-8.
Antalgin dapat ditentukan kadarnya
dengan melakukan titrasi iodimetri karena metode ini cukup akurat untuk
menentukan titik akhirnya dengan lebih jelas sehingga memungkinkan titrasi
dengan larutan asam klorida yang encer. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang
potensial reduksinya lebih rendah dari sistem larutan iodium.
Pada percobaan ini dilakukan
penetapan kadar antalgin secara iodimetri, penetapan kadar antalgin ini tidak
bergantung dengan adanya pH meskipun yang digunakan adalah larutan indikator
kanji. Larutan indikator kanji dipilih dalam penetapan kadar, karena apabila
larutan kanji dititrasi dengan larutan iodium maka akan membentuk warna biru
cerah yang kompleks dan akan memudahkan untuk melihat titik akhir titrasinya.
Pada percobaan ini digunakan
antalgin sebanyak 50 mg. Sedangkan
Indikator yang digunakan adalah indikator kanji yang di masukkan kedalam
Erlenmeyer dan kemudian dititrasi dengan larutan iodium yang berada didalam
buret. Titrasi dilakukan sampai didapatkan titik ekivalen dan titik akhir
titrasinya. Titik ekivalen
yaitu itu keadaan dimana mol titran sama dengan mol titratnya.
Saat dilakukan
proses titrasi dan didiamkan selama beberapa detik dapat terlihat perubahan
warna yang terjadi di titrannya namun lama-kelamaan warna kembali seperti
semula menjadi warna bening dan pada saat dititrasi kembali dengan larutan
iodium terjadi lagi perubahan warna menjadi biru. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan antalgin tidak mampu mempertahankan pHnya.
Dari hasil
titrasi antara larutan antalgin yang telah ditambahkan indicator kanji dan larutan iodium ini diperoleh titik akhir
titrasinya yaitu larutan berwarna biru kehitam-hitaman, hal ini terjadi karena
adanya kesalahan pada proses titrasi yaitu kelebihannya ditambahkan larutan
iodium pada titran. Seharusnya hasil dari titik akhir titrasinya adalah
berwarna biru cerah.
Dari hasil
pengamatan dan perhitungan pada percobaan diatas diperoleh larutan antalgin
berwarna biru tua dengan kadar 11,67%.
G. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa pada
sampel antalgin kadar metampironnya adalah 11,67
%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Mulyono. 2006. ”Membuat Reagen Kimia dilaboratorium”.
Bumi Aksana. Jakarta
Pratama. A.dkk. 2004. Aplikasi labview sebagai
pengukur kadar vitamin c dalam larutan menggunakan metode titrasi iodimetri. Jurusan
Teknik. Fakultas Teknik. UNDIP
Sartono. 1996. Apa sebaiknya yang anda ketahui tentang
obat-obat bebas dan bebas terbatas.
Edisi kedua, Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sudjadi.
2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar