BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Obat
adalah zat yang dapat digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Obat dalam arti luas
ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi
merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya (ansel, 1985). Tablet merupakan
bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan
bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam
ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan daya aspek
lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral, dan kebanyakan
dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan
lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan
cara sublingual, bukal, atau melalui vagina tidak boleh mengandung bahan
tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral (Ansel, 1989). Tablet
adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi
( Syamsuni, 2006).
Tablet
adalah bentuk sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa atau dengan mencetak
dan mengandung zat obat dengan atau tanpa pengencer yang cocok, zat penghancur,
zat penyalut, zat pemberi warna dan zat pembantu lainnya. Zat pengencer perlu
dalam pembuatan tablet dengan ukuran dan kepadatan yang baik. Ada beberapa
jenis tablet salut untuk beberapa tujuan yang berbeda-beda. Ada yang disebut
tablet salut enteric yang dipakai untuk memungkinkan tablet lewat melalui
lingkungan asam dari lambung dngan aman, dimana obat-obat tertentu dirusak
kedalam cairan yang lebih cocok dari usus halus, dan disana tablet dapat larut
dengan aman. Perbedaan ukuran dan warna dari tablet dalam perdagangan, serta
sering menggunakan monogram dari symbol perusahaan dan nomor kode, memudahkan
pengenalannya oleh orang-orang yang dilatih penggunaanya dan bermanfaat sebagai
tambahan perlindungan bagi kesehatan masyarakat (Ansel, 1989).
Tujuan
utama mendesain bentuk sediaan tablet adalah untuk mengadakan pengaturan dan /
atau perencanaan formulasi untuk mencapai suatu respons terapi yang dihendaki
terhadap zat aktif yang terkandung di dalam formulasi sediaan tablet yang dapat
dibuat dalam skala kecil dan besar dengan mutu sediaan tablet yang
reprodusibel. Untuk memastikan mutu sediaan tablet, banyak cirri yang
persyaratan-sytabilitas kimia dan fisik, keseragaman dosis zat aktif, dapat
mencapai ketersediaan hayati yang dikehendaki, dapat diterima pengguna termasuk
dokter penulis resep dan pasien, dan juga pengemasan dan pemberian etiket yang
sesuai (Charles,2007)
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.
Jelaskan apa yang dimaksud tablet
kompressi dan kompressi berlapis
2.
Bagaimana cara formulasi tablet kompressi dan kompressi berlapis
3.
Bagaimana cara pembuatan tablet
kompressi dan kompressi berlapis
4.
Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan
saat produksi, distribusi, penyimpanan, dan penggunaan.
C.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
tablet kompressi dan kompressi berlapis
2.
Untuk mengetahui bagaimana cara
formulasi tablet kompressi dan kompressi berlapis
3.
Untuk mengetahui bagaimana cara
pembuatan tablet kompressi dan kompressi berlapis
4. Untuk
mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat produksi, distribusi,
penyimpanan, dan penggunaan
D.
Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Kita dapat mengetahui apa yang dimaksud
tablet kompressi dan kompressi berlapis
2.
Kita dapat mengetahui bagaimana cara
formulasi tablet kompressi dan kompressi berlapis
3.
Kita dapat mengetahui bagaimana cara
pembuatan tablet kompressi dan kompressi berlapis
4.
Kita dapat mengetahui hal-hal yang perlu
diperhatikan saat produksi, distribusi, penyimpanan, dan penggunaan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tablet Kompressi dan Kompressi berlapis
Tablet
kompresi yaitu tablet yang dibuat dengan cara member tekanan menjadi berbagai
bentuk tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya , diberi tambahan
sejumlah bahan pembantu antara lain :
a. Pengencer
atau pengisi yang ditambahkan jika perlu kedalam formulasi supaya membentuk
ukuran tablet yang diinginkan.
b. Pengikat
atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam formulasi, memungkinkan
granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya
c. Penghancur
atau bahan yang dapat membantu penghancuran, akan membantu memecah atau
menghancurkan tablet setelah pemberian sampai menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil, sehingga lebih mudah diabsorbsi
d. Anti
rekat pelincir atau zat pelincir yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan
memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die
serta membuat tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat
e. bahan
tambahan lain seperti zat warna dan pemberi rasa.
Contoh dari tablet
kompressi umumnya merupakan bentuk obat yang tidak larut dalam air dan obat
yang termaksud dalam kategori terapi seperti itu adalah antasida dan
adsorben.
Tablet kompressi berlapis adalah tablet
yang pembuatannya memerlukan lebih dari satu kali tekanan. Hasilnya menjadi
tablet dengan beberapa lapisan atau tablet didalamk tablet, lapisan dalamnya
menjadi inti dan lapisan luarnya disebut kulit. Tablet berlapis dibuat dengan
cara memasukkan satu campuran obat kedalam cetakan dan ditekan, demikian pula
campuran obat sebagai lapisan berikutnya dimasukkan kedalam cetakan yang sama dan
ditekan lagi, untuk membuat dua atau tiga lapisan tergantung pada jumlah obat
yang ditambahkan secara terpisah dalam satu tablet berlapis. Biasanya tiap
bahan campuran obat mengandung unsure obat yang berbeda dan dipisahkan satu
dengan lainnya karena tidak tersatukan, untuk menyediakan obat yang
pelepasannya dalam dua tingkatan atau lebih atau untuk penampilan tablet
berlapis yang unik. Pada umumnya tiap pelapis diberi warna yang berbeda
sehingga berlapis-llapis dan berwarna-warni. Pada pembuatan tablet berlapis
yang mempunyai inti bagian dalam mesin khusus diperlukan untuk menempatkan
initi dalam ini ditengah-tengah campuran bahan obat kedua yang dimasukkan
kedalam cetakkan yang sama supaya melengkupinya.
Tabler dalam kategori ini biasanya
dibuat untuk salah satu dari kdua alasan yaitu : Untuk memisahkan secara fisika
atau kimia bahan-bahan yang tidak dapat bercampur, atau untuk menghasilkan
produk dengan kerja ulang atau produk dengan kerja yang diperpanjang pada
beberapa keadaan tablet dua lapis dapat memberikan pemisahan permuakaan yang
cukup bagi bahan-bahan yang reaktif, jika diperlukan pemisaaan fisika secara
menyeluruh untuk kestabilannya , dapat dipergunakan tablet tiga lapis. Tablet
yan dilapis lebih baik dari pada tablet yang disalut dengan pengempaan,
hubungan antara permukaan diantara lapisan-lapisan dapat di perkecil, dan
pembuatannya lebih muda dan lebih cepat.
Tablet yang dicetak beberapa kali
menghasilkan produk dengan kerja berulang, dimana satu lapis tablet berlapis
atau luar tablet yang disalut dengan pencetakkan dosisi permulaan disintegrasi
yang cepat didalam lambung. Lapisan yang lain atau tablet bagian dalam
diformulasikan komponen-komponen yang tidak larut didalam cairan lambung tetapi
dilepaskan didalam lingkungan usu. Jika lapisan kedua atau inti tablet dengan
cepat meninggalkan lambung mengikuti pelepasan obat pada kecepatan formulaan
dari perlepasan, suatu perbedaan yang menyeluruh dari hasil-hasil profil kadar
obat dalam darah dari pada jika obatdalam beberapa jam atau waktu yang lebih
lama ditunda pelepasannya sebelum fraksi kedua dikosongkan.
Adapun contoh tablet kompressi berlapis
umumnya merupakan tablet yang terdiri dari beberapa lapisan dimna lapisan
tengah merupakan zat aktif dan lapisan
diluarnya merupakan komponen-komponen yang tidak larut didalam cairan lambung
tetapi dilepaskan dalam lingkungan usus, misalnya tablet decolgen.
B. Formulasi Tablet
Untuk contoh formulasi
tablet kompressi salah satunya yaitu aminofilin.
Bahan
|
Jumlah
per tablet
|
Jumlah
per 10.000 tablet
|
Aminofilin
|
100 mg
|
1,0 kg
|
Trikalsium fosfat
|
50 mg
|
0,5 kg
|
Amilum pregelatinized
|
15 mg
|
0,15 kg
|
Air
|
Secukupnya
|
Secukupnya
|
Talk
|
30 mg
|
0,3 kg
|
Minyak mineral,
ringan
|
2 mg
|
0,02 kg
|
Campuran
aminofilin, trikalsium fosafat dan amilum, basahi dengan air. Lewatkan melalui
ayakkan ukuran mesh 12, dan keringkan pada suhu 100 F. ukur granul kering yang
melalui saringan berukuran mesh 20. Tambahkan talk dan campur. Tambahkan minyak
mineral, aduk selama 10 menit dan kempa menggunakan punch dengan lekuk dalam
berukuran 5/16 inci untuk penyalutan enteric.
C.
Cara
Pembuatan Tablet Kompressi
Menurut
Ansel (1989), ada tiga metode pembuatan tablet kompresi yang berlaku yaitu
metode granulasi basah, metode granulasi kering, dan cetak langsung.
·
Granulasi
basah
Metode
granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam memproduksi tablet
kompresi. Labgkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode
ini dapat dibagi sebagai berikut:
a.
Penimbangan dan pencampuran
Bahan
aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang diperlukan dalam formula tablet
ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet
yang akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan
mesin pencampur serbuk atau mikser.
Bahan
pengisi yang digunakan antara lain : laktosa, kaolin, mannitol, amilum, gula
bubuk dan kalium fosfat. Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang,
turunan amilum seperti natrium amilumglikolat, senyawa selulosa seperti
karboksimetilselulosa, resin penukar kation dan bahan-bahan lain yang membesar
atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau
menghancurkan tablet setelah masuk ke dalam cairan pencernaan.
b.
Pembuatan
granulasi basah
Agar
campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper (wadah berbentuk seperti
corong, yang menampung obat dan mengatur arusnya menuju mesin pembuat tablet)
ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah
campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam cetakan disebut
granulasi. Hal ini dapat dilakukan secara baik dengan menambahkan cairan
pengikat atau perekat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembab
melalui ayakan yang ukurannya seperti yang diinginkan, granul byang dihasilkan
memalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak lagi dengan ayakan yang
ukuranya lebih kecil supaya mengurangi ukuran granul berikutnya.
Bahan
pengikat yang digunakan antara lain : 10-20% cairan berair yang dibuat dari
tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam (seperti
akasia), gelatin.
c.
Penyaringan
adonan lembab menjadi pellet atau granul
Pada
umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan No. 6 atau 8. Hal ini yaitu
fluidization disalurkan ke dalam fluid bed driers. Dibuat granul dengan
menekankan pada alat yang dibuat berlubang-lubang. Setelah semua bahan berubah
menjadi granul, kemudian ditebarkan diatas selembar kertas yang lebar dalam
nampan yang dangkal dan dikeringkan.
d.
Pengeringan
granul
Kebanyakan
granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan system sirkulasi udara dan
pengendalian temperatir. Di antara metode terbaru untuk pengeringan sekarang
ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid
bed dryers. Pada metode ini granul dikeringkan dalam keadaan tertutup dan
diputar-putar sambil dialirkan udara yang hangat.
Granulasidapat
juga diselesaikan memakai peralatan granulasi dengan mesin, termasuk dengan
lapisan yang dicairkan, disemprotkan pada granulator. Pada proses ini campuran
serbuk yang akan dibuat granul, diubah menjadi larutan atau suspensi dan disemprotkan, dikeringkan dalam fluidized
bed untuk menghasilkan granul yang seragam dan mudah mengalir.
e.
Penyaringan
kering
Setelah
dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang kecil daripada yang
biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran granul
dihaluskan, tergantung pada ukuran punch yang
akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Pengukuran granul diperlukan
sehingga rongga cetakan untuk
memproduksi tablet-tablet kecil dapat diisi penuh secara tepat aoleh
granul-granul tadi. Kekosongan atau rongga udara yang disisakan oleh granul
besar dalam cetakan kecil, akan menimbulkan hasil tablet yang diproduksi tidak
rata.
f.
Lubrikasi
atau pelinciran
Setelah
pengayakan kering, biasanya bahan pelincir kering ditambahkan kedalam granul.
Sehingga setiap granul dilapisi oleh bahan pelincir, dapat juga dilapisi debu
ketika granul meyebar melalui lubang kecil ayakan atau pencampuran dalajm
pengadukan serbuk. Diantara pelincir yang umum digunakan adalah talk, magnesium
stearat dan kalsium stearat.
Manfaat
pelincir dalam pembuatan tablet kompresi ada beberapa hal:
Ø Mempercepat
aliran granul ke dalam rongga cetakan
Ø Mencegah
melekatnya granul pada punch dan cetakan
Ø Selama
pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan
ketika tablet dilemparkan dari mesin
Ø Memberikan
rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi
g.
Pencetakan
tablet
Tablet
dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau beberapa obat
dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak/penekan (press).
Mesin pengempa tablet atau pencetak tablet dirancang dengan komponen-komponen
dasar sebagai berikut:
1.
Hopper untuk menahan / tempat menyimpan
dan memasukkan granulat yang akan dikempa
2.
Die
yang menentukan ukuran dan bentuk tablet
3.
Punch
untuk mengempa granulat yang terdapat didalam die
4.
Jalur cam, untuk mengatur gerakan punch.
5.
Suatu mekanisme pengisian untuk
menggerakkan / memindahkan granul dari hopper
ke dalam die
·
Granulasi
Kering
Metode
ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi
basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya
diperlukan temperature yang dinaikkan. Pada metode granulasi kering, granul
dibentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran
serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam
granul yang lebih sedikit.
Setelah
penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama seperti pada metode
granulasi basah di “slugged” atau
dikompressi menjadi tablet yang lebar dan datar atau pellet dengan garis tengah
kira-kira 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan, tidak
menimbulkan serbuk
Berceceran.
Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang
ayakan sesuai dengan diinginkan, pelincir ditambahkan sebagaimana biasanya dan
tablet dibuat dengan dikempa.
·
Kompresi
Langsung
Beberapa
granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodide, ammonium klorida dan
metanamin memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya
yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan
granulasi basah atau kering.
Dahulu
jumlah bahan obat yang dapat dijadikan tablet tanpa melalui granulasi lebih
dulu sangat sedikit. Pada waktu sekarang ini penggunaan pengencer yang
dikeringkan dengan penyemprotan, meluas kepada formula-formula tablet tertentu
daripada pada dengan serbuk pengisi biasa, kualitas yang diinginkan untuk tablet
dengan kompresi langsung dan sejumlah produk-produk lainnya sekarang banyak
diproduksi dangan cara ini.
D.
Hal
yang Perlu diperhatikan Saat Produksi, Distribusi, Penyimpanan, dan Penggunaan
· Pengemasan dan Penyimpanan
Tablet
sangat baik disimpan dalam wadah yang tertutup rapatdengan kelembapan nisbi
yang rendah serta terlindung dari temperatur tinggi. Tablet khusus yang
cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai pengering dalam pengemasnya.
Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam wadah yang dapat menahan
masuknya tablet yang disimpan secara tepat dapat stabil dalam beberapa tahun.
Dalam
kebanyakkan hal penyaluran obat ahli farmasi diharapkan menggunakan jenis wadah
yang sama yang telah disiapkan dalam produk-produk hasil pabrik, dan pasien dinasehati
supaya memelihara obat pada wadah yang diterimanya.
· Pemeriksaan Produksi
Pemeriksaan
produk dalam proses meliputi pemeriksaan terhadap produk antara dan produk
ruahan. Pada setiap tahap produksi dilakukan pemeriksaan dan pengujian untuk
setiap nomor batch. Hal ini dilakukan untuk menjamin keseragam serta kemurnian
sediaan tersebut.
Pemeriksaan
yang dilakukan dalam tablet meliputi :
A. Produk
antara :
1. Granul
kering
a. Pemerian
b. Susut
pengeringan ( Loss On Drying)
2. Massa
cetak tablet
a. Pemerian
b. Susut
pengeringan ( Loss On Drying)
c. Kadar
zat aktif
3. Awal
pencetakan
a. Pemerian
b. Diameter
c. Ketebalan
d. Keseragaman
sediaan
e. Kekerasan
f. Waktu
hancur
g. Keregasan
(friabilitas)
B. Produk
ruahan
a. Pemerian
b. Kadar
zat berkhasiat
c. Koefisien
variasi
d. Uji
disolusi
·
Distribusi
Angkutan bahan-bahan
yang terus-menerus dan masuk gedung menyebabkan daerah ini paling besar
kemungkinannya terganggu oleh serangga dan binatang pengerat. Bila dibuat suatu
dok didalamnya, maka harus cukup luas agar truk gandengan dan traktor dapat
diparkir di dalam gedung. Hanya obat jadi yang memenuhi syarat saja disimpan di
kawasan pengangkutan. Obat-obat yang menggu persetujuan dari bagian pengawasan
mutu harus disimpan di daerah karantina, jika hal ini tidak mungkin, maka
dipakai suatu system yang secara jelas menunjukkan obat jadi yang mendapat
persetujuan dan terdapat dalam gudang.
Perlakuan
khusus pada alcohol dan pelarut lain yang mudah terbakart harus disimpan dalam
ruangan tahan ledakan yang dilengkapi dengan fasilitas khusus terhadap bahaya
api.jika menangani narkotik dan obat berbahaya lainnya, harus dipakai ruangan
yang memenuhi syarat Undang-Undang Pengaturan Oabat untuk menyimpan obat maupun
bahan dalam proses.
E.
Hal-hal
yang perlu di perhatikan dalam pembuatan tablet :
1. OTT zat aktif (meleleh,
berubah warna, terurai, dan sebagainya).
2.
Stabilitas zat aktif :
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya
air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang tidak menggunakan air dan perlu
diperhatikan pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b. Untuk
zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV,
digunakan
metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam
prosesnya.
c. Untuk zat yang
higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah memakai mucilago amyli
karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan adsorben seperti Aerosol < 3%.
d.Untuk zat
yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan metode pembuatan tablet
dengan cara kempa langsung atau granulasi kering
· Untuk zat
dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat
dibuat dengan
KL
· Untuk zat
dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat dengan GK.
3.
Pemilihan bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan
zat aktif. Di samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik
leleh yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh.
4. Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak
maksimal 30%, idealnya 15%. Jika
lebih besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
5. Perbandingan bobot jenis zat aktif
dengan pembawa (jika terlalu jauh hendaknya jumlah fine sesedikit
mungkin)
6. Konsentrasi Mg stearat
sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan terjadi laminating.
7. Penggunaan mucilago
amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan mempersulit disolusi
zat aktif dari dalam granul karena mucilago amyli yang sudah kering sulit
ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80
0.05%-0.15%) sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
8. Pada penggunaan PVP
sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan dalam alkohol 95%. Tetapi pada tahap
awal, volume alkohol yang digunakan tidak diketahui sehingga dapat diberikan
sebagai serbuk.
9. Penggunaan amylum yang
terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak dapat dicetak karena
kompresibilitasnya sangat jelek.
10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah
amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai
penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 °C karena pada
suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
11. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai
pembawa dapat digunakan kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch
1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel
memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik, maka untuk
memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat
pengeringan yang tidak terkontrol maka perlu penambahan humektan yaitu gliserin
atau propilen glikol 1 – 4% dihitung terhadap
mucilago.
Gliserin ditambahkan pada mucilago
(pengikat) untuk mempermudah homogenitas gliserin pada tablet, sama halnya
dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob pada mucilago.
Penambahan gliserin dan Tween adalah
untuk tujuan:
-
Gliserin :
dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap semua
-
Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga
perlu penambahan Tween agar tablet tidak pecah.
Jumlah Tween yang tepat tergantung
pada:
·
Jumlah zat aktif
·
Jumlah bahan pembantu yang digunakan
13.
Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil
bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang
menyebabkan waktu hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan
disebabkan oleh:
·
Distribusi pada hoover yang
disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil terdesak, granul yang besar akan
keluar lebih dahulu, karena ada proses pemampatan. Oleh karena itu perlu
diusahakan ukuran granul yang seragam.
·
Aliran granul yang kurang baik
· Distribusi
partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran jelek.
· Lubrikan kurang
sehingga alirannya jelek.
BAB
III
PENUTUP
Dari
makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Tablet
kompressi merupakan kompresi yaitu tablet yang dibuat dengan cara member
tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan
obatnya , diberi tambahan sejumlah bahan pembantu antara lain pengencer,
pengikat, penghancur, anti rekat pelincir, zat warna dan zat pemberi rasa.
Tablet kompressi berlapis yaitu tablet yang pembuatannya memerlukan lebih dari
satu kali tekanan. Hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet
didalamk tablet, lapisan dalamnya menjadi inti dan lapisan luarnya disebut
kulit.
b. Formulas
tablet compress dan kompressi berlapis yaitu zat aktif, dan zat-zat tambahan
seperti adsorben, pengencer, pengikat, penghancur, anti rekat pelincir. Zat
warna dan zat pemberi rasa dapat
ditambahkan bila perlu.
c. Pembuatan
tablet kompressi dan kompressi berlapis yaitu melalui granulasi basah ,
granulasi kering, dan cetak langsung.
d.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan tablet compress dan tablet kompressi berlapis yaitu OTT zat aktif
(meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya), Stabilitas zat aktif dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel,
Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi ke-4. Universitas
Indonesia press : Jakarta
Charles,
J.P Siregar. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-dasar Praktis.
Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Lachman,
leon , dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi ke-3. Universitas
Indonesia press : Jakarta
Syamsuni, 2006.
Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar