BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat
dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa,
dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya,
kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan , dan
kromatografi preparatif hanya dilakukan juka diperlukan fraksi murni dari
campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik
langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat
ialah : (1) Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan), (2)
Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi,
penjerapan), dan (3) Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke
keadaan uap (keatsirian) (Roy, 1991).
Pemisahan
senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda (Anggraeni,
Megawati, 2009).
Kromatografi adalah
teknik pemisahan campuran yang berdasarkan kecepatan perambatan komponen dalam
medium tertentu. Uraian mengenai kromatografi pertama kali dijelaskan oleh
Michael Tswett, seorang ahli biotani Rusia yang bekerja di Universitas Warsawa
( Sudarmadji, 2007 ). Pada saat itu, Michael Tswett melakukan pemisahan
klorofil dari pigmen-pigmen lain dari ekstrak tanaman menggunakan kromatografi
kolom yang berisi dengan kalsium karbonat. Pada kromatografi, komponen- komponen
yang akan dipisahkan berada diantara dua fase yaitu fase diam ( stationary )
dan fase bergerak ( mobile ). Fase diam adalah fase yang akan menahan komponen
campuran sedangkan fase gerak adalah fase yang akan melarutkan zat komponen
campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal atau
tidak bergerak sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerak lebih cepat (Sudarmadji, 2007).
Pemisahan komponen
suatu senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis tergantung pada
jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat daya serap masing-masing komponen.
Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan
membandingkannya dengan standar yang sangat memakan waktu dan harus dilakukan
terpisah pada kondisi eluen yang sama. Dalam hal ini untuk mendapatkan resolusi
yang baik, penting untuk memilih dua campuran pelarut yang berbeda, meskipun
dengan kekuatan pelarut yang sama (Gandjar, 2008).
Pada kromatografi lapis
tipis, fase diamnya menggunakan lapis tipis silica atau alumina yang seragam
pada sebuah lempengan gelas atau logam atau plastic yang keras. Gel silica atau
alumina mengandung substansi dimana substansi tersebut dapat berpendar flour
dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina (aluminum
oksida). Sedangkan fase gerak kromatografi disebut juga dengan eluent. Eluent
adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan
(feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Pemisahan komponen sangat
dipengaruhi oleh adanya interaksi antara adsorbent dan eluen. Dalam
kromatografi lapis tipis, eluen biasanya disebut sebagai larutan pengembang (
Kantasubrata, 1993 ).
Semakin besar nilai Rf
dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada
plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan 2 sampel yang berbeda di
bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut
kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi
lapis tipis. Nilai Rf dapat di jadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa.
Bila di identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut
dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan bila
nilai Rf nya berbeda, senyawa tersebut dapat di katakan merupakan senyawa yang
berbeda (Lipsy, 2010).
1.2.
Perumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini antara lain:
·
Apa pengertian kromatografi lapis tipis?
·
Bagaimana prinsip kerja kromatografi lapis
tipis?
·
Bagaimana prosedur kerja pada pemisahan sampel
menggunakan kromatografi lapis tipis?
·
Apa saja fase diam dan fase gerak dalam
kromatografi lapis tipis?
·
Apa saja kelebihan dari kromatografi lapis
tipis?
·
Bagaimana aplikasi kromatografi lapis tipis
dalam dunia farmasi?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami mengenai kromatografi lapis tipis sehingga dapat
mengaplikasikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan zat
terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang
terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara
berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan
perbedaan mobilitas disebabkan adanya pembedaan dalam adsorpsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion. Atau secara
sederhana kromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik pemisahan
campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium
tertentu. Kromatografi di gunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi
komponen-komponen. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip ini.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu
analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi lapis
tipis adalah metode pemisahan fisika-kimia dengan fase gerak (larutan pengembang
yang cocok), dan fase diam (bahan berbutir) yang diletakkan pada penyangga
berupa plat gelas atau lapisan yang cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan
kapiler (pengembangan) lalu hasil pengembangan di deteksi. Zat yang memiliki
kepolaran yang sama dengan fase diam akan cenderung tertahan dan nilai Rf-nya
paling kecil. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah
gerakan pelarut pengembang.
Pada
identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung
diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relative
pada pelarut. Harga Rf dihitung
sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen
(fase gerak) untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
Rf juga menyatakan derajat retensi suatu
komponen dalam fase diam. Karena itu Rf juga disebut factor referensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam
kromatografi lapisan tipis yang juga mempengaruhi harga Rf
adalah :
·
Struktur
kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
·
Sifat
dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
Biasanya
aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan
molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap. Perbedaan
penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap harga Rf
meskipun menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi hasil akan
dapat diulang dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap
yang sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur
hingga homogen.
·
Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
Pada prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat
pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan
akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil
dari plat.
·
Pelarut
(dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
Kemurnian
dari pelarut yang digunakan sebagai fase bergerak dalam kromatografi lapisan
tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka
perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.
·
Derajat
kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
·
Teknik
percobaan.
Arah
pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya diperhatikan,
karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan dan mendatar
juga digunakan).
·
Jumlah cuplikan yang digunakan.
Penetesan
cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil penyebaran noda-noda
dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak kesetimbangan lainnya,
hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
·
Suhu.
Pemisahan-pemisahan
sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk mencegah
perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau
perubahan-perubahan fase.
·
Kesetimbangan.
Ternyata
bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam kromatografi
kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap
pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap
pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan
permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada
bagian tepi-tepi dan keadaan ini harus
dicegah.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan)
dan fase gerak (berupa cairan
atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen
yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju
yang berbeda.
Sedangkan fase diam
untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Pendaran ini ditutupi pada
posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak
tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Namun, apabila di sinarkan dengan
sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan
posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap di sinarkan
pada lempengan, harus dilakukan penandaan posisi-posisi dari bercak-bercak
dengan menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Ketika sinar
UV dimatikan, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
Gambar : Bercak
yang ditimbulkan oleh
sinar UV
Gambar : Sebelum dan
sesudah di lakukannya kromatografi pada plat KLT
2.2.
Prinsip Kerja KLT
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis
tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak,
serta kepolaran dan ukuran molekul.
Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent).
Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh
sebab itu pemisahan komponen secara
kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan
teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam
hal ini yang banyak digunakan adalah jenis
adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang
bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak polar dari
ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa
dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal
ini berdasarkan prinsip “like dissolved like”.
2.3.
Prosedur Kerja Pemisahan dengan KLT
Gel silika adalah bentuk dari
silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam
struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan gel silika, atom silikon
berlekatan pada gugus -OH.
Jadi,
pada permukaan gel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini
menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya, sebagaimana
halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa plat yang
biasanya disi dengan silica gel.
Sebuah garis pensil di gambar dekat bagian bawah fase diam dan setetes larutan
campuran ditempatkan di atasnya. Garis pada fase diam berguna untuk menunjukkan
posisi asli campuran. Pembuatan garis
harus menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna
dari tinta juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik
campuran kering, fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah
berisi fasa gerak dengan posisi fase gerak
di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan bahwa suasana dalam
gelas jenuh dengan uap pelarut.
Pelarut (fasa gerak) perlahan-lahan bergerak naik,
komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang
berbeda dan campuran dipisahkan memiliki warna yang berbeda.
Gambar tersebut menunjukkan plat setelah pelarut telah
bergerak. Pelarut diperbolehkan untuk naik hingga hampir mencapai bagian atas
plat yang akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen pewarna
untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.
|
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat
dibandingkan dengan harga-harga standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga
Rf yang diperoleh berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan
penyerap yang digunakan, meskipun daftar dari harga-harga Rf untuk
berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh.
2.4.
Fase Diam dan Fase Gerak KLT
Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua
buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen
campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen
yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua kromatografi
memiliki fase diam (dapat berupa
padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.
Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Fase Diam
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis
silika gel atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau
plastik yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam
untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa
digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga
memiliki gugus -OH.
Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent
adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi
larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi
antara adsorbent dengan eluent
sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut
atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak
digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut.
Suatu
pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang
relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung
pada:
·
Bagaimana
kelarutan senyawa dalam pelarut, Hal ini bergantung pada bagaimana
besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
·
Bagaimana
senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika.
2.5.
Kelebihan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Beberapa keuntungan dari
kromatografi lapis tipis ini adalah sebagai berikut :
·
Kromatografi
lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
·
Identifikasi
pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau
dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
·
Dapat
dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending),
atau dengan cara elusi 2 dimensi.
·
Dapat untuk memisahkan senyawa
hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan metode kertas tidak bisa
·
Ketepatan
penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan
bercak yang tidak bergerak.
·
Hanya
membutuhkan sedikit pelarut.
·
Waktu
analisis yang singkat (15-60 menit)
·
Investasi
yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
·
Preparasi
sample yang mudah
·
Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan
oleh komponen sekunder tidak mungkin
·
Kebutuhan ruangan minimum
Analisis
KLT banyak digunakan karena :
· Waktu yang diperlukan untuk analisis senyawa relatif pendek
· Dalam analisis kualitatif dapat memberikan informasi semi
kuantitatif tentang konstituen utama dalam sampel
·
Cocok untuk memonitor identitas dan
kemurnian sampel
· Dengan
bantuan prosedur pemisahan yang sesuai, dapat digunakan untuk analisis
kombinasi sampel terutama dari sediaan herbal.
2.6.
Aplikasi Metode KLT Dalam Bidang Farmasi
Contoh
penggunaan metode pemisahan secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat
diterapkan dalam menganalisis adanya senyawa paracetamol dan kafein dalam
sediaan obat paten seperti poldanmig yang beredar di pasaran apakah memenuhi
persyaratan mutu obat atau tidak. Sehingga dengan kadar yang tepat obat dapat
memberikan efek terapi yang dikehendaki.
Setiap
komponen memiliki harga Rf sendiri-sendiri, dengan bantuan dari sinar
ultraviolet maka dapat ditentukan noda yang tidak tampak oleh kasat mata. Cara
yang biasa dilakukan dengan menyemprotkan KMNO4 dalam H2SO4
yang kemudian akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel baik secara
kimia maupun berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu.
Noda kemudian dihitung
harga Rf-nya. Harga Rf dihitung dengan menggunakan perbandingan jarak yang ditempuh
solut dengan jarak yang ditempuh fase gerak. Nilai maksimum Rf adalah 1 dan
nilai minimumnya 0. Dengan menggunakan silika gel sebagai fase diam, harga Rf 1
menunjukkan jika senyawa tersebut sangat nonpolar sedangkan harga Rf 0
menunjukkan bahwa senyawa tersebut sangat polar.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
·
Kromatografi biasanya juga di artikan sebagai
teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen
dalam medium tertentu. Kromatografi
lapis tipis merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.
·
Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah terjadinya
hubungan kesetimbangan antara
fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara permukaan fase diam
dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah
berinteraksi dengan fasa geraknya. Semakin dekat kepolaran antara senyawa
dengan eluent maka senyawa
akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut, sesuai dengan prinsip “like dissolve like”.
·
Pada prosedur pengerjaannya Pelarut (fase gerak)
perlahan-lahan bergerak naik, komponen-komponen yang berbeda dari campuran
berjalanan pada tingkat yang berbeda dan campuran dipisahkan memiliki warna
yang berbeda.
·
Pada kromatografi, komponen-komponennya
akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.
·
Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan
dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar
ultraviolet, Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)
yang dengan metode kertas tidak bisa, dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.
·
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat diterapkan
dalam menganalisis adanya senyawa paracetamol dan kafein dalam sediaan obat
paten seperti poldanmig.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni,
Megawati. 2009. Kromatografi Lapis Tipis.
http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html. diakses tanggal 26 desember 2012 pukul 19:00 WIB.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar
: Yogyakarta
Lipsy, P. 2010. Thin
Layer Chromatography Characterization of the Active Ingredients in Excedrin and
Anacin. USA: Departement of Chemistry and Chemical Biology, Stevens
Institute of Technology.
Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs Web Resmi Kimia
Analitik : Pusat Penelitian Kimia LIPI
Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB.
Bandung.
Sudarmadji, S., dkk, 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta.
kekurangannya gak da ya??????
BalasHapus