PENENTUAN KADAR SENYAWA
YANG MEMILIKI WARNA ASLI
A.
Tujuan
Tujuan dalam percobaan ini
adalah untuk mengetahui kadar suatu senyawa yang memiliki warna asli.
B.
Landasan
teori
Spektrofotometri adalah
suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector
vacuum phototube atau tabung foton hampa.
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang
digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan
sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang
digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara
satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang
gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga
spektrofotometri adsorpsi atomic (Harjadi, 1990).
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan
metode spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra
violet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis
dengan metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak.
Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor, sedangkan
untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki
warna (Fatimah, 2003). Metode spektrofometri visibel merupakan metode modern
yang lebih mengarah pada penggunaan alat atau instrumen yang canggih. Pada
metode ini jumlah sampel yang diperlukan sedikit dan waktu pengerjaannya
relatif cepat (Setiyowati, 2009).
Larutan senyawa berwarna
mampu menyerap sinar tampak yang melalui larutan tersebut. Jumlah intensitas
sinar yang diserap tergantung pada macam yang ada di dalam larutan, konsentrasi
panjang jalan dan intensitas sinar yang diserap dinyatakan dalam Hukum Lambert
yang sudah dijelaskan di atas. Warna zat yang menyerap menentukan panjang
gelombang sinar yang akan diserap, warna yang diserap merupakan warna komplemen
dari warna yang terlihat oleh mata ( Khopkar, 1990 ).
Gugus fungsi yang menyerap
radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah tampak disebut khromofor dan
hamper semua khromofor mempunyai ikatan tak jenuh. Pada khromofor jenis ini,
transisi terjadi dari πàπ*, yang menyerap pada λmaks
kecil dari 200 nm (tidak terkonyugasi), misalnya pada >C=C< dan -C≡C-.
Khromofor ini merupakan tipe transisi dari system yang mengandung electron π
pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang memiliki system konyugasi,
perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih
kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar
(Sirait, 2009).
C.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah:
- Gelas kimia 100 mL
- Batang pengaduk
- Pipet volume 5 mL
- Timbangan analitik
- Spektronik 20D
- Filler
- Labu takar 100 mL
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah:
- Asam sulfat 36 N (H2SO4)
- Aquades
-
Rivanol
D.
Prosedur
Kerja
1. Pembuatan larutan H2SO4
|
H2SO4 36 N
|
-
Dimasukkan dalam
labu takar 100 ml
-
Ditambahkan 200
ml akuades
Larutan H2SO4 0,1 N
- Diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 410 nm
0,455 nm
2. Pembuatan larutan induk rivanol
Rivanol
|
- Ditambahkan 100 ml H2SO4
Larutan
induk Rivanol
|
-
Diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 410 nm
0,421 nm
E.
Hasil pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
0,56 mL H2SO4 36
N + 200 ml akuades
|
larutan H2SO4 0,1 N
|
2.
|
0,1 gram Rivanol + 100 ml H2SO4
|
Larutan induk rivanol
|
3.
|
0,75 larutan induk Rivanol + 24,25 ml H2SO4
|
|
4.
|
Larutan blanko H2SO4 diukur absorbansinya pada
panjang gelombang (λ) 410 nm
|
0,455 nm
|
5.
|
Sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang (λ) 410 nm
|
0,421 nm
|
Perhitungan
konsentrasi sampel
Absorbansi baku = 0,522
Absorbansi
sampel = 0,163
Konsentrasi baku =
= 0,03
Sehingga
konsentrasi sampel =
abs. sampel/abs. baku x konsentrasi
baku
=
0,163/0,522 x 0,03
= 9,36 x 10-3
F.
Pembahasan
Teknik spektroskopi adalah salah satu
teknik analisis fisika-kimia yang mengamati tentang
interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM).
Radiasi elektromagnetik panjang gelombang 380 mm – 780 mm merupakan radiasi
yang dapat diterima oleh panca indera mata manusia, sehingga dikenal sebagai
cahaya tampak (visibel). Diluar rentang panjang gelombang cahaya tampak, REM
sudah tidak dapat ditangkap oleh panca indera mata manusia.
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri
atas spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat untuk mengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.
Spektronik 20D memiliki panjang gelombang dengan rentang 340 nm hingga 600 nm. Alat
spektofotometri menggunakan teknik yang didasarkan pada prinsip penyerapan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada daerah tampak oleh suatu atom
atau molekul. Sumber radiasi yang dipancarkan oleh spektronik 20D akan diserap
oleh larutan berwarna dan absorbansi maksimum pada larutan berwarna tersebut
terjadi pada warna komplementer dari warna yang teramati. Dengan kata lain,
warna yang diabsorbsi adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Dengan menggunakan metode
spektrofotometri, dapat ditentukan pula nilai konsentrasi suatu sampel. Hal ini
sesuai dengan Hukum Lambert-Beer dimana sampel yang encer dan disinari cahaya
monokromatik, absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.
Pada
larutan rivanol terdapat gugus kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor pada
rivanol berupa ikatan tidak jenuh yaitu ikatan rangkap dua yang saling
terkonjugasi. Sedangkan gugus auksokrom adalah dua gugus amina. Kromofor yang
berupa ikatan jenuh terjadi dari πàπ* yang menyerap pada panjang gelombang kecil, sekitar 200nm. Namun, pada
rivanol terdapat system konjugasi, sehingga perbedaan energi antara keadaan
dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil. Hal ini menyebabkan
penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar. Oleh karena itu, λmaks
yang digunakan pada alat spektronik 20D adalah 410 nm. Selain itu, hal ini juga
disebabkan karena gugus auksokromnya terikat pada gugus kromofornya. Terikatnya
gugus auksokrom pada gugus kromofor menyebabkan bergesernya pita penyerapan
kromofor ke panjang gelombang yang lebih besar. Peristiwa ini disebut efek
batokromik.
Nilai
absorbansi dari sampel rivanol adalah 0,163 nm dan absorbansi blanko sebesar 0,522
nm. Konsentrasi baku sebesar 0,75 mg/25 mL, sehingga kadar rivanol yang
diperoleh dengan menggunakan data tersebut adalah 9,36 x 10-3 mg/ml.
G.
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah
kadar senyawa rivanol yang diperoleh dengan metode spektrofotometri adalah
sebesar 9,36 x 10-3 mg/ml.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, I., 2003,
Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan
Spektrofotometri Derivatif, Logika, Vol. 9, No. 10 : Jakarta.
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia : Jakarta.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia
Analitik, Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Setiyowati, 2009, Validasi
Dan Pengembangan Penetapan Kadar Tablet Besi (Ii) Sulfat Dengan
Spektrofotometri Visibel Dan Serimetri Sebagai Pembanding, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.
Sirait, R.S., 2009,
Penerapan Metode Spektrofotometri Ultraviolet Pada Penetapan Kadar Nifedipin
Dalam Sediaan Tablet, Skripsi, Universitas Sumatera Utara : Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar