Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Minggu, 29 Desember 2013

PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOMETRI

PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOMETRI
A.       Tujuan
Menentukan kadar besi pada sampel air secara spektrofotometri.
B.       Landasan Teori
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan metode pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer ini digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda ( Hendayana et al, 1994).
Analisis spektrofotometri campuran Fe2+ dan Fe3+ secara umum merupakan metode tidak langsung yang dilakukan secara bertahap. Orthofenantrolin atau o-fenantrolin sebagai agen pengompleks dapat berikatan dengan Fe2+ dan Fe3+ membentuk kompleks berwarna berbeda, sehingga diharapkan Fe2+ dan Fe3+ dalam campuran bisa ditentukan secara langsung sebagai senyawa kompleks dengan metode spektrofotometri. Senyawa kompleks berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi (II) dan 1,10-phenantrolin (ortophenantrolin) dapat digunakan untuk penentuan kadar besi dalam air yang digunakan sehari hari. Reagen yang bersifat basa lemah dapat bereaksi membentuk ion phenanthrolinium, phen H+ dalam medium asam. Pembentukan kompleks besi phenantrolin dapat ditunjukkan dengan reaksi:
Fe2+  +  3 phen H+    Fe(phen)32+  +  3H+
            Tetapan pembentukan kompleks adalah 2.5×10-6 pada 25oC. Besi (II) terkomplekskan dengan kuantitatif pada pH 3-9. pH 3,5 biasa direkomendasikan untuk mencegah terjadinya endapan dari garam garam besi, misalnya fosfat. Kelebihan zat pereduksi, seperti hidroksilamin diperlukan untuk menjamin ion besi berada pada keadaan tingkat oksidasi 2+ ( Hendayana et al, 1994).
Besi adalah elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir disetiap tempat dibumi pada semua lapisan-lapisan geologis dan badan air. Besi dalam air tanah dapat berbentuk Fe (II) dan  Fe(III) terlarut. Fe (II) terlarut dapat tergabung dengan  zat organic membentuk suatu senyawa kompleks. Pada kadar 1-2 ppm besi dapat menyebabkan air  berwarna kuning, terasa pahit, meninggalkan noda pada pakaian dan porselin. Keracunan besi menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler meningkat sehingga plasma darah merembes keluar. Akibatnya volume darah menurun dan hipoksia jaringan menyebabkan asidosis darah. (Peni et al, 2009)
Kandungan Besi III dapat ditentukan dengan beberapa metode, salah satunya yaitu dengan spektrofotometer sinar tampak. Salah satu metode yang cukup handal pada spektrofotometer adalah dengan penambahbakuan atau adisi standar. Metode ini merupakan suatu pengembangan metode spektrofotometer sinar tampak dengan biaya relatif lebih murah. (Watulingas, 2008)
Metode dalam penentuan besi secra analisa kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Penentuan ini secar  umum dapat di urai menjadi tiga yaitu:
-     Metode Tiosianat
Pada metode ini besi diubah menjadi besi (III) menggunakan Kalium permanganta dan menambahkan tiosianat sehingga menjadi warna merah. diukur menggunakan panjang gelombang 480 nm
-     Metode 1,10 – ortopenantrolin,
Besi (III) direduksi menjadi besi (II) dengan menambah hidroksilamin klorida dan ditambah ortofenontrolin sehingga terbentuk warna orange, diukur menggunakan panjang gelombang 510 nm
-     Metode tioglikoat
Besi (III) dengan penambahan asam tioglikolat, amonium sitrat, dan amonium hidroksida akan memberi kompleks warna ungu – merah, diukur dengan panjang gelombang 535 nm (Trianjaya Z, 2009)



C.      Alat dan Bahan
1.      Alat
·         Filler
·         Gelas kimia 50 ml
·         Labu takar 25 ml dan 100 ml
·         Pipet tetes
·         Pipet ukur 1 ml dan 10 ml
·         Spektronik 20 D
·         Gelas ukur 50 ml
·         Batang pengaduk
2.      Bahan
·         Asam klorida pekat (HCL)
·         Feri (II) klorida (FeCL3)
·         Natrium asetat (Na asetat) 0,2 M
·         Fenantrolin 0,25 %
·         Hidroksilamin klorida 10 %
·         Akuades
·         Air PDAM
·         Air sumur




D.    Prosedur Kerja
·         Penentuan panjang gelombang ( λ ) maksimum
  
                                     Besi (III) klorida (FeCl3)
-     Dimasukkan 1 ml ke dalam labu takar 100 ml
-     Ditambahkan 30 tetes Na asetat
-     Ditambahkan 5 ml hidroksilamin
-     Ditambahkan 5 ml fenantrolin
-     Diencerkan hingga 100 ml
-     Digojog hingga homogen dan didiamkan beberapa menit
Hasil pengamatan?

·         Penentuan nilai absorbansi pada sampel

                                          Sampel air keran
-          Dipipet 25 ml ke dalam 3 buah gelas kimia
-          Diasamkan dengan HCl pekat 2 tetes
-          Diaduk hingga homogen
-          Ditambahkan natrium asetat 30 tetes
-          Ditambahkan 5 ml hidroksilamin
-          Ditambahkan 5 ml fenantrolin
-          Ditambahkan FeCl3 1 ml
-          Dihitung nilai absorbansinya
                                   Hasil pengamatan?



·         Penentuan nilai absorbansi FeCl3

       Besi (III) klorida FeCl3  
               


-          Dimasukan 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml ke dalam 5 buah labu takar 25 ml


                     FeCl1 ml     FeCl2 ml    FeCl3 ml    FeCl4 ml    FeCl5  ml


-          Ditambahkan Na asetat 30  tetes
-          Ditambahkan hidroksilamin klorida 1 ml
-          Ditambahkan fenantrolin 1 ml
-          Diencerkan hingga 25 ml
-          Digojog hingga homogen
-          Dihitung nilai absorbansinya

Hasil pengamatan?




E.     Hasil Pengamatan
·       Penentuan panjang gelombang ( λ ) maksimum
Perlakuan
Panjang gelombang (λ)
Nilai absorbansi
480
0,032
485
0,036
490
0,034
FeCl3
495
0,036

500
0,033

505
0,029

510
0,028

515
0,025

520
0,024

·       Penentuan nilai absorbansi pada sampel
Sampel
Panjang gelombang (λ)
Nilai absorbansi
1
495
0,009
·       Penentuan nilai absorbansi FeCl3
Volume FeCl3
(ml)
Panjang gelombang (λ)
Nilai absorbansi
1
495
0,036
2
495
0,263
3
495
0, 380
4
495
0,514
5
495
0,630


Konsentrasi Fe2+ untuk 1ml    =  1 ml x 50 ppm
                                                           10 mL
                                                = 5ppm  


Konsentasi Fe2+ untuk 2 mL= 2 ml x 50 ppm
                                                            10 mL
                                                  = 10 ppm
Konsentrasi Fe2+untuk 3 mL  =  3 ml x 50 ppm
                                                            10 mL
                                                            = 15 ppm
Konsentrasi Fe2+untuk 4 mL=  4 ml x 50 ppm
                                                            10 mL
                                                            = 20 ppm
Konsentrasi Fe2+untuk 5 mL  =  5 ml x 50 ppm
                                                             10 mL
                                                            = 25 ppm
No.
Volume Fe2+ (mL)
Konsentrasi (ppm)
absorbansi
1.
1
5
0.036
2.
2
10
0.263
3.
3
15
0.380
4.
4
20
0.514
5.
5
25
0.630




GRAFIK KONSENTRASI VS ABSORBANSI
                  Perhitungan :
 Konsentrasi Fe2+ dalam cuplikan y= a+ bx dari grafik diperoleh persamaan y
= 0,134x - 0,166
dimana, y = absorbansi sampel
 x = konsentrasi sampel
y = a+ bx
0,009 = 0,134x – 0,166
0,134x= 0,009 + 0,166
0,134x = 0,175
x = 0,175
      0,134
   = 1,306 ppm

F.     Pembahasan
Spektrofotometri adalah salah satu metode penentuan kadar dengan menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometer akan menyerap cahaya tampak yang dibiaskan oleh sampel, kemudian cahaya tersebut akan terukur menjadi nilai dari absorbansi sampel.
Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(II) dalam sampel air dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri yang digunakan tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak, karena logam besi mempunyai panjang gelombang lebih dari 400nm, sehingga jika menggunakan spktrofotometri UV logam besi dalam sampel tidak terdeteksi.
Larutan baku yang digunakan pada percobaan ini adalah Fe(II). Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti dan mempunyai komposisi yang sama dengan komposisi cuplikan yang dianalisis. Larutan baku ini dibuat manjadi larutan yang akan diukur kadarnya dengan setiap penambahan larutan lain. Reaksi antara besi dengan orto-fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan harus dijaga tetap dengan cara menambahkan garam natrium asetat.

Percobaan penentuan kadar besi secara spektrofotometri ini diawali dengan mencari panjang gelombang maksimum. Ferri (II) klorida dicampurkan dengan natrium asetat, hidroksilamin, fenantrolin dan air. Penentuan panjang gelombang ( λ ) maksimum, dimulai dari λ 480 sampai 520 dan diperoleh λ maksimumnya adalah pada λ 495 dengan nilai absorbansi 0,036. Panjang gelombang 495 nm digunakan sebagai panjang gelombang untuk menganalisis kadar besi di dalam larutan karena pada panjang gelombang ini, absorbansi sinar mempunyai nilai maksimal, dengan kata lain, pada panjang gelombang ini, sinar yang dipancarkan oleh spektrofotometer paling banyak diserap oleh larutan. Oleh karena itu, pengukuran pada panjang gelombang 495 ini menghasilkan pengukuran yang akurat.
Untuk menentukan kadar Fe dalam sampel menggunakan spektrofotometri visibel perlu dibuat larutan standar. Tujuannya adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel air. Dalam pengukuran larutan standar dan sampel digunakan blanko berupa campuran larutan hidroksilamin-HCl, larutan natrium asetat, orto-fenantrolin dan aquades. Senyawa kompleks berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi (II) dan 1,10-phenantrolin (ortophenantrolin) dapat digunakan untuk penentuan kadar besi dalam air yang digunakan sehari hari. Reagen yang bersifat basa lemah dapat bereaksi membentuk ion phenanthrolinium dalam medium asam. 
Semakin besar panjang gelombang yang diberikan semakin besar pula absorbansinya, namun pada keadaan tertentu nilai absorbansi kembali menurun dengan bertambahnya panjang gelombang.

G.    Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar sampel besi(II) dalam air melalui metode spektrofotoetri adalah 1,306 ppm.




DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., dan Supriatna, A., 1994 . Kimia Analitik Instrumen, edisi ke-1 . IKIP Press . Semarang .

Trianjaya Zuanidi. 2009. Penentuan Kadar Besi Pada Soft Water Secara Spektrofotometri di PT Coca Cola Bottling Indonesia.Karya Ilmiah. Universitas Sumatra Utara. Medan

Peni. P dan Riyanti. A. 2009. Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) Dalam Air Sumur, Air PDAM dan Air Instalasi Migas didesa Kampung Baru Cepu Secara Spektrofotometri. Jurnal Kimia dan Teknologi. ISSN 0216-163X.

Watulingas. M.C. 2008. Aplikasi Teknik Adisi Standar Pada Penetapan Kadar Besi III Dalam Air Sungai Karang Mumus Dengan Spektronik 21-D. Universitas Mulawarman. Samarinda. Vol 6 No.1. ISSN 1693-5616.



  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar