Obat kardiovaskuler
1. Obat gagal jantung
Patofisiologis gagal jantung
Terjadi jika curah jantung
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2. Gagal jantung
adalah suatu sindroma klinik yang kompleks akibat kelainan struktural dan
fungsional jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk di isi dengan
darah atau untuk mengeluarkan darah.
Manifestasi gagal jantung
yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah, yang membatasi kemampuan
melakukan kegiatan fisik dan retensi cairan yang menyebabkan kongesti paru dan
edema perifer. Kedua abnormalitas tersebut mengganggu kapasitas fungsional dan
kualitas hidup pasien.
Pengobatan gagal jantung
Tujuan primer pengobatan
adalah mencegah terjadinya gagal jantung dengan cara mengobati kondisi-kondisi
yang menuju terjadinya gagal jantung, terutama hipertensi dan/atau penyakit
arteri koroner. Jika disfungsi miokard sudah terjadi, tujuan pertama adalah
mengobati/menghilangkan penyebab dasarnya, jika mungkin (misalnya iskemia,
penyakit tiroid, alkohol, obat).
Terapi gagal jantung di bagi
atas terapi non-farmakologik dan terapi farmakologik.
·
Terapi non-farmakologik terdiri
atas :
1.
Diet, pasien gagal jantung dengan
diabetes, dislipidemia atau obesitas harus di beri diet yang sesuai untuk
menurunkan gula darah, lipid darah atau berat badannya.
2.
Merokok, harus dihentikan
3.
Aktivitas fisik, olahraga teratur
seperti berjalan atau bersepeda di anjurkan untuk pasien gagal jantung yang
stabil (NYHA kelas II-III) dengan intensitas yang nyaman bagi pasien.
4.
Istirahat, dianjurkan untuk gagal
jantung akut atau tidak stabil.
5.
Bepergian, hindari tempat-tempat
yang sangat panas atau lembab, dan gunakan penerbangan-penerbangan pendek.
·
Terapi farmakologik terdiri atas :
1.
Penghambat ACE
Penghambat ACE merupakan terapi lini pertama untuk pasien
dengan fungsi sistolik ventrikel kiri yang menurun, yakni dengan fraksi ejeksi
di bawah normal (< 40-45 %), dengan atau tanpa gejala, obat ini diberikan
untuk menunda atau mencegah terjadinya gagal jantung, dan juga untuk mengurangi
resiko infark miokard dan kematian mendadak. Pada pasien gagal jantung sedang
dan berat dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, penghambat ACE mengurangi
mortalitas dan gejala-gejala gagal jantung, meningkatkan kapasitas fungsional
dan mengurangi hospitalisasi.
2.
Antagonis angiotensin II
Antagonis angiotensin II (Ang II) menghambat aktivitas Ang
II hanya direseptor AT1 dan tidak di reseptor AT2, maka
disebut juga AT1-bloker. Tidak adanya hambatan kininase II
menyebabkan bradikinin dipecah menjadi kinin inaktif, sehingga vasodilator NO
dan PGI2 tidak terbentuk. Kerena itu AT1-bloker tidak
menimbulkan efek samping batuk kering.
3.
Diuretik
Diuretik merupakan obat untuk mengatasi gagal jantung akut
yang selalu disertai dengan kelebihan cairan yang bermanifestasi sebagai
kongesti paru atau edema perifer. Penggunaan diuretik dengan cepat
menghilangkan sesak napas dan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik.
Pada pasien-pasien ini diuretik mengurangi retensi air dan garam sehingga
mengurangi volume cairan extrasel, alir balik vena, dan tekanan pengisian
ventrikel. Dengan demikian, edema perifer dan kongesti paru akan
berkurang/hilang, sedangkan curah jantung tidak berkurang. Pada mereka ini,
diuretik diberikan sampai terjadi diuresis yang cukup untuk mencapai euvolemia
dan mempertahankannya.
4.
Antagonis aldosteron
Pada pasien gagal jantung, kadar plasma aldosteron
meningkat (akibat aktivasi sistem reninangiotensin-aldosteron), bisa sampai 20
x kadar normal. Aldosteron menyebabkan retensi Na dan air serta ekskresi K dan
Mg. Retensi Na dan air menyebebkan dan peningkatan preload jantung. Aldosteron
memacu remodelling dan disfungsi ventrikel melalui peningkatan preload dan efek
langsung yang menyebabkan fibrosis miokard dan proliferasi fibroblas. Kerena
itu, antagonisasi efek aldosteron akan mengurangi progresi remodelling jantung
sehingga dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat gagal jantung.
5.
β-bloker
β-bloker bekerja terutama dengan menghambat efek merugikan
dari aktivasi simpatis pada pasien gagal jantung dan efek ini jauh labih
menguntungkan dibandingkan dengan efek inotropik negatifnya. Stimulasi
adrenergik pada jantung memang pada awalnya meningkatkan kerja jantung, akan
tetapi aktivasi simpatis yang berkepanjangan pada jantung yang telah mengalami
disfungsi akan merusak jantung dan hal ini dapat di cegah oleh β-bloker.
6.
vasodilator lain
vasodilator dari penghambat ACE dan antagonis all yang
digunakan untuk pengobatan gagal jantung adalah :
a.
Hidralazin-isosorbit dinitrat
Dapat mengurangi mortalitas pada pasien gagal jantung
akibat disfungsi sistolik. Hidralazin merupakan vasodilator arteri sehingga
munurunkan afterload, sedangkan isosorbit dinitrat merupakan vinodilator sehingga
menurunkan preload jantung.
b.
Na Nitroprusid I.V
Suatu vasodilator kuat, kerjanya di arteri maupun vena,
sehingga menurunkan afterload maupun preload jantung. Masa kerjanya singkat
sehingga dosisnya dapat di titrasi dengan cepat untuk mencapai efek hemodinamik
yang diinginkan. Karena itu obat ini biasa dipakai untuk mengatasi gagal
jantung akut di IGD.
7.
Glikosida
Jantung
Mekanisme digoksin : Gagal jantung kongestif: menghambat pompa
Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan meningkatkan pertukaran natrium-kalsium
intraselular sehingga meningkatkan kadar kalsium intraseluler dan meningkatkan
kontraktilitas. Aritmia supraentrikular : Secara langsung menekan konduksi AV
node sehingga meningkatkan periode refractory efektif dan menurunkan konduksi
kecepatn - efek inotropik positif, meningkatkan vagal tone, dan menurunkan dan
menurunkan kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat
menurunkan sensitifitas dan meningkatkan toleransi pada serum konsentrasi
digoksin yang lebih tinggi.
Interaksi
digoksin :
-
Dengan Obat Lain :
Efek Cytochrome P450:
substrat CYP3A4 (minor):Meningkatkan efek/toksisitas : senyawa
beta-blocking (propanolol), verapamil dan diltiazem mempunyai efek aditif
pada denyut jantung. Karvedilol mempunyai efek tambahan pada denyut jantung dan
menghambat metabolisme digoksin. Kadar digoksin ditingkatkan oleh amiodaron
(dosis digoksin diturunkan 50 %), bepridil, siklosporin, diltiazem,
indometasin, itrakonazol, beberapa makrolida (eritromisin, klaritromisin),
metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil, kuinidin dosis
digoksin diturunkan 33 % hingga 50 % pada pengobatan awal), tetrasiklin
dan verapamil. Moricizine dapat meningkatkan toksisitas digoksin .
Spironolakton dapat mempengaruhi pemeriksaan digoksin, namun juga dapat
meningkatkan kadar digoksin secara langsung. Pemberian suksinilkolin pada
pasien bersamaan dengan digoksindihubungkan dengan peningkatan risiko aritmia.
Jarang terjadi kasus toksisitas akut digoksin yang berhubungan dengan pemberian
kalsium secara parenteral (bolus). Obat-obat berikut dihubungkan dengan
peningkatan kadar darah digoksin yang menunjukkan signifikansi klinik :
famciclovir, flecainid, ibuprofen, fluoxetin, nefazodone, simetidein,
famotidin, ranitidin, omeprazoe, trimethoprim.
Menurunkan efek: Amilorid
dan spironolakton dapat menurunkan respon inotropik digoksin. Kolestiramin,
kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat menurunkan absorpsi
digoksin. Levothyroxine (dan suplemen tiroid yang lain) dapat menurunkan kadar
digoksin dalam darah. Penicillamine dihubungkan dengan penurunan kadar digoxin
dalam darah.
Interaksi dengan obat-obat
berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik aminoglutetimid, asam
aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium, sukralfat, sulfasalazin,
neomycin, ticlopidin.
-
Dengan Makanan :
Kadar serum puncak digoksin
dapt diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan. Makanan yang mengandung
serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin menurunkan absorpsi oral digoksin.
Hindari ephedra (risiko
stimulasi kardiak)
Hindari natural licorice
(menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan hilangnya
kalium dalam tubuh)
8.
obat inotropik lain
obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gagal jantung
adalah
1.
dopamin dan dobutamin
pada kecepatan infus yang menghasilkan efek initropik
positif pada manusia, efek adrenergik β1 di miokard dominan, dan
menghasilkan peningkatan curah jantung dengan hanya sedikit peningkatan denyut
jantung. Pada pembuluh darah, efek α agonis (vasokontriksi) dari enansiomer (-)
diantagonisasi oleh efek β2 agonis (vasodilatasi) dari rasemat,
sehingga resistensi sistemik biasanya sedikit menurun. Debutamin tidak
menstimulasi reseptor dopamin.
2.
penghambat fosfodiesterase I.V
inamrinon (dulu disebut amrinon) dan milrinon merupakan
penghambat fosfodiesterase kelas III (PDE3) yang digunakan sebagai penunjang
sirkulasi jangka pendek pada gagal jantung yang parah.
9.
anti trombotik
warfarin (antikoagulan oral) diindikasikan pada gagal
jantung dengan fibrilasi atrial, riwayat kejadian tromboembolik sebelumnya,
atau adanya trombus diventrikel kiri, untuk mencegah stroke atau
tromboembolisme.
2. Obat Antiaritmia
Obat-obat abtiaritmia dapat dibagi berdasarkan
penggunaan kliniknya dalam obat-obat untuk aritmia supraventrikel (misal
verapamil). Obat-obat untuk aritmia supraventrikel dan aritmia ventrikel (misal
disopiramid), dan obat-obat untuk aritmia ventrikel (misal fenitoin).
a. Aritmia supraventrikel
Adenosin biasanya obat terpilih untuk menghentikan
takikardia supraventrikel paroksismal. Karena masa kerjanya pendek sekali
(waktu paruhnya hanya 8-10 detik, tapi memanjang juka diberikan bersama
dipiradamol), kebanyakan efek sampingnya berlangsung singkat. Berbeda dengan
verapamil, adenosin dapat digunakan setelah beta-bloker. Pada asma, lebih baik
dipilih verapamil daripada beta-bloker.
Glikosida jantung oral merupakan obat terpilih untuk
memperlambat respon ventrikel pada kasus fibrilasi dan flutter atrium. Digoksin
intravena, yang diinfus pelan-pelan,
kadang-kadang dibutuhkan bila kecepatan ventrikel perlu dikendalikan dengan
cepat.
Verapamil biasanya efektif untuk
takikardia ventrikel. Dosis intravena awal dapat diikuti dengan dosis oral,
hipotensi dapat terjadi dengan dosis yang lebih besar.
• Adenosin
• Verapamil, kodenya 7-208
• Glikosida jantung, kodenya 7-211
b. Aritmia Supraventrikel dan
Ventrikel
Obat-obat untuk aritmia
supraventrikel dan ventrikel atau obat anti aritmia kelas IA mempunyai efek
yang kuat terhadap hampir semua jenis sel di jantung. Obat-obat kelas IA
meninggikan ambang arus listrik diastolic pada otot atrium dan ventrikel dan
pada serabut Purkinje. Obat-obat ini juga meninggikan ambang fibrilasi pada
atrium dan ventrikel. Amplitudo, lonjakan (overshoot) dan Vmax fase 0 di
atrium, ventrikel dan sel Purkinje diturunkan secara dosedependent tanpa
perubahan yang nyata dari Vm. Upstroke respons premature ditekan karena obat
ini menyebabkan perubahan voltase dan reaktivasi; Vmax dikurangi dan memanjang
untuk mencapai nilai mantapnya. Perubahan yang time-dependent ini paling jelas
pada nilai Vm yang rendah.
Efek
terhadap aritmia arus balik,
aritmia arusbalik ditiadakan oleh obat kelas IA berdasarkan efeknya terhadap
masa refrakter efektif, kesigapan dan konduksi. Contohnya bila terjadi
depolarisasi premature ventrikel disebabkan oleh arus balik pada serabut
Purkinje, hambatan searah dapat diubah menjadi hambatan dua arah, sehingga arus
balik tidak terjadi. Mekanisme kerja obat kelas IA pada flutter atau fibrilasi
atrium adalah berdasarkan penghapusan arus-balik ini, tetapi lebih kompleks.
Contoh obatnya adalah disopiramid
• Disopiramid
Pada kadar terapi yang normal (3
μg/mL). kira-kira 70% disopiramid terikat pada protein plasma, fraksi yang
terikat berbanding terbalik dengan kadar total dalam plasma. Volume distribusi
disopiramid adalah sekitar 0,6 liter per kilogram, tetapi nilai ini tergantung
dosis karena ikatan proteinnya dapat jenuh. Sekitar 50% dosis disopiramid
diekskresikan oleh ginjal dalam keadaan utuh, 20% dalam bentuk metabolit
dealkilasi, dan 10% dalam bentuk lain. Metabolit monodealkilasi mempunyai efek
antiaritmia dan antikolinergiknya yang lebih lemah dari senyawa induk.
Interaksi
obat : obat yang
menginduksi enzim hati, seperti fenobarbital atau fenitoin, dapat memperpendek
lama kerja kuinidin dengan cara mempercepat eliminasinya. Tetapi karena
terdapat benyak perbedaan dalam kepekaan pasien terhadap induksi enzim, maka
sulit untuk meramalkan pasien mana yang terkena bila kuinidin di berikan pada
pasien yang mempunyai kadar digoksin plasma yang stabil, kadar digoksin akan
meningkat dua kali karena klirensnya menurun. Kadang-kadang pada pasien yang
sedang menerima antikoagulan oral terjadi peningkatan waktu protrombin setelah
pemberian kuinidin. Karena kuinidin berkhasiat sebagai penyekat
adrenoreseptor-α, interaksi aditif dapat terjadi bila diberikan bersama
vasodilator atau obat penurun volume plasma. Misalnya, nitrogliserin dapat
menimbulkan hipotensi ortostatik yang berat pada pasien yang sedang mandapat
kuinidin. Peningkatan kadar K+ plasma akan memperbesar efek obat
antiaritmia kelas 1A terhadap konduksi jantung.
c. Aritmia Ventrikel
obat
antiaritmia kelas IB sedikit sekali mengubah depolarisasi fase 0 dan kecepatan
konduksi diserabut Purkinje bila nilai Vm normal. Akan tetapi efek penekanan
obat kelas IB terhadap parameter ini sangat diperkuat bila membran
terdepolarisasi atau bila frekuensi eksilasi dinaikkan. Berlawanan dengan obat
kelas IA, obat kelas IB mempercepat repolarisasi membran.
Contoh obat kelas IB adalah fenitoin:
Fenitoin digunakan untuk pengobatan
aritmia ventrikel dan atrium yang disebabkan oleh digitalis. Fenitoin efektif
untuk mengatasi aritmia ventrikel yang timbul setelah bedah jantung terbuka dan
infark miokard, tetapi lidokain sama efektifnya dan lebih mudah diberikan.
Fenitoin mengurangi kejadian aritmia ventrikel dalam tahun pertama setelah
infark miokard bila kadar dalam plasma dipertahankan di atas 10 μg/mL. fenitoin
juga efektif untuk mengobati berbagai bentuk aritmia ventrikel yang timbul
karena intoksikasi digitalis. Takikardia ventrikel yang menetap pada pasien
penyakit jantung koroner dan takiaritmia yang menyertai sindrom Q-T panjang
juga dapat diobati secara efektif, bila fenitoin diberi bersama dengan penyekat
adrenoreseptor-β. Fenitoin tidak efektif untuk aritmia atrium seperti flutter,
fibrilasi atrium dan SVT.
Interaksi obat : β-bloker dapat
mengurangi aliran darah hati pada pasien penyakit jantung, dan akan menyebabkan
penurunan kecepatan metabolisme lidokain dan meningkatkan kadarnya dalam
plasma. Obat-obat yabg bersifat basa dapat menggantikan lidokain dari ikatannya
pada α1-acid glycoprotein. Kadar lidokain plasma meninggi pada pasien yang menerima
simetidin. Mekanisme interaksinya ini kompleks, dan selama pemberian simetidin
perlu penyesuaian dosis lidokain dapat memperkuat efek suksinilkolin.
Metabolisme meksiletin dapat dipercepat bila diberikan bersama fenitoin atau
rifampicin.
3. Obat Antihipertensi
Tekanan darah ditentukan oleh
dua faktor utama, yaitu curah jantung dan resistensi vaskuler perifer. Curah
jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi
sekuncup, sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan
kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh
darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah.
Tujuan
pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
kardiovaskuler. Penurunan tekanan sistolik harus menjadi perhatian utama ,
karena pada umumnya tekanan diastolic akan terkontrol bersamaan dengan
terkontrolnya tekanan sistolik. Target tekanan darah bila tanpa kelainan
penyerta adalah <140/90 mmHg, sedangkan pada pasien dengan DM atau kelainan
ginjal, tekanan darah harus di turunkan di bawah 130/80 mmHg.
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri
melebihi normal dan kenaikan ini bertahan. Menurut WHO, tidak tergantung pada
usia. Hipertensi mungkin dapat diturunkan dengan terapi tanpa obat
(non-farmakoterapi) tau terapi dengan obat (farmakoterapi). Semua pasien, tanpa
memperhatikan apakah terapi dengan oabt dibutuhkan, sebaiknya dipertimbangkan
untuk terapi tanpa obat. Caranya dengan mengendalikan bobot badan, pembatasan
masukan sodium, lemak jenuh, dan alkohol serta pertisipasi dalam program olah
raga dan tidak merokok.
a. Penghambat saraf adrenergik
Obat dolongan ini bekerja dengan cara mencegah
pelepasan noradrenalin dari pasca ganglion saraf adrenergik. Obat-obat golongan
ini tidak mengendalikan tekanan darah berbaring dan dapat menyebabkan hipotensi
postural. Karena itu, obat-obat ini jarang digunakan, tetapi mungkin masih
perlu diperlukan bersama terapi lain pada hipertensi yang resisten.
• Debrisokuin, kodenya 7-260
• Reserpin, kodenya 7-261
b. Alfa-broker
Sebagai alfa-broker, prazosin
menyebabkan vasodilatasi arteri dan vena sehingga jarang menimbulkan takikardi.
Obat ini menurunkan tekanan darah dengan cepat setelah dosis pertama, sehingga
harus hati-hati pada pemberian pertama. Untuk pengobatan hipertensi,
alfa-broker dapat digunakan bersama obat antihipertensi lain.
• Deksazosin
• Indoramin, kodenya 7-138
• Prasozin Hidroklorida, kodenya 7 –
268
• Terazosin
c. Penghambat enzim pengubah
anglotensin (penghambat ACE)
Pengambat ACE bekerja dengan cara
menghambat pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Obat-obat golongan
ini efektif dan pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Obat-obat golongan
ini terutama diindikasikan untuk hipertensi pada diabetes tergantung insulin
dengan nefropati, dan mungkin untuk hipertensi pada semua pasien diabetes.
• Kaptopropril
• Benazepril
• Delapril
• Enalapril maleat
• Fisonopril
• Perinopril
• Kuinapril
• Ramipril
• Silazapril
d. Antagonis reseptor angiotensin II
Sifatnya mirip penghambat ACE,
bedanya adalah obat-obat golongan ini tidak menghambat pemecahan bradikin dan
kinin-kinin lainnya, sehingga tampaknya tidak menimbulkan batuk kering
parsisten yang biasanya
mengganggu terapi dengan penghambat
ACE. Karena itu, obat-obat golongan ini merupakan alternatif yang berguna untuk
pasien yang harus menghentikan penghambat ACE akibat batuk yang parsisten.
• Losaktan kalium
• Valsatran
e. Obat-obat untuk feokromositoma
Fenoksibanzamin adalah alfa-broker
kuat dengan banyak efek samping. Obat ini digunakan bersama bata-bloker untuk
pengobtan jangka pendek episode hipertensi berat pada feokromositoma.
Fentolamin adalah alfa-broker kerja
pendek yang kadang-kadang juga digunakan untuk diagnosis feokromositoma.
• Fenoksibanzamin, kodenya 7-134
• Fentolamin, kodenya 7-130
f. Obat antihipertensi yang bekerja
sentral.
Kelompok ini termasuk metildopa, yang
mempunyai keuntungan karena aman bagi pasien asma, gagal jantung, dan
kehamilan. Efek sampingnya diperkecil jika dosis perharinya dipertahankan tetap
dibawah 1 g.
• Klobidin hidroklorida, kodenya
7-263
• Metildopa, kodenya 7-262
• Guanfasin
4. Obat Antiangina
Sebagian besar pasien angina pektoris diobati dengan
beta-bloker atatu antagonis kalsium. Meskipun demikian, senyawa nitrat kerja
singkat, masih berperan penting untuk tindakan prefilaksis sebelum kerja fisik
dan untuk nyeri dada yang terjadi sewaktu istirahat.
a. Golongan nitrat
Senyawa nitrat bekerja langsung merelaksasi oto polos
pembuluh vena, tanpa bergantung pada sistem persarafan miokardium. Dilatasi
vena menyebabkan alir balik vena berkurang sehingga mengurangi beban hulu jantung. Selain itu, senyawa nitrat
juga merupakan vasodilator koroner yang poten
• Gliseril trinitrat, kodenya 7-240
• Isosorbid dinitrat, kodenya 7-242
• Isosorbid mononitrat, kodenya 7-242
• Pentaeritritol tetranitrat, kodenya
7-241
b. Golongan antagonis kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara
menghambat influks ion kalsium transmembran, yaitu mengurangi masuknya ion
kalsium melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel otot polo, otot jantung dan
saraf. Berkurangnya kadar kalsium bebas di dalam sel-sel tersebut menyebabkan
berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh darah (vasodilatasi), kontraksi otot
jantung (inotropik negatif), serta pembentukan dan konduksi impuls dalam
jantung (kronotropik dan dromotropik negatif).
• Amplidipin besilat
• Diltiazem hidroklorida
• Nikardipin hidroklorida
• Nifedipin
• Nimodipin
c. Golongan beta-bloker
Obat-obat penghambat adrenoseptor
beta (beta-bloker) menghambat adrenoseptor-beta di jantung, pembuluh darah
perifer, bronkus, pankreas, dan hati. Saat ini banyak tersedia beta-bloker yang
pada umumnya menunjukkan efektifitas yang sama. Namun, terdapat perbedaan-perbedaan
diantara berbagai beta-bloker, yang akan mempengaruhi pilihan dalam mengobati
penyakit atau pasien tertentu. Beta-bloker dapat mencetuskan asma dan efek ini
berbahaya. Karena itu, harus dihindarkan pada pasien dengan riwayat asma atau
penyakit paru obstruktif menahun.
• Propranolol hidroklorida, kodenya
7-138
• Asebutolol, kodenya 7-138
• Atenolol
• Betaksolol
• Bisoprolol fumarat
• Karvedilol
• Labetalol hidrklorida, kodenya
7-268
• Metoprolol tartrat, kodenya 7-208
• Nadolol
• Oksprenolol hidroklorida, kodenya
7-201
• Pindolol
• Sotalol hidroklorida, kodenya 7-208
Tidak ada komentar:
Posting Komentar