BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dengan
semakin pesatnya perkembangan zaman dan pemakaian bahan atau produk kimia
ternyata dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia. Salah satunya adalah
timbulnya penyakit yang dinamakan kanker. Kanker timbul ketika sel dalam tubuh
mulai tumbuh diluar kendali. Sel kanker akan terus tumbuh dan membelah. Hal ini
terjadi karena terjadi kerusakan DNA (Deoxyribonucleic Acid) yang dapat
disebabkan oleh berbagai penyebab (ACS, 2007).
Sel
kanker dapat bersifat agresif (tumbuh dan membelah melampaui batas normal),
invasif (invasi dan merusak jaringan disekitar), dan atau metastatik (menyebar
ke lokasi yang lain dalam tubuh). Ketiga sifat sel kanker inilah yang
membedakannya dengan tumor jinak. Tumor jinak biasanya pertumbuhannya terbatas
(self limited) dan tidak menginvasi atau metastasis (meskipun beberapa
tumor jinak dapat berkembang menjadi ganas). Kanker dapat mengenai orang pada
semua usia tetapi resiko biasanya meningkat seiring dengan peningkatan umur
(Wikipedia, 2007).
Kanker
biasanya digolongkan berdasarkan jaringan darimana sel tersebut berasal dan
juga bisa dengan kemiripannya dengan sel normal. Ini berarti secara lokasi dan histologi.
Diagnosis definitif memerlukan pemeriksaan histologi dari biopsi jaringan. Perkembangan
kanker berbeda tergantung tipe, lokasi dan stadium (Wikipedia, 2007).
Salah
satu kanker yang banyak ditemukan pada wanita dan sedikit pada pria adalah
kanker payudara. Secara
umum, kanker payudara adalah salah satu penyebab kematian yang paling mengancam
wanita selain kanker rahim dan kanker paru-paru. Sebagian besar kasus kanker
payudara menyerang wanita di usia 40-45 tahun. Namun ada juga wanita di luar
usia tersebut yang terserang.
Di
negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia pun angka penderita
kanker payudara dan kanker lain sudah demikian tingginya. Berdasarkan data
Global Burden Of Cancer angka kejadian kanker payudara di Indonesia 26 per
100.000 perempuan (Antarnews, 2010). Hal ini mungkin disebabkan antara lain
oleh gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan, penggunaan
insektisida, zat-zat pengawet, pewarna, penyedap makanan, serta stress yang
berkepanjangan.
B.
Rumusan Masalah
Pembahasan
mengenai kanker payudara sangat luas cakupannya, sehingga penulis memfokuskan
dan merumuskan cakupan pembahasan
sebagai berikut :
1. Bagaimana
patofisiologi kanker payudara?
2. Apa
gejala-gejala klinik yang menandakan adanya kanker payudara?
3. Bagaimana
sasaran dan strategi dari kanker payudara?
4. Bagaimana
penatalaksanaan kanker payudara?
5. Bagaimana
evaluasi obat yang beredar di Indonesia?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
yang ingin dicapai dari pembuatan makalah kenker payudara ini , yaitu ;
1. Mengetahui
patofisiologi kanker payudara
2. Mengetahui
gejala-gejala klinik yang menandakan adanya kanker payudara
3. Mengetahui
sasaran dan strategi dari kanker payudara
4. Mengetahui
penatalaksanaan kanker payudara
5. Mengetahui
evaluasi obat yang beredar di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker merupakan proses
yang melibatkan banyak faktor baik faktor genetik maupun faktor lingkungan yang
multi-kompleks. Perubahan dari sel normal menjadi sel kanker (proses transformasi)
diakibatkan oleh perubahan struktur/mutasi DNA, ekspresi/transkripsi mRNA, dan
fungsi protein yang melibatkan beberapa gen. Kanker dapat dipicu oleh ekspresi
onkogen (gen pendukung transformasi sel normal menjadi sel kanker), atau tidak
aktifnya gen yang berperan sebagai penghalang atau penekan pertumbuhan kanker
(tumor suppressor genes), serta kelainan pada gen yang berperan pada perbaikan DNA
(DNA repair genes) (Suyanti dkk, 2010).
Breast cancer merupakan
jenis kanker yang sangat berbahaya di dunia, baik di negara maju atau negara berkembang.
Setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di
antaranya meninggal dunia, dari jumlah tersebut 506.000 disebabkan oleh breast
cancer. Hal ini menunjukkan bahwa breast cancer adalah salah satu
kanker ganas di dunia. Saat ini 16 % dari semua jenis kanker pada wanita di dunia
adalah breast cancer. Berdasarkan data WHO, 69 % dari kematian breast
cancer di dunia terjadi di negara berkembang (Rachman dan Purnami, 2012). Kanker
payudara merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang mengenai kaum wanita
setelah kanker serviks. Amerika utara dan Eropa memiliki angka insiden kanker
payudara yang lebih tinggi daripada Asia. Di Amerika Serikat kanker payudara
merupakan 32 % dari seluruh jumlah kanker pada wanita. Secara umum dapat
dikatakan kanker payudara dapat terjadi pada 1 dari 8-9 wanita di sepanjang
hidupnya. Belum ada data yang akurat untuk insiden kanker payudara di
masyarakat Indonesia pada saat ini; karena luasnya wilayah dan terbatasnya
sarana maka semua data kanker berdasarkan data dari rumah sakit. Dari beberapa
laporan, Angka kanker payudara diperkirakan 20 % dari seluruh kanker yang
menyerang wanita (Azamris,
2006).
Riwayat keluarga yang
pernah mengalami kanker payudara meningkatkan risiko berkembangnya penyakit
ini. Para peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan BRCA2
dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker payudara sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun, tetapi faktor genetik hanya
berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan ini menunjukkan bahwa
faktor risiko lainnya memainkan peranan penting (Foulkes, 2008). Pentingnya
faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara
terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien
yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah
64 tahun. Studi juga mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan
kanker payudara yang meliputi pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan
lemak serta kurangnya olah fisik. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid
pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan
kanker payudara (Kusnadi dkk, 2009).
BAB III
PEMBAHASAN
Kanker payudara
merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang terdapat pada payudara.
Payudara terdiri dari lobulus-lobulus, duktus-duktus, lemak dan jaringan
konektif, pembuluh darah dan limfe. Pada umumnya kanker berasal dari sel-sel
yang terdapat di duktus, beberapa diantaranya berasal dari lobulus dan jaringan
lainnya.
Kanker payudara
merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertiga dari seluruh keganasan yang
dijumpai pada wanita. Kanker payudara juga merupakan penyebab kematian kedua
setelah kanker leher rahim pada wanita serta menempati insiden tertinggi dari
seluruh keganasan. Setiap tahun, lebih dari satu juta kasus baru kanker
payudara didiagnosa di seluruh dunia dan hampir 400.000 orang akan meninggal
akibat penyakit tersebut. Sampai tahun 2003, Kanker payudara merupakan kanker
dengan insidens tertinggi No.2 di Indonesia dan terdapat kecenderungan dari
tahun ke tahun insidens ini meningkat; seperti halnya di negara barat. Angka
kejadian kanker payudara di Amerika Serikat 92/100.000 wanita pertahun dengan
mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai
pada wanita. Di Indonesia berdasarkan “Pathological Based Registration“ kanker
payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia mempunyai
insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun; dengan kenyataan bahwa lebih dari
50% kasus masih berada dalam stadium lanjut.
1.
Patofisiologi
Kanker Payudara
Kanker
merupakan buah dari perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan
tidak terkontrol. Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk
benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tidak semua tumor bersifat kanker.
Tumor yang bersifat kanker disebut tumor ganas, sedangkan yang bukan kanker
disebut tumor jinak. Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang
terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong, sel tumor jinak tidak
menyebar ke bagian lain pada tubuh penderita.
Kanker
payudara, seperti lainnya kanker, terjadi karena interaksi antara lingkungan
dan gen yang rusak. Sel Normal membagi sebanyak kali yang diperlukan dan
berhenti. Mereka melampirkan sel lain dan tetap berada di tempat di jaringan.
Sel menjadi kanker ketika mutasi menghancurkan kemampuan mereka untuk berhenti membagi,
untuk melampirkan pada sel-sel lain dan untuk tinggal di mana mereka berada. Ketika
sel membagi, DNA mereka biasanya disalin dengan banyak kesalahan. Kesalahan-koreksi
protein memperbaiki kesalahan itu. Mutasi yang diketahui dapat menyebabkan kanker,
seperti p53 , BRCA1, BRCA2 dan Rb , dimana terjadi di-koreksi kesalahan
mekanisme.
Mutasi pada p53 diperkirakan
terjadi sampai separuh dari semua kanker manusia dan 20-30% pada kanker
payudara. Perubahan germline p53 dapat menyebabkan sindrom Li-Fraumeni yaitu
predisposisi familial untuk mengalami keganasan seperti kanker payudara, sarkoma,
leukemia dan tumor otak pada dekade kedua dan ketiga. p53 terletak pada
kromosom 17p. Pada kondisi normal, p53 bertindak mengatur mekanisme pembelahan
sel. Ketiak teraktivasi, p53 dapat berinteraksi langsung dengan DNA untuk
menghasilkan transkripsi sejumlah gen termasuk CKI p21, istirahat sementara
pada siklus sel dalam fase G1 atau G2/M sebelum mitosis untuk perbaikan DNA.
p53 juga mampu berinteraksi dengan jalur selular lain untuk memacu apoptosis
atau diferensiasi. Abnormalitas ekspresi p53 berkaitan dengan prognosis buruk
dalam kasus kanker payudara.
Diperkirakan
sekitar 0,12% dari populasi umum membawa mutasi BRCA-1. Mutasi BRCA-1 telah diperkirakan lebih dari 5% dari semua
kanker payudara pada wanita dibawah umur 40 tahun tetapi kejadiannnya meningkat
lebih dari 90% untuk kasus yang muncul pada keluarga yang memiliki riwayat
empat atau lebih kanker payudara dan lebih dari satu kanker ovarium. Resiko
kanker payudara pada pasien dengan mutasi BRCA-1 diperkirakan sekitar 49-73%
pada umur 50 tahun , 71-81% pada umur 70 tahun. Selain itu kemungkinan akan
terjadi kanker ovarium 20-30% serta insiden kanker kolorektal dan prostat bisa
meningkat. Akan tetapi perubahan BRCA-1 tidak berkaitan dengan peningkatan
resiko kanker payudara laki-laki. Mutasi BRCA-1 meliputi delesi, substitusi dan
insersi, sering dikaitkan dengan tumor grading tinggi. Meskipun BRCA-1 paling
sering terdeteksi pada kanker payudara familial, BRCA-1 jarang ditemukan pada
kasus sporadik.
BRCA-2
Memiliki kesamaan dengan BRCA-1 meskipun dengan struktur yang berbeda. Resiko
untuk timbulnya kanker payudara atau ovarium adalah sama dengan mutasi BRCA-1.
Mutasi pada BRCA-2 tidak berkaitan erat dengan grading tumor yang tinggi. Tidak
infiltrat limfosit seperti pada mutasi BRCA-1. mutasi BRCA-2 juga berkaitan
dengan insiden kanker prostat, gaster dan melanoma.
Rb
yaitu Gen retinoblastoma sebagai tumor supresor pertama yang diketemukan.
Perubahan gen ini diperkirakan terjadi lebih dari separuh semua keganasan. Pada
kanker payudara mutasi atau kehilangan gen Rb terdapat sebanyak 30% kasus
(Osborne et al, 2004).
Mutasi
p53 , BRCA1, BRCA2 dan Rb, baik diwarisi atau diperoleh setelah lahir. Diduga,
mereka membiarkan mutasi lain, yang memungkinkan divisi yang tidak terkendali,
kurangnya lampiran, dan metastasis ke organ jauh. Normal sel akan bunuh diri
sel ( apoptosis ) ketika mereka tidak lagi diperlukan. Sampai saat itu, mereka
dilindungi dari bunuh diri sel oleh clusers beberapa protein dan jalur. Salah
satu jalur pelindung adalah PI3K / AKT jalur; lain adalah RAS / MEK / ERK
jalur. Terkadang gen sepanjang jalur-jalur pelindung bermutasi dengan cara yang
membuat mereka secara permanen "pada", rendering sel mampu melakukan
bunuh diri ketika tidak lagi dibutuhkan. Ini adalah salah satu langkah yang menyebabkan
kanker dalam kombinasi dengan mutasi lainnya. Biasanya, PTEN protein mematikan
jalur PI3K/AKT ketika sel siap untuk bunuh diri sel. Dalam beberapa kanker
payudara, gen untuk protein PTEN adalah bermutasi, sehingga jalur PI3K/AKT
terjebak dalam "pada" posisi, dan sel kanker tidak bunuh diri.
Selain
akibat perubahan genetik, kanker payudara juga dapat terjadi akibat pengaruh hormonal
dan lingkungan. Kelebihan estrogen endogen atau ketidakseimbangan hormon ini
dapat berpengaruh meninmbulkan kanker payudara.
Banyak
dari faktor resiko seperti masa reproduksi dengan durasi yang lama
nulliparitas, kehamilan pertama pada usia tua dapat meningkatkan pemaparan
estrogen selama siklus menstruasi. Estrogen menstimulasi produksi faktor
pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan sel kanker. Dihipotesiskan
bahwa reseptor estrogen (ER) dan progesteron (PgR) secara normal terdapat pada
epitel payudara dan sering juga terdapat pada sel kanker payudara. Reseptor ini
kemungkinan berinteraksi dengan promotor pertumbuhan seperti transforming
growth factor α (berkaitan dengan epithelial growth factor), platelet-derived
growth factor dan fibroblast growth factor. Mekanisme ini dipacu
oleh sel kanker payudara untuk menghasilkan mekanisme autokrin pada
perkembangan tumor (Kumar et al, 2003).
Faktor
lingkungan sesuai dengan faktor resiko pada lingkungan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Hal ini seperti pemaparan tubuh terhadap radiasi dan pemakaian estrogen eksogen
(Kumar et al, 2003).
Orang-orang
di negara-negara kurang berkembang laporan tingkat insiden lebih rendah dibandingkan
di negara maju. Di Amerika Serikat, 10 hingga 20 persen pasien dengan kanker
payudara dan kanker ovarium pasien dengan memiliki-pertama atau relatif tingkat
dua dengan salah satu penyakit ini. Mutasi pada salah satu dari dua gen
kerentanan besar, gen suseptibilitas kanker payudara 1 (BRCA1) dan kerentanan
gen kanker payudara 2 (BRCA2), memberi resiko kanker payudara seumur hidup
antara 60 dan 85 persen dan risiko kanker ovarium seumur hidup antara 15 dan 40
persen. Namun, mutasi gen dalam account untuk hanya 2 hingga 3 persen dari
semua kanker payudara.
2.
Gejala
klinik Kanker Payudara
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda
dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya
memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh
jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium
lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok
di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti
kulit jeruk. Lebih dari 80% kasus kanker payudara ditemukan ketika seorang
wanita merasa benjol. Pada saat benjolan payudara terlihat, itu mungkin telah
berkembang selama bertahun-tahun. Kanker payudara awal dapat terdeteksi oleh mammogram. Lumps ditemukan pada kelenjar getah bening yang terletak di
ketiak yang juga dapat menunjukkan kanker payudara.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa
di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal
dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin
juga bernanah), perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting
susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu),
payudara tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu
tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau pembengkakan salah
satu payudara. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat
badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
Ketika sel-sel kanker payudara menyerang pembuluh getah bening
kulit limfatik-kecil di kulit dadanya presentasi dapat menyerupai peradangan
kulit dan dengan demikian dikenal sebagai kanker payudara inflamasi (IBC).
Gejala kanker payudara inflamasi termasuk rasa sakit, bengkak, hangat dan
kemerahan di seluruh payudara, serta tekstur kulit-kulit jeruk untuk disebut
sebagai peau d'orange. Kompleks gejala lain melaporkan kanker payudara adalah
Penyakit Paget payudara . Ini sindrom menyajikan sebagai eczematoid perubahan
kulit seperti kemerahan dan pengelupasan ringan pada kulit puting susu. Sebagai
uang muka Paget, gejala dapat mencakup kesemutan, gatal, sensitivitas
meningkat, pembakaran, dan rasa sakit. Ada juga mungkin debit dari puting.
Sekitar setengah dari wanita yang terdiagnosis Paget juga memiliki benjolan di
dada.
Stadium Kanker Payudara menurut Canadian Cancer Society:
Stadium dalam kanker, adalah untuk menggambarkan kondisi kanker,
yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya, sejauh mana pengaruhnya terhadap
organ tubuh yang lain. Dokter menggunakan test-test untuk menentukan stadium
dari kanker. Jadi stadium belum bisa ditentukan apabila test-test itu belum
komplit/selesai. Dengan mengetahui stadium, ini adalah salah satu cara yang
membantu dokter untuk menentukan pengobatan apa yang cocok untuk pasien.
Salah satu cara yang dokter gunakan untuk menggambarkan stadium
dari kanker adalah system TNM. System ini menggunakan tiga kriteria untuk
menentukan stadium kanker. Yaitu :
1)
Tumor itu sendiri. Seberapa
besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya ( T, Tumor )
2)
Kelenjar getah bening di
sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar getah bening
disekitarnya? ( N, Node )
3)
Kemungkinan tumor telah
menjalar ke organ lain ( M, Metastasis )
ü Stadium 0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau
Noninvasive Cancer. Yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran
payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.
ü Stadium 1
Tumor masih sangat kecil, diameter tumor
terbesar kurang dari atau sama dengan 2 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar
limfe regional
ü Stadium 2a
Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara,
tetapi terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor
lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis kelenjar limfe
mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih
dari 5 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.
ü Stadium 2b
Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak
lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar
ipsilateral.
Diameter tumor
lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe regional.
ü Stadium 3a
Diameter tumor
lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar
ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain. Diameter tumor
lebih dari 5 cm dan
terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi
dengan jaringan lain.
ü Stadium 3b
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory
Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah
bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ
tubuh
ü Stadium 3c
Ukuran
tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular
ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar
limfe supraklavikular ipsilateral.
ü Stadium 4
Ukuran tumor bisa
berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu : tulang,
paru-paru, liver atau tulang rusuk
3.
Sasaran
& Strategi Kanker Payudara
Telomerase
merupakan sasaran yang sangat didambakan untuk mengobati sel-sel kanker.
Pendekatan pertama antitelomerase untuk memblokir telomerase adalah penggunaan
struktur nukleotida. Ribozim berperan sebagai salah satu antitelomerase adalah
molekul RNA dengan kemampuan untuk pemutusan urutan efek pembelahan khusus
transkrip lainnya.
Ribozim
memiliki kemampuan untuk mengenali dan memotong molekul RNA spesifik sehingga
ribozim merupakan calon yang menarik untuk terapi pada manusia khususnya pada terapi
kanker, dalam hal ini kanker payudara juga merupakan target potensial. Ribozim,
sebuah sekuens RNA katalitik, akan diekspresikan dalam baris sel kanker
payudara, untuk secara khusus mengenali, memotong dan menghilangkan telomerase
kompleks. Terapi ribozim ini dirancang untuk mencegah pembelahan sel tumor dan
menghilangkan potensi metastasis kanker payudara.
Sel-sel
kanker payudara yang mengekspresikan ribozim anti-telomerase telah diamati dapat
mengurangi tingkat hTERT (human telomerase reverse transcriptase komponen)
mRNA, penurunan aktivitas telomerase, dan penghambatan proliferasi sel
terbatas. Selain itu, ribozim yang menghancurkan pengodean mRNA reseptor
endotel dari Vaskular Growth Factor (VEGF) memiliki makna klinis yang sedang
dikembangkan. VEGF adalah stimulan utama dari angiogenesis, dan menghalangi
tindakan yang dapat membantu mengurangi nutrisi jaringan pada kanker.
Cara
kerja ribosom sebagai antikanker dapat dilihat pada aktivitas antitelomerase
oleh ribozim dengan target sasaran hTERT dapat meningkatkan sensitivitas sel
kanker payudara terhadap doksorubisin, suatu inhibitor topoisomerase. Hal ini
menimbulkan dugaan bahwa akan adanya pengaruh yang sinergis antara antitelomerase
ribozim dengan kemoterapi topoisomerase.
4.
Penatalaksanaan
Pengobatan
kanker payudara tergantung dari :
-
Ukuran dan letak tumor
-
Apakah kanker sudah menyebar
-
Kondisi kesehatan pasien secara
keseluruhan.
Dalam
banyak kasus, dokter akan bekerjasama dengan pasien untuk menentukan rencana
pengobatan Meskipun pengobatan tiap pasien akan di sesuaikan oleh dokter. Tapi
berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam pengobatan kanker payudara
:
·
Tujuan utama pengobatan kanker stadium
awal adalah mengangkat tumor dan membersihkan jaringan disekitar tumor. Jadi
dokter akan merekomendasikan operasi untuk mengangkat tumor. Umumnya kemudian
akan dilakukan terapi radiasi pada jaringan payudara yang masih ada. Untuk
keadaan tertentu ( misalnya, pasien dengan problem medis yang serius ) radiasi
bisa jadi ditunda.
·
Tahapan berikut dalam menangani kanker
stadium awal adalah mengurangi resiko kanker akan kambuh dan membuang sel
kanker yang masih ada. Bila tumornya lebar atau saluran kelenjar getah bening
telah terserang kanker juga, dokter akan merekomendasikan terapi tambahan,
antara lain : Terapi Radiasi, Chemotherapy, dan / atau hormone terapi. Sedang
untuk kanker yang kambuh lagi, diperlakukan dengan bermacam-macam cara.
Ketika
merencanakan pengobatan, dokter akan mempertimbangkan beberapa factor :
ü Stadium
dan grade kanker
ü Satus
tumor hormone receptor (ER, PR) dan status HER2/neu
ü Umur
pasien dan kesehatannya secara umum
ü Pasien
sudah menopause atau belum
ü Adanya
mutasi dari gen kanker payudara Kondisi biologi kanker payudara memberi efek
pada tingkah laku kankernya dan pengobatannya. Beberapa tumor ukurannya kecil
tapi tumbuhnya cepat atau ukurannya besar tapi tumbuhnya lambat.
5.
Evaluasi
Obat yang beredar di Indonesia
Evaluasi
keberhasilan terapi kemoterapi didasarkan pada objective response rate paska
kemoterapi ( partial response dan complete response ). Kemoterapi pada
kanker payudara tidak cukup diberikan hanya dengan satu regimen. Regimen kemoterapi
untuk kanker payudara yang sering digunakan adalah cyclophosphamide, adriamycin,
5 Fluoro Urasil (5FU) dan paclitaxel.
Cyclophosphamide
merupakan
regimen kemoterapi kanker payudara yang paling sering digunakan. Bentuk Hidroxy-peroxy-cyclophosphamide,
derivat aktif cyclophosphamide, menekan aktivitas sel Natural Killer (NK),
hal ini memperberat efek imunosupresan cyclophospamide. Penderita kanker
sendiri mengalami supresi imun, selain itu juga kemoterapi pada penderita
kanker juga akan mempengaruhi sistem imun itu sendiri. Cyclophosphamide menimbulkan
kerusakan DNA permanen dan menimbulkan efek yang lebih luas terhadap jaringan
yang sedang membelah. Sel-sel labil, seperti sel hemopoetik dalam sumsum
tulang, epitel rambut, epitel permukaan rongga organ dalam, yang mempunyai
kemampuan membelah terus menerus dan berprolifersi tak terbatas, merupakan
sasaran efek dari kemoterapi pada umumnya dan cyclophosphamide pada
khususnya. Hal ini tampak jelas terlihat seperti rambut rontok, diare dan
imunosupresi
Untuk
meminimalkan efek samping tersebut digunakan imunostimulator. Salah
satunya adalah transfer factor. Transfer factor merupakan salah satu imunostimulator
yang diproduksi oleh limfosit T, tetapi sekarang dapat diperoleh dari
pemurnian kolostrum sapi. Karena merupakan hasil ekstrak, berat molekul transfer
factor lebih rendah dibanding kolostrum sehingga mengurangi insiden alergi.
Transfer factor dapat mentransfer kemampuan pengenalan terhadap patogen ke sel
walaupun tidak kontak dengan patogen tersebut (sebagai fungsi memori) dan dapat
meningkatkan kemampuan sistem imun dalam bereaksi terhadap patogen dan memicu
pengenalan limfosit T terhadap antigen dan pada sisi yang lain berperan sebagai
produk gen yang mampu mempresentasikan antigen ke limfosit T yang lain.
Kemampuannya dalam meningkatkan jumlah dan aktivitas Tumor Nekrosis Faktor (TNF)
K dan sel NK merupakan dasar pemikiran dalam penanganan kanker.
BAB IV
PENUTUP
Adapun
Kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut ;
a)
Kanker merupakan buah dari
perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol. Mutasi
yang diketahui dapat menyebabkan kanker, seperti p53 , BRCA1, BRCA2 dan Rb, dimana
terjadi di-koreksi kesalahan mekanisme.
b)
Pada stadium awal, jika
didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit.
Sedangkan, pada kanker stadium lanjut, bisa berbentuk benjolan yang membengkak
atau borok di kulit payudara.
c)
Ribozim berperan sebagai salah satu
antitelomerase adalah molekul RNA dengan kemampuan untuk pemutusan urutan efek
pembelahan khusus transkrip lainnya.
d)
Tujuan utama pengobatan kanker
stadium awal adalah mengangkat tumor dan membersihkan jaringan disekitar tumor.
Sedangkan pada tahapan berikut dalam menangani kanker stadium awal adalah
mengurangi resiko kanker akan kambuh dan membuang sel kanker yang masih ada.
e)
Regimen kemoterapi untuk kanker
payudara yang sering digunakan adalah cyclophosphamide, adriamycin,
5 Fluoro Urasil (5FU) dan paclitaxel.
DAFTAR PUSTAKA
Azamris, 2006, “Analisis
Faktor Risiko pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang”. Cermin Dunia
Kedokteran, No. 152
Kusnadi S dan Sintaningtyas LJ., 2009,
“Potensi Ultrasound dalam
Penatalaksanaan Kanker Payudara tanpa Pembedahan”, Karya Tulis Gagasan Tertulis,
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rachman F dan
Purnami SW., 2012, “Perbandingan Klasifikasi Tingkat Keganasan Breast Cancer
dengan Menggunakan Regresi Logistik Ordinal dan Support Vector
Machine (SVM), Jurnal Sains dan Seni
Its Vol. 1 (1)
Suyanto
PY., Utomo AR dan Sandra F., 2010, “Peranan Hipermetilasi DNA pada Kanker”, Cermin Dunia Kedokteran, Cancer
Division, Stem Cell and Cancer Institute, Kalbe Pharmaceutical Company,
Jakarta, Indonesia.
Smeltzer,
Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,
; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.
Thomson,
A.D. 1997. Catatan Kuliah Patologi Edisi III. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Underwood,
J.C.E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar