Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Kamis, 02 Oktober 2014

Temulawak

Temulawak

Temulawak merupakan spesies Curcuma terbanyak. Sering kali tanaman ini ditemukan dalam semak-semak hutan jati, tetapi ada juga yang ditanam atau dibudidayakan khususnya di daerah Pulau Jawa. Temulawak tumbuh liar di hutan-hutan beberapa pulau di Indonesia antara lain Jawa, Maluku, dan Kalimantan. Di Indonesia, temulawak dikenal dengan berbagai nama daerah, misalnya koneng gede (sunda), temulawak (Sumatera dan Jawa), dan temo lobak (Madura). Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Gambar 2.  Rimpang temulawak.
1.      Taksonomi (Herman, 2000)
Regnum        : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Sub Divisi    : Angiospermae
Kelas            : Monocotyledonae
Ordo            : Zingiberales
Famili           : Zingiberaceae
Genus           : Curcuma
Spesies         : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
2.         Morfologi
Temulawak sebagai tanaman monokotil tidak memiliki akar tunggang. Akar yang dipunyai adalah rimpang. Rimpang adalah bagian batang di bawah tanah. Rimpang disebut juga umbi akar, umbi batang, atau umbi tunggal (Afifah et al., 2005). Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang oranye tua atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk di tanah pada kedalaman sekitar 16 cm (Parahita, 2007).
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk semu dan tingginya dapat mencapai 2 sampai 2,5 meter berwarna hijau atau cokelat gelap. Pelepah daunnya saling menutupi membentuk batang. Baunya harum dan rasanya pahit agak pedas (Parahita, 2007).
Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau cokelat keunguan terang sampai gelap. Panjang daun 31-84 cm dan lebar 10-18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43-80 cm. Daunnya bundar panjang, mirip daun pisang (Parahita, 2007).
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol), berukuran pendek dan lebar, warna putih atau kuning tua dan pangkal bunga berwarna ungu. Bunga majemuk berbentuk bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Mahkota bunga berwarna merah berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5 cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25-2 cm dan lebar 1 cm (Parahita, 2007).
Keping tipis temulawak, berbentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengahnya sampai 6 cm, dan tebal 2 mm sampai 5 mm. Permukaan berkerut warna cokelat kuning buram, melengkung tidak beraturan dan tidak rata. Sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks. Korteksnya sempit dan mempunyai tebal 3 mm sampai 4 mm. Bekas patahan berdebu, berwarna kuning jingga sampai cokelat jingga terang (Parahita, 2007).
Epidermis temulawak bergabus dan terdapat sedikit rambut yang berbentuk kerucut bersel satu. Hipedermis agak menggabus, dibawahnya terdapat periderm yang kurang berkembang. Korteks dan silinder pusat parenkimatik terdiri dari sel parenkim berdinding tipis berisi butir pati. Dalam parenkim tersebar banyak sel minyak yang berisi minyak berwarna kuning dan zat berwarna jingga, juga terdapat idiblas berisi hablur kalsium oksalat berbentuk jarum kecil. Butir pati berbentuk pipih, bulat panjang sampai bulat telur memanjang. Panjang butir 20μm sampai 70μm, lebar 5μm sampai 30μm, tebal 3μm sampai 10μm, lamella jelas dan hillus di tepi. Berkas pembuluh tipe kolateral, tersebar tidak beraturan pada parenkim korteks dan pada silinder pusat. Berkas pembuluh disebelah dalam endodermis tersusun dalam lingkaran dan letaknya lebih berdekatan satu sama lainnya. Pembuluh didampingi oleh sel sekresi yang panjangnya sampai 200μm, berisi zat berbutir warna cokelat dengan besi (III) klorida menjadi lebih tua (Parahita, 2007).
3.      Kandungan Kimia
Menurut Parahita 2007 temulawak mengandung kurkumin, minyak atsiri, phelandren, kamfer, tumerol, borneol, sineal, dan xanthorrizol. Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Saponin, Triterpennoid, Steroid, Glikosida, dan Fenolik (Hayani, 2006).
4.      Khasiat
Rimpang temulawak sangat berkhasiat untuk antiradang, anti keracunan empedu, penurunan kadar kolesterol, diuretik (peluruh kencing), penambah ASI, tonikum, penghilang nyeri sendi, melancarkan proses pencernaan tubuh, meningkatkan fungsi ginjal, melancarkan pengeluaran toksik dalam tubuh melalui air kencing, membantu proses metabolisme, dan memulihkan kesehatan tubuh badan akibat serangan penyakit (Parahita, 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar