Temulawak
Temulawak merupakan spesies Curcuma
terbanyak. Sering kali tanaman ini ditemukan dalam semak-semak hutan jati,
tetapi ada juga yang ditanam atau dibudidayakan khususnya di daerah Pulau Jawa.
Temulawak tumbuh liar di hutan-hutan beberapa pulau di Indonesia antara lain
Jawa, Maluku, dan Kalimantan. Di Indonesia, temulawak dikenal dengan berbagai
nama daerah, misalnya koneng gede (sunda), temulawak (Sumatera dan Jawa), dan
temo lobak (Madura). Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.)
Gambar 2. Rimpang temulawak.
1.
Taksonomi (Herman, 2000)
Regnum :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas :
Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili :
Zingiberaceae
Genus :
Curcuma
Spesies :
Curcuma xanthorrhiza Roxb.
2.
Morfologi
Temulawak sebagai
tanaman monokotil tidak memiliki akar tunggang. Akar yang dipunyai adalah
rimpang. Rimpang adalah bagian batang di bawah tanah. Rimpang disebut juga umbi
akar, umbi batang, atau umbi tunggal (Afifah et al., 2005). Rimpang
induk dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan
atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang oranye tua atau kuning. Rimpang
temulawak terbentuk di tanah pada kedalaman sekitar 16 cm (Parahita, 2007).
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya
berbentuk semu dan tingginya dapat mencapai 2 sampai 2,5 meter berwarna hijau
atau cokelat gelap. Pelepah daunnya saling menutupi membentuk batang. Baunya harum
dan rasanya pahit agak pedas (Parahita, 2007).
Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai dengan bentuk bundar
memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau cokelat keunguan terang
sampai gelap. Panjang daun 31-84 cm dan lebar 10-18 cm, panjang tangkai daun termasuk
helaian 43-80 cm. Daunnya bundar panjang, mirip daun pisang (Parahita, 2007).
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol), berukuran
pendek dan lebar, warna putih atau kuning tua dan pangkal bunga berwarna ungu.
Bunga majemuk berbentuk bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Mahkota
bunga berwarna merah berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5 cm,
helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang
berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25-2 cm dan lebar 1 cm (Parahita,
2007).
Keping tipis temulawak, berbentuk bundar atau jorong, ringan,
keras, rapuh, garis tengahnya sampai 6 cm, dan tebal 2 mm sampai 5 mm.
Permukaan berkerut warna cokelat kuning buram, melengkung tidak beraturan dan
tidak rata. Sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat
dengan korteks. Korteksnya sempit dan mempunyai tebal 3 mm sampai 4 mm. Bekas
patahan berdebu, berwarna kuning jingga sampai cokelat jingga terang (Parahita,
2007).
Epidermis temulawak bergabus dan terdapat sedikit rambut yang berbentuk
kerucut bersel satu. Hipedermis agak menggabus, dibawahnya terdapat periderm
yang kurang berkembang. Korteks dan silinder pusat parenkimatik terdiri dari
sel parenkim berdinding tipis berisi butir pati. Dalam parenkim tersebar banyak
sel minyak yang berisi minyak berwarna kuning dan zat berwarna jingga, juga
terdapat idiblas berisi hablur kalsium oksalat berbentuk jarum kecil. Butir
pati berbentuk pipih, bulat panjang sampai bulat telur memanjang. Panjang butir
20μm sampai 70μm, lebar 5μm sampai 30μm, tebal 3μm sampai 10μm, lamella jelas
dan hillus di tepi. Berkas pembuluh tipe kolateral, tersebar tidak beraturan
pada parenkim korteks dan pada silinder pusat. Berkas pembuluh disebelah dalam
endodermis tersusun dalam lingkaran dan letaknya lebih berdekatan satu sama
lainnya. Pembuluh didampingi oleh sel sekresi yang panjangnya sampai 200μm,
berisi zat berbutir warna cokelat dengan besi (III) klorida menjadi lebih tua
(Parahita, 2007).
3. Kandungan
Kimia
Menurut Parahita 2007 temulawak mengandung kurkumin, minyak
atsiri, phelandren, kamfer, tumerol, borneol, sineal, dan xanthorrizol. Alkaloid,
Flavonoid, Tanin, Saponin, Triterpennoid, Steroid, Glikosida, dan Fenolik
(Hayani, 2006).
4. Khasiat
Rimpang temulawak
sangat berkhasiat untuk antiradang, anti keracunan empedu, penurunan kadar
kolesterol, diuretik (peluruh kencing), penambah ASI, tonikum, penghilang nyeri
sendi, melancarkan proses pencernaan tubuh, meningkatkan fungsi ginjal,
melancarkan pengeluaran toksik dalam tubuh melalui air kencing, membantu proses
metabolisme, dan memulihkan kesehatan tubuh badan akibat serangan penyakit (Parahita, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar