A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo dan dilaksanakan mulai bulan Oktober
sampai Desember 2013.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu: penguap berputar vakum/ vacuum
rotary evaporator (IKA-Werke RV 05
Germany), oven (Gallenkamp
Civilab-Australia), timbangan analitik (Explorer
Ohaus), plat KLT, pipet tetes, botol plakon, kertas saring biasa, pisau,
lampu UV (Srahlen Germany) 254 dan
366 nm, chamber, kaca, cutter,
spatula, pinset, mistar, aluminium foil, penotol/pipa kapiler, gelas ukur (Pyrex), kuvet, dan spektrofotometer IR.
2.
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam percobaan ini rimpang jahe (Zingiber Rhizoma), rimpang
temulawak (Curcuma Rhizoma), buah pare (Momordica Fructus), rimpang lengkuas (Languas
Rhizoma), seledri (Apii graveolentis Folium), daun jambu biji (Psidii Folium),
baku kurkumin, methanol, etanol, etil asetat, n-heksana, diklorometan,
kloroform p.a, silika gel 60 GF254 p.a, akuades, serium sulfat (CeSO4)
2% dalam H2SO4 2%, dan Kalium Bromida (KBr).
C. Prosedur Kerja
a.
Penyiapan Simplisia
Tanaman
obat yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian adalah
:
1) Jahe
Bahan
baku tanaman jahe diperoleh dari desa Sumber Sari kecamatan Moramo, kabupaten Konawe Selatan.
Tanaman ini merupakan tanaman Budidaya. Pemanenan tanaman jahe dilakukan pada
umur 10 bulan pada musim kemarau pukul 08.00 WITA.
Tanaman
jahe diambil rimpangnya dengan cara menggali tanah dengan alat besi (cangkul)
tanpa menyentuh rimpang tanaman dan menarik batang tanaman. Rimpang temulawak
yang tersisa ditanah diambil dan dikumpulkan. Sortasi basah dilakukan dengan
memisahkan rimpang jahe dengan tanah dan bagian rimpang yang busuk. Untuk
penyucian rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir dan dibersihkan dari
tanah yang melekat pada rimpang. Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan
di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan selama beberapa
jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan
dilakukan dengan memotong atau mengiris iris tanaman dengan ukuran yang sama
dan tipis. Perajangan bahan dapat
dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees
ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice. Setelah
itu rimpang ditimbang, setengah dari simplisia in kemudian dikeringkan. Pengeringan
rimpang temulawak dilakukan dengan menjemur
tanaman dengan menutupi rimpang menggunakan kain hitam. Sehingga tidak
terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan
senyawa lain. Pengeringan ini dilakukan selama 5 hari, dan sertelah kering
ditimbang. Sortasi kering dilakukan
memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel
ditimbang.
2) Temulawak
Bahan baku tanaman temulawak diperoleh dari desa
Wonua Sari, kecamatan Mowila, kabupaten Konawe selatan. Tanaman ini merupakan
tanaman liar yang tumbuh di perkebunan. Pemanenan tanaman temulawak diambil
rimpangnya dengan cara menggali tanah dengan alat besi (linggis dan cangkul)
tanpa menyentuh rimpang tanaman dan
menarik batang tanaman.
Rimpang temulawak yang rersisa ditanah diambil dan
dikumpulkan. Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan rimpang temulawak dengan
tanahdan bagian rimpang yang busuk. Rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir
dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang. Setelah pencucian, bahan
langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran
dilakukan selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali
penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris
iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan
pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/
perajang. Bentuk irisan split atau slice. Setelah itu rimpang ditimbang,
setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan. Pengeringan
rimpang temulawak dilakukan dengan menjemur
tanaman dengan menutupi rimpang menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena
langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain.
Pengeringan in dilakukan selama 5 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sortasi
kering dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain.
Setelah itu sampel ditimbang.
3) Pare
Bahan baku tanaman pare diperoleh dari desa Kusambi
kecamatan Kusambi, Raha. Tanaman ini merupakan tanaman budidaya dengan umur
panen 2 bulan. Pemanenan buah pare pada pagi hari pukul 08.10.
Pemanenan buah pare diambil dengan cara manual yaitu
dipetik dengan tangan. Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan buah yang
berbeda warnanya serta memisahkan antara buah yang layak dan busuk. Buah pare
dicuci dengan menggunakan air mengalir. Setelah pencucian, bahan langsung
ditiriskan di rak-rak pengering. Penjemuran buah dilakukan selama
beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris
iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan
pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/
perajang. Bentuk irisan split atau slice. Setelah itu rimpang ditimbang,
setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan. Pengeringan
buah pare dilakukan dengan menjemur
tanaman di bawah sinar matahari dengan menutupinya menggunakan kain
hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari
cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan ini dilakukan selama 2 hari, dan
sertelah kering ditimbang. Sortasi kering
dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain.
Setelah itu sampel ditimbang.
4) Lengkuas
Bahan baku tanaman lengkuas diperoleh dari desa Sumber
Sari Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan. Tanaman ini merupakan tanaman
liar yang tumbuh di perkebunan. Pemanenan tanaman lengkuas dilakukan pada pukul
16.00 WITA.
Tanaman Lengkuas diambil rimpangnya dengan cara
menggali tanah dengan alat besi (linggis dan cangkul) tanpa menyentuh rimpang
tanaman dan menarik batang tanaman.
Rimpang temulawak yang rersisa ditanah diambil dan dikumpulkan. Sortasi basah
dilakukan dengan memisahkan rimpang lengkuas dengan tanah dan bagian rimpang
yang busuk. Rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir dan dibersihkan dari
tanah yang melekat pada rimpang. Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan
di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan selama beberapa
jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris
iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan
terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk
irisan split atau slice. Setelah itu rimpang ditimbang, setengah dari simplisia
ini kemudian dikeringkan. Pengeringan rimpang lengkuas dilakukan dengan
menjemur tanaman dengan menutupi rimpang
menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari
dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan in dilakukan
selama 5 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sortasi kering dilakukan
memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel
ditimbang.
5) Seledri
Bahan baku tanaman seledri diperoleh dari desa SP 5,
kecamatan Palangga, kabupaten Konawe selatan. Tanaman ini merupakan tanaman budidaya.
Tanaman seledri dipanen pada pukul 16.00 WITA.
Pemanenan seledri diambil dari bagian pelepah sampai
ke daun dengan cara manual yaitu dipetik menggunakan tangan. Sortasi basah
dilakukan dengan memisahkan bagian tanaman yang bagus dan tanaman yang sudah
tidak bagus lagi. Tanaman dicuci dengan
menggunakan air mengalir dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang. Setelah
pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan tanaman dijemur
selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris
iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan
terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Setelah itu
rimpang ditimbang, setengah dari simplisia in kemudian dikeringkan. Pengeringan
seledri dilakukan dengan menjemur tanaman dengan menutupi menggunakan kain
hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari
cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan in dilakukan selama 5 hari, dan
sertelah kering ditimbang. Sotasi kering
dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain.
Setelah itu sampel ditimbang.
6) Jambu Biji
Bahan baku tanaman jambu biji diperoleh dari desa Ponggaluku,
kecamatan Lainea, kabupaten Konawe selatan. Tanaman ini merupakan tanaman liar
yang tumbuh di pekarangan rumah warga. Pemanenan dilakukan pukul 16.00 WITA.
Tanaman jambu biji diambil bagian daunnya dengan
cara manual yaitu dipetik menggunakan tangan. Sortasi basah dilakukan dengan
memisahkan daun jambu biji yang berlubang-lubang karena dimakan ulat dengan
daun jambu yang bagus. Daun dicuci dengan menggunakan air mengalir. Setelah
pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Penjemuran
dilakukan selama beberapa jam.
Perajangan
dilakukan dengan memotong atau mengiris iris tanaman menjadi ukuran yang lebih
kecil dengan ukuran yang sama. Perajangan
bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari
stainlees ataupun dengan gunting. Bentuk Setelah itu rimpang ditimbang,
setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan. Pengeringan
daun jambu biji dilakukan dengan menjemur
tanaman dengan menutupi menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena
langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain
. Pengeringan in dilakukan selama 1 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sortasi
kering dilakukan memisahkan simlplisia
dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.
b.
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan pada 2 simplisia yaitu simplisia
segar dan simplisia kering. Pembuatan ekstrak temulawak menggunakan metode
maserasi. simplisia temulawak direndam selama 3x24 jam dengan pelarut etanol
Selama perendaman, campuran ini diaduk setiap 3 jam dalam kurun waktu 24 jam. Kemudian
campuran disaring untuk memisahkan
filtrat dan residu. Setelah itu filtrat ekstraksi dipisahkan kembali dengan
penguapan menggunakan pompa vakum evaporator
pada suhu 68 0C. Masing masing simplisia diberi perlakuan yang sama.
c.
Penentuan profil Kromatografi Lapis Tipis
Semua ekstrak sampel basah maupun kering (terkecuali ekstrak daun
jambu biji), dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT) untuk melihat pola
noda senyawa yang terkandung serta untuk mengetahui jumlah komponen senyawa
aktif di dalam sampel ekstrak basah dan sampel kering, dengan kondisi sebagai
berikut: Fasa diam: silika gel 60 GF254,
fasa gerak jahe yaitu n-heksan:eter (4:6), temulawak yaitu kloroform:metanol
(9:1), seledri yaitu etil asetat:metanol:air (10:1:1), pare yaitu n-heksan:etil
asetat (8:2), lengkuas yaitu toluene:etil asetat (9,3:0,7). Analisis hasil
pemisahan KLT menggunakan lampu UV dan pereaksi penampak noda serium sulfat 2%
dalam H2SO4 2%.
d.
Penentuan kadar Senyawa Kurkumin
1. Pembuatan
baku kurkumin
Baku kurkumin ditimbang
10 mg dan dilarutkan dalam etanol 100 ml sehingga didapatkan larutan baku 100
ppm. Selanjutnya diambil 5 ml dan diencerkan dengan etanol dalam labu takar 50
ml sampai tanda tera. Divariasikan konsentrasinya 1,2,3,4,5 untuk pembuatan
baku standar yang ditambahkan hingga 10 ml di dalam tabung reaksi
masing-masing. Diukur absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis pada
absorbansinya pada λ425 nm.
2. Penetapan
kadar sampel
Ekstrak temulawak 10 ml dilarutkan
dalam etanol 100 ml. diambil 5 ml dan diencerkan dengan etanol dalam labu takar
50 ml. Diukur absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis pada absorbansinya pada
λ425 nm.
e.
Penentuan Gugus fungsi Senyawa
1. Pembuatan
Pelet KBr
Ekstrak kental sampel
ditambahkan dengan KBr. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara diaduk.
Campuran homogen dimasukkan kedalam alat kempa dan dipadatkan menjadi lempengan
tipis.
2. Analisis
Kualitatif Menggunakan Spektrofotometer IR
Lempengan tipis
sampel diletakkan dalam wadah sampel, dan kemudian dianalis dengan
spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 4000 cm-1 -
800 cm-1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar