Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 27 September 2014

Bab III Prak.Standarisasi Bahan Obat Alam


A.    Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo dan dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai Desember 2013.

B.     Alat dan Bahan

1.             Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: penguap berputar vakum/ vacuum rotary evaporator (IKA-Werke RV 05 Germany), oven (Gallenkamp Civilab-Australia), timbangan analitik (Explorer Ohaus), plat KLT, pipet tetes, botol plakon, kertas saring biasa, pisau, lampu UV (Srahlen Germany) 254 dan 366 nm,  chamber, kaca, cutter, spatula, pinset, mistar, aluminium foil, penotol/pipa kapiler, gelas ukur (Pyrex),  kuvet, dan spektrofotometer IR.
2.             Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini rimpang jahe (Zingiber Rhizoma), rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma), buah pare (Momordica Fructus), rimpang lengkuas (Languas Rhizoma), seledri (Apii graveolentis Folium), daun jambu biji (Psidii Folium), baku kurkumin, methanol, etanol, etil asetat, n-heksana, diklorometan, kloroform p.a, silika gel 60 GF254 p.a, akuades, serium sulfat (CeSO4) 2% dalam H2SO4 2%, dan Kalium Bromida (KBr).

C.    Prosedur Kerja

a.      Penyiapan Simplisia

Tanaman obat yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian adalah :
1)      Jahe
Bahan baku tanaman jahe diperoleh dari desa Sumber Sari  kecamatan Moramo, kabupaten Konawe Selatan. Tanaman ini merupakan tanaman Budidaya. Pemanenan tanaman jahe dilakukan pada umur 10 bulan pada musim kemarau pukul 08.00 WITA.
Tanaman jahe diambil rimpangnya dengan cara menggali tanah dengan alat besi (cangkul) tanpa menyentuh rimpang tanaman dan menarik batang tanaman. Rimpang temulawak yang tersisa ditanah diambil dan dikumpulkan. Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan rimpang jahe dengan tanah dan bagian rimpang yang busuk. Untuk penyucian rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang. Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan  selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.  Bentuk irisan split atau slice. Setelah itu rimpang ditimbang, setengah dari simplisia in kemudian dikeringkan. Pengeringan rimpang temulawak dilakukan dengan menjemur  tanaman dengan menutupi rimpang menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan ini dilakukan selama 5 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sortasi kering  dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.
2)      Temulawak
Bahan baku tanaman temulawak diperoleh dari desa Wonua Sari, kecamatan Mowila, kabupaten Konawe selatan. Tanaman ini merupakan tanaman liar yang tumbuh di perkebunan. Pemanenan tanaman temulawak diambil rimpangnya dengan cara menggali tanah dengan alat besi (linggis dan cangkul) tanpa menyentuh rimpang tanaman  dan menarik batang tanaman.
Rimpang temulawak yang rersisa ditanah diambil dan dikumpulkan. Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan rimpang temulawak dengan tanahdan bagian rimpang yang busuk.  Rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang. Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan  selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.  Bentuk irisan split atau slice. Setelah itu rimpang ditimbang, setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan. Pengeringan rimpang temulawak dilakukan dengan menjemur  tanaman dengan menutupi rimpang menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan in dilakukan selama 5 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sortasi kering dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.
3)      Pare
Bahan baku tanaman pare diperoleh dari desa Kusambi kecamatan Kusambi, Raha. Tanaman ini merupakan tanaman budidaya dengan umur panen 2 bulan. Pemanenan buah pare pada pagi hari pukul 08.10.
Pemanenan buah pare diambil dengan cara manual yaitu dipetik dengan tangan. Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan buah yang berbeda warnanya serta memisahkan antara buah yang layak dan busuk. Buah pare dicuci dengan menggunakan air mengalir. Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Penjemuran buah dilakukan  selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.  Bentuk irisan split atau slice. Setelah itu rimpang ditimbang, setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan. Pengeringan buah pare dilakukan dengan menjemur  tanaman di bawah sinar matahari dengan menutupinya menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan ini dilakukan selama 2 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sortasi kering  dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.
4)      Lengkuas
Bahan baku tanaman lengkuas diperoleh dari desa Sumber Sari Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan. Tanaman ini merupakan tanaman liar yang tumbuh di perkebunan. Pemanenan tanaman lengkuas dilakukan pada pukul 16.00 WITA.
Tanaman Lengkuas diambil rimpangnya dengan cara menggali tanah dengan alat besi (linggis dan cangkul) tanpa menyentuh rimpang tanaman  dan menarik batang tanaman. Rimpang temulawak yang rersisa ditanah diambil dan dikumpulkan. Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan rimpang lengkuas dengan tanah dan bagian rimpang yang busuk. Rimpang dicuci dengan menggunakan air mengalir dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang. Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan rimpang penjemuran dilakukan  selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.  Bentuk irisan split atau slice. Setelah itu rimpang ditimbang, setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan. Pengeringan rimpang lengkuas dilakukan dengan menjemur  tanaman dengan menutupi rimpang menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan in dilakukan selama 5 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sortasi kering dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.
5)      Seledri
Bahan baku tanaman seledri diperoleh dari desa SP 5, kecamatan Palangga, kabupaten Konawe selatan. Tanaman ini merupakan tanaman budidaya. Tanaman seledri dipanen pada pukul 16.00 WITA.
Pemanenan seledri diambil dari bagian pelepah sampai ke daun dengan cara manual yaitu dipetik menggunakan tangan. Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan bagian tanaman yang bagus dan tanaman yang sudah tidak bagus lagi. Tanaman  dicuci dengan menggunakan air mengalir dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang. Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Bahan tanaman dijemur selama beberapa jam. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris tanaman dengan ukuran yang sama dan tipis. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Setelah itu rimpang ditimbang, setengah dari simplisia in kemudian dikeringkan. Pengeringan seledri dilakukan dengan menjemur tanaman dengan menutupi menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain. Pengeringan in dilakukan selama 5 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sotasi kering  dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.
6)      Jambu Biji
Bahan baku tanaman jambu biji diperoleh dari desa Ponggaluku, kecamatan Lainea, kabupaten Konawe selatan. Tanaman ini merupakan tanaman liar yang tumbuh di pekarangan rumah warga. Pemanenan dilakukan pukul 16.00 WITA.
Tanaman jambu biji diambil bagian daunnya dengan cara manual yaitu dipetik menggunakan tangan. Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan daun jambu biji yang berlubang-lubang karena dimakan ulat dengan daun jambu yang bagus. Daun dicuci dengan menggunakan air mengalir. Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Penjemuran dilakukan  selama beberapa jam.
Perajangan dilakukan dengan memotong atau mengiris iris tanaman menjadi ukuran yang lebih kecil dengan ukuran yang sama. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari stainlees ataupun dengan gunting.  Bentuk Setelah itu rimpang ditimbang, setengah dari simplisia ini kemudian dikeringkan. Pengeringan daun jambu biji dilakukan dengan menjemur  tanaman dengan menutupi menggunakan kain hitam. Sehingga tidak terkena langsung dengan sinar matahari dan terhindar dari cemaran debu dan senyawa lain . Pengeringan in dilakukan selama 1 hari, dan sertelah kering ditimbang. Sortasi kering  dilakukan memisahkan simlplisia dengan debu krikil dan benda lain. Setelah itu sampel ditimbang.

b.               Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan pada 2 simplisia yaitu simplisia segar dan simplisia kering. Pembuatan ekstrak temulawak menggunakan metode maserasi. simplisia temulawak direndam selama 3x24 jam dengan pelarut etanol Selama perendaman, campuran ini diaduk setiap 3 jam dalam kurun waktu 24 jam. Kemudian campuran disaring  untuk memisahkan filtrat dan residu. Setelah itu filtrat ekstraksi dipisahkan kembali dengan penguapan menggunakan pompa vakum evaporator pada suhu 68 0C. Masing masing simplisia diberi perlakuan yang sama.

c.                Penentuan profil Kromatografi Lapis Tipis

Semua ekstrak sampel basah maupun kering (terkecuali ekstrak daun jambu biji), dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT) untuk melihat pola noda senyawa yang terkandung serta untuk mengetahui jumlah komponen senyawa aktif di dalam sampel ekstrak basah dan sampel kering, dengan kondisi sebagai berikut:  Fasa diam: silika gel 60 GF254, fasa gerak jahe yaitu n-heksan:eter (4:6), temulawak yaitu kloroform:metanol (9:1), seledri yaitu etil asetat:metanol:air (10:1:1), pare yaitu n-heksan:etil asetat (8:2), lengkuas yaitu toluene:etil asetat (9,3:0,7). Analisis hasil pemisahan KLT menggunakan lampu UV dan pereaksi penampak noda serium sulfat 2% dalam H2SO4 2%.

d.               Penentuan kadar Senyawa Kurkumin

1.      Pembuatan baku kurkumin
Baku kurkumin ditimbang 10 mg dan dilarutkan dalam etanol 100 ml sehingga didapatkan larutan baku 100 ppm. Selanjutnya diambil 5 ml dan diencerkan dengan etanol dalam labu takar 50 ml sampai tanda tera. Divariasikan konsentrasinya 1,2,3,4,5 untuk pembuatan baku standar yang ditambahkan hingga 10 ml di dalam tabung reaksi masing-masing. Diukur absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis pada absorbansinya pada λ425 nm.
2.      Penetapan kadar sampel
Ekstrak temulawak 10 ml dilarutkan dalam etanol 100 ml. diambil 5 ml dan diencerkan dengan etanol dalam labu takar 50 ml. Diukur absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis pada absorbansinya pada λ425 nm.

e.                Penentuan Gugus fungsi Senyawa

1.      Pembuatan Pelet KBr
Ekstrak kental sampel ditambahkan dengan KBr. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara diaduk. Campuran homogen dimasukkan kedalam alat kempa dan dipadatkan menjadi lempengan tipis.
2.      Analisis Kualitatif Menggunakan Spektrofotometer IR
Lempengan tipis sampel diletakkan dalam wadah sampel, dan kemudian dianalis dengan spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 4000 cm-1 - 800 cm-1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar