Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 27 September 2014

UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK (Penuntun Prak.Fitokimia)


UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK

1.      Tujuan percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
-          Mengetahui prinsip dasar uji kandungan kimia ekstrak
-          Melakukan identifikasi kandungan kimia dalam suatu ekstrak bahan alam
2.      Teori singkat
Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan alam bertujuan untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji pendahuluan dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan alam.
3.      Prosedur kerja
3.1  pemeriksaan kandungan kimia alkaloid
1.      pemeriksaan kandungan kimia alkaloid menurut CULVONER dan FITZEGERALDO
kurang lebih 2-4 gram bagian tanaman segar dipotong-potong kecil, kemudian digerus bersama pasir putih, lalu di tambahkan 5 ml campuran NH4OH dan CHCl3, dikocok selama 15 menit, lalu disaring kedalam tabung reaksi 10ml. tambahkan 10 tetes H2SO4 2 N, kemudian dikocok, lapisan air dan lapisan kloroform dipisahkan. Lapisan air di uji dengan pereaksi meyer, bila terbentuk endapan berarti positif adanya alkaloid dalam simplisia.
2.      Cara lain pemeriksaan kandungan kimia alkaloid
Pembuatan larutan percobaan :
Ekstrak yang setara dengan 20 gram bahan, panaskan diatas penangas air sampai sekental sirup, dinginkan, tambah 10 ml HCl 2 N dan panaskan lagi selama 2-3 menit. Setelah dingin tambahkan 0,5 gram NaCl untuk mengendapkan protein-proteinnya, saring kemudian filtrate ditambahkan HCl 2 N sampai 10 ml. bagi menjadi 4 bagian dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
a.      Reaksi pengendapan
Tabung reaksi yang berisi larutan percobaan diatas ditambahkan pereaksi meyer, apabila terjadi kekeruhan atau pengendapan berarti positif terdapat alkaloid.
Selanjutnya tabung yang lain ditambah NH4OH 28% sampai alkalis lalu ekstraksi dengan 10 ml kloroform. Fase kloroform ditambah NA2SO4 eksikatus kemudian saring. Filtrate diuapkan sampai kering untuk percobaan.
b.      Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak kloroform yang telah diperoleh, dilakukan kromatografi lapis tipis dengan eluen etil asetat : metanol : air (1000 : 65 : 135). Penampak noda digunakan pereaksi dragendorf. Apabila terbentuk noda orange, berarti positif adanya alkaloid.
c.       Menentukan adanya alkaloid (kwartener, amino oksida)
Fase air ditambah HCl 2 N sampai netral, kemudian berturut-turut ditambah pereaksi mayer dan pereaksi wagne, bila terjadi kekeruhan atau endapan maka positif adanya alkaloid.
3.2  Pemeriksaan kandungan kimia triterpen/steroid dan saponin
Uji ini dilakukan dengan menggunakan metode SIMES, dkk yaitu kira-kira 2-4 gram daun dipotong-potong kecil dan digerus bersama etanol, campuran tersebut dididihkan (dipanaskan) selama 15 menit. Lalu disaring panas, filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan eter, setelah terlebih dahulu disuspensikan dengan sedikit air, bagian yang dalam eter dipisahkan sedangkan abgian yang sudah larut ditambahkan lagi sedikit air, perhatikan terjadinya busa yang stabil selama 30 menit, ditambahkan reagen Libermann-Bouchardad, bila timbul warna merah atau merah jambu menunjukkan adanya triterpen atau steroid.
3.3  Pemeriksaan kandungan kimia glikosida saponin
1.      Percobaan pendahuluan
a.      Tes buih
-          Ekstrak X setara dengan 2 gram bahan di tambah 10 ml aquades, kocok kuat-kuat.
-          Perlakuan kontrol, 1 gram senegae Radix ditambah 10 ml aquadest, kocok kuat-kuat.
-          Untuk blanko, 10 ml aquades ditambah sedikit alcohol 80%, kocok reaksi positif bila terjadi buih 3 cm diatas permukaan cairan, bedakan perlakuan kontrol dan perlakuan blanko.
b.      Tes hemolisis darah
Ekstrak X setara dengan 2 gram bahan ditambah 10 ml aquadest dalam tabung reaksi, tambahkan beberapa tetes darah yang telah difebrinasikan, demikian pula pada kontrol dan blanko seperti pada A, amati secara visual dan mikroskopik.
2.   Reaksi Warna
     a. pembuatan larutan percobaan
                    Ekstrak X setara dengan 10 gram bahan diuapkan diatas penangas air sampai kering. Setelah dingin kocok dengan 10 ml Heksana/Petrolium eter, decanter filtrat dibuang. Ulangi sampai heksana/petroleum eter tidak berwarna lagi. Residu ditambah 10 mlkloroform, kocok selama 5 menit. Decanter tabung reaksi yang berisi 100 ml NA2SO4 anhidrat selanjutnya disaring. Filtrat dibagi 4 bagian (A,B,C).
b. Tes Libermann-Buchard (Untuk steroida tak jenuh dan triterpen)
- Filtrat A sebagai blanko
- Filtrat B ditambahkan 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, kocok pelan-pelan lalu amati terjadinya perubahan warna, bedakan dengan blanko.
- Perubahan Warna:
   Hijau/Biru untuk saponin steroida
   Mearh/violet untuk saponin jenuh
c.Tes Filtrat Salkowski (untuk steroida tak jenuh)
- Filtrat A sebagai blanko
- Filtrat B ditambahkan 1-2 ml asam sulfat pekat melalui dinding-dinding tabung reaksi. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah pada fase asam (air).
3. Kromatografi Lapis Tipis (untuk saponin)
   Ekstrak X setara dengan 10 gram bahan, tambah 2 ml HCl 1 N refluks diatas penangas air selama 2-6 jam untuk menghidrolisa saponin, setelah dingin  dinetralkan denagn ammonia, uapkan diatas penangas air sampai kental dan tambahkan 3 ml heksan dan kocok. Decanter ekstraksi dengan heksan 2 kali. Kumpul heksan dan uapkan, residu ditambahkan 5 tetes kloroform. Totolkan pada TLC dengan fase gerak heksan : aseton (4:1) dengan penampak noda Antimon (III) Chlorida dalam asam asetat.
Adanya saponin dapat ditunjukkan denag warna noda merah muda sampai violet.
Fase gerak yang lain yang dapat digunakan antara lain :
-          Kloroform : karbon tetraklorida : asam asetat (2:2:1)
-          Kloroform : aseton (4:1)
-          Kloroform : etil asetat (1:1)
3.4  Pemeriksaan kandungan kimia glikosida jantung
1.      Reaksi warna
a.      Tes keller keliani
Ekstrak X setara dengan 10 gram bahan diuapkan diatas penangas air sampai kering, ekstraksi berulang-ulang sampai heksan tidak berwarna. Residu diuapkan untuk menghilangkan heksannya, tamabh 3 ml FeCl3 aduk dan masukkan dalam tabung reaksi tambah HCl pekat melalui dinding tabung reaksi, amati perubahan warna. Warna coklat kemerahan perlahan berubah menjadi violet atau biru, menunjukkan adanya gula 2-deoksi
b.      Tes libermann-Buchard
Cara pengerjaannya sama dengan cara 2.b pada uji glikosida saponin.
2.      kromatografi Lapis Tipis
Sebanyak 0,1-0,2 ml ekstrak X ditotolkan pada lempeng TLC dengan fase gerak Kloroform : metanol (4:1) dengan menggunakan penampang noda pereaksi kedde.
Positif bila terdapat noda violet pada lempeng TLC.
3.5  Pemeriksaan kandungan kimia Flavonoid (Benzopiron, Flavon, Isoflavon, Flavonol, Anthocyanin, Leucoanthocyanin, Cathecin, halcon)
1.      Pembuatan larutan percobaan
Ekstrak X setara dengan 10 gram bahan, panaskan pada penangas air sehingga kering. Ekstraksi berulang-ulang dengan petroleum eter/heksan sampai cairan tidak berwarna. Residu ditambahkan 20 ml metanol 80%, saring. Filtrat dibagi 4 (A,B,C,D)
2.      Reaksi warna (Leucoanthocyanin)
a.      Tes base smith dan Metcalf
-          Filtrat A sebagai blanko
-          Filtrat B ditambah 0,5 ml HCl pekat, amati perubahan warna dan panaskan diatas penangas air selama 15 menit dan amati perubahan warnanya. Positif bila terjadi perubahan warna merah terang atau violet.
b.      Tes wilstatter (untuk flavonoid)
-          Filtrat A sebagai blanko
-          Filtrat C ditambah 0,5 ml HCl pekat, tambahkan 3-4 potong magnesium. Amati perubahan warna yang terjadi selama 10 menit. Encerkan dengan aquadest dengan volume yang sama kemudian tambah 1 ml astil alcolhol, amati perubahan warna yang terjadi pada tiap lapisan.
Perubahan warna :
Orange merah untuk flavon
Merah sampai merah pucat (creamson) sampai merah tua (magenta) untuk flavon.
c.       Kromatografi Lapis Tipis
0,1-0,2 ml ekstrak X atau filtrat D ditotolkan pada lempeng TLC dengan fase gerak butanol : asam asetat : aquadest (4:1:5) atau asam asetat 5%. Setelah dielusi, lempeng dikeringkan. Sebagai penampak noda dipakai sinar ultraviolet dan pereaksi amoniak yang dibandingkan dengan warna noda dari rutin.
Flavonoid memberi warna :
-          Biru agak hijau
-          Merah asmpai orange
-          Kuning jelas – coklat lemah sampai hijau kuning
3.6  Pemeriksaan kandungan kimia tannin dan senyawa polifenol
1.      Pembuatan larutan percobaan
Ekstrak X setara dengan 10 gram bahan, diuapkan diatas penangas air sampai kering. Setelah dingin tambahkan 20 ml aquadest panas, kocok sampai homogen lalu tambah 5 tetes NACl 10% untuk mengendapkan zat-zat lain (kotoran). Saring, filtrat dibagi menjadi 3 bagian (A,B,C).
2.      Reaksi warna
a.      Tes gelatin
Filtrat A sebagai blanko
Filtart B ditambah larutan gelatin 1% dan NaCl 10%, amati terjadinya endapan.
b.      Tes ferri chlorida
Filtrat C ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3, amati warna yang terbentuk.
TABEL REAKSI WARNA UNTUK TANIN & SENYAWA POLY-FENOL
No.
Reaksi
Pengamatan
keterangan
1
FeCl3
-
Tanin (-)
2
FeCl3
Hijau biru
Hijau-hitam
Tanin type catechol
3
FeCl3
Biru-hitam
Tanin type pyrogallol
4
Gelati NaCl
Tak terjadi pengendapan
Tapi terjadi warna hijau-biru hitam setelah – FeCl3
Tanin (-)
Polyfenol (+)

3.7  Pemeriksaan kandungan kimia anthrakinon
1.      Reaksi warna
a.      Tes borntrager
Ekstrak X setara dengan 1 gram bahan diuapkan sampai kering, setelah dingin ditambahkan 10 ml aquadest, saring, filtrate diekstraksi dengan benzene dalam corong pisah 2 kali masing-masing 5 ml. fase benzen diambil kemudian dibagi 2 (A,B).
      A sebagai blanko
      B ditambahkan 5 ml ammonia kemudian kocok
Amati perubahan warna pada lapisan alkalis, positif apabila terjadi warna merah (senyawa Anthrakinon).
b.      Modifikasi borntrager test
Ekstrak X setara dengan 1 gram bahan, uapkan diatas penangas air sampai kering. Setelah dingin ditambahkan 10 ml KOH 5 N dan 1 ml H2SO4 encer, panaskan diatas penangas air selama 10 menit, kemudian saring.
Filtrat ditambahkan asam asetat glasial sampai reaksi asam. Ekstraksi dengan benzen 2 kali masing-masing 5 ml. fase benzen dikumpulkan dan dibagi 2 (A,B)
-          Ekstrak A sebagai blanko
-          Ekstrak B ditambahkan 2-5 ml larutan ammonia, amati lapisan alkalis (air). Positif bila terjadi warna merah (senyawa anthrakinon)
2.      Kromatografi Lapis Tipis
0,1-0,2 ml ekstrak X ditotolkan pada lempeng TLC dengan fase gerak benzen :
Etil asetat : asam asetat (75:24:1). Penampak noda digunakan 10% KOH Metanol positif terdapat senyawa anthrakinon, apabila ditemukan barwarna :
-          Kuning-coklat kuning
-          Merah
-          Violet
-          Hijau-violet
3.8  Pemeriksaan kandungan kimia glikosida Cyanhydrin
1.      Reaksi warna
a.      Tes gurignard
2-5 gram bahan yang sudah dipotong-potong, tambahkan aquadest secukupnya dan beberapa tes kloroform serta 1 ml dari 10% larutan emulsi dimasukkan dalam tabung reaksi yang ditutup gabus dengan diselipi kertas pikrat. Kertas tidak boleh menyentuh cairan. Panaskan 34-35°C atau diamkan selama 3 jam. Apabila terjadi bayang merah, maka terdapat glikosida cyanhidrin.
3.9  Pemeriksaan kandungan kimia minyak atsiri
Kromatografi lapis tipis, 2 gram bahan diekstraksi dengan mikrodestilasi uap air. Ekstrak yang diperoleh ditotolkan pada lempeng TLC menggunakan fase gerak kloroform : benzen (1:1) dan penampak noda pereaksi asam phospomolybdat kemudian dipanaskan 1050-1100°C selama 5-10 menit.
Adanya minyak atsiri ditandai dengan munculnya noda biru.  Fase gerak lain yang dapat digunakan adalah benzen dan penampak noda yang lain adalah pereaksi vanilin, asam sulfat, pereaksi anisaldehida.


4.      Hasil Pengamatan
4.1  SAMPEL KELOMPOK
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
 




                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :

LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :



LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :

LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :


LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :

LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :



LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :

LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :


4.2  SAMPEL PRIBADI
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :

LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :



LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :

LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO





                       (6,5 X 6,5)










                       (6,5 X 6,5)





NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :
NAMA EKSTRAK :
IDENTIFIKASI      :
PEREAKSI             :
KETERANGAN     :





HASIL PENGAMATAN
SAMPEL KELOMPOK
PENGUJIAN
ALKALOID
STEROID/
TRITERPENOID
SAPONIN
GLIKOSIDA SAPONIN
METODA
/PEREAKSI
CULVONER/
FITZEGERALDO
MEYER
WAGNER
LIBERMANN
BOUCHARD
TES BUIH
TES BUIH
HEMOLISIS
DARAH
REAKSI WARNA
(LIBERMANN b)
SAMPEL 1








SAMPEL 2








SAMPEL 3








SAMPEL 4








PENGUJIAN
GLIKOSIDA JANTUNG
FLAVONOID
POLIFENOL
ANTRAKINON
GLIKOSIDA
CYANHIDRIN
MINYAK ATSIRI
METODA
/PEREAKSI
REAKSI WARNA
(LIBERMANN b)
BASE SMITH
WILSTATTER
TES GELATIN
FeCl3
BORNTRAGER
GURIGNARD
SAMPEL 1








SAMPEL 2








SAMPEL 3








SAMPEL 4














HASIL PENGAMATAN
SAMPEL PRIBADI

PENGUJIAN
ALKALOID
STEROID/
TRITERPENOID
SAPONIN
GLIKOSIDA SAPONIN
METODA
/PEREAKSI
CULVONER/
FITZEGERALDO
MEYER
WAGNER
LIBERMANN
BOUCHARD
TES BUIH
TES BUIH
HEMOLISIS
DARAH
REAKSI WARNA
(LIBERMANN b)
SAMPEL 1








SAMPEL 2








SAMPEL 3








SAMPEL 4








PENGUJIAN
GLIKOSIDA JANTUNG
FLAVONOID
POLIFENOL
ANTRAKINON
GLIKOSIDA
CYANHIDRIN
MINYAK ATSIRI
METODA
/PEREAKSI
REAKSI WARNA
(LIBERMANN b)
BASE SMITH
WILSTATTER
TES GELATIN
FeCl3
BORNTRAGER
GURIGNARD
SAMPEL 1








SAMPEL 2








SAMPEL 3








SAMPEL 4










PEMBAHASAN




























PARAF ASISTEN

MASUK 1
MASUK 2
MASUK 3
MASUK 4







                   Assisten 1                                                                   Assisten 2



    (                                              )                                     (                                         )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar