Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 27 September 2014

Bab I Prak.Standarisasi Bahan Obat Alam


A.    Latar Belakang

Meskipun peningkatan penggunaan obat sintetik berlangsung dengan cepat, namun seiring bertambahnya waktu terjadi pula peningkatan kesadaran masyarakat terhadap dampak negatif dari penggunaan obat-obatan sintetik. Akibatnya masyarakat kembali memilih tumbuhan obat sebagai alternatif terhadap penyembuhan berbagai penyakit. Selain itu, efek samping yang ditimbulkan juga lebih kecil. Tumbuhan obat sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan (promotif), memulihkan kesehatan (rehabilitative), pencegahan penyakit (preventif), dan penyembuhan penyakit (kuratif). Ramuan obat bahan alam hampir dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia dan digunakan secara turun temurun sebagai obat. Hal tersebut memicu peneliti untuk melakukan penelitian di bidang biofarmaka, yaitu mengenai obat -obatan alami yang berasal dari tumbuhan.
Obat bahan alam baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri sangat pesat perkembangannya, dengan demikian diperlukan suatu standarisasi baik pada bahan baku ataupun dalam bentuk sediaan ekstrak atau sediaan galenik sehingga produk-produk herbal tersebut dapat terjaga kualitas dan khasiatnya. Untuk menjamin bahwa kualitas herbal sama pada setiap produksinya dan memenuhi standar minimal maka harus ada penetapan standar dari hulu ke hilir. Kita haruslah memperhatikan dari mana tumbuhan itu berasal, bagaimanakan cara panennya, dan bagaimana proses selanjutnya.

B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada laporan ini yaitu:
1.      Bagaimana cara penyiapan simplisia yang terstandarisasi?
2.       Bagaimana profil kromatografi ekstrak tanaman yang berasal dari sampel basah maupun sampel kering?
3.      Bagaimana penentuan gugus fungsi senyawa dengan menggunakan spektrofotometri IR ?
4.      Bagaimana penetapan kadar sampel dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis ?

C.    Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai melalui praktikum ini adalah:
1.      Dapat menyiapkan simplisia yang terstandarisasi.
2.      Dapat mengetahui profil kromatografi ekstrak tanaman yang berasal dari sampel basah maupun sampel kering.
3.      Dapat menentukan gugus fungsi senyawa dengan menggunakan spektrofotometri IR.
4.      Dapat menentukan kadar sampel dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.



D.    Manfaat

Hasil praktikum ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
1.      Mendapatkan informasi mengenai komponen kimia dalam sampel tanaman yang memiliki aktivitas farmakologi.
2.      Menambah pengalaman, pengetahuan dan keahlian dalam standarisasi, dan penentuan kadar senyawa kimia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar