Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 Juli 2014

INTERAKSI OBAT DALAM GASTROINTESTINAL

BAB I
PENDAHULUAN

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan, salah satunya adalah faktor interaksi obat. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Berdasarkan mekanismenya, interaksi dibagi menjadi 3 tipe yaitu interaksi farmasetik, interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik. Interaksi gastrointestinal termasuk ke dalam interaksi farmakokinetik yang mempengaruhi kecepatan absopsi dari suatu obat. Interaksi ini dapat terjadi antara obat dengan obat lain atau obat dengan makanan.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi menguntungkan misalnya, penisilin dengan probenesid: probenesid menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin dalam plasma dan dengan demikian meningkatkan efektivitasnya dalam terapi.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik jika berakibat meningkatkan toksisitas dan/atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, jadi terutama jika yang menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah atau slope log DEC yang curam), misal glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-obat yang biasa digunakan atau yang sering diberikan bersama tentu lebih penting daripada obat yang jarang dipakai. Inkompatibilitas terjadi di luar tubuh antara obat yang tidak dapat dicampur. Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara kimiawi atau fisik, sehingga menyebabkan pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita bayangkan, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada penderita yang menerima pengobatan polifarmasi cukup banyak.
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Gastrointestinal
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang memanjang mulai dari mulut sampai ke anus. Pada prinsipnya  fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh yang diperoleh melalui proses ingestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan masuk kedalam mulut, digestion dimana peristiwa mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus halus dan absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar. Proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ beserta kelenjar yang terkait dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.

B.  Interaksi Gastrointestinal

1.    Pengertian Interaksi Gastrointestinal
Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi obat lainnya, interaksi gastrointestinal  juga ada yang menguntungkan dan ada yang membahayakan.
                 
2.    Mekanisme Interaksi Gastrointestinal
            Mekanisme terjadinya interaksi obat dalam gastrointestinal adalah sebagai berikut:
a.    Interaksi Langsung
Yaitu interaksi secara fisika/kimia antara obat dalam lumen saluran cerna sebelum diabsorpsi, sehingga mengganggu proses absopsi.
b.    Perubahan pH cairan saluran cerna
Perubahan pH pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan dan absopsi  obat-obat yang bersifat asam atau basa. Misalnya: Pemberian Natrium bikarbonat bersamaan dengan aspirin akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
c.    Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas saluran cerna)
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat dibandinkan di lambung. Oelh karena itu makin cepat obat sampai ke usus makamakin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat lain. Contoh: Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan propanolol dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.
d.   Perubahan Flora usus.
Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai:
-          Sintensis vitamin k dan merupakan sumber vitamin K yang penting
-          Memecah sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang aktif
-          Sebagai metabolism obat (missal levodova)
-          Hidrolsis ghukuronid yang dieksresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (missal kontrasepsi oral)
Pemberian antibiotik spectrum luas (seperti : tetrasiklin, kloranfenikol, ampislin,sulfonamide)akan mempengaruhi flora usus sehingga menghambat sintesa vitamin K oleh mikroorganisme usus. Apabila antibiotic ini diberikan bersama antikoagulan oral maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.
e.    Efek toksik pada saluran cerna
Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu.
f.     Mekanisme tidak diketahui
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak diketahui. Misal phenobarbital yang dapat mengurangi absopsi griseofulvin dalam saluran cerna.

3.    Penggolongan Interaksi Gastrointestinal
            Secara garis besar interaksi gastrointestinal dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
-       Interaksi antara obat dengan obat
-       Interaksi antara obat dengan makanan

a.    Interaksi antara obat dengan obat
Berikut akan dijelaskan interaksi antara obat dengan obat yang terjadi pada saluran gastrointestinal berdasarkan mekanisme kerjanya.
1)   Secara langsung sebelum obat diabsorpsi contohnya adalah interaksi antibiotika (tetrasiklin, fluorokuinolon) dengan besi (Fe) dan antasida yang mengandung Al, Ca, Mg, terbentuk senyawa chelate yang tidak larut sehingga obat antibiotika tidak diabsorpsi. Obat-obat seperti digoksin, siklosporin, asam valproat menjadi inaktif jika diberikan bersama adsorben (kaolin, charcoal) atau anionic exchange resins (kolestiramin, kolestipol).
2)   Terjadinya perubahan pH cairan gastrointestinal, misalnya peningkatan pH karena adanya antasida, penghambat-H2, ataupun penghambat pompa-proton akan menurunkan absorpsi basa-basa lemah (misal, ketokonazol, itrakonazol) dan akan meningkatkan absorpsi obat-obat asam lemah (misal, glibenklamid, glipizid, tolbutamid). Peningkatan pH cairan gastrointestinal akan menurunkan absorpsi antibiotika golongan selafosporin seperti sefuroksim aksetil dan sefpodoksim proksetil.
3)   Mekanisme interaksi melalui penghambatan transport aktif gastrointestinal, misalnya grapefruit juice, yakni suatu inhibitor protein transporter uptake pump di saluran cerna, akan menurunkan bioavailabilitas beta-bloker dan beberapa antihistamin (misalnya, fexofenadin) jika diberikan bersama-sama. Pemberian digoksin bersama inhibitor transporter efflux pump Pglikoprotein (a.l. ketokonazol, amiodarone, quinidin) akan meningkatkan kadar plasma digoksin sebesar 60-80% dan menyebabkan intoksikasi (blokade jantung derajat-3), menurunkan ekskresinya lewat empedu, dan menurunkan sekresinya oleh sel-sel tubulus ginjal proksimal.
4)   Adanya perubahan flora usus, misalnya akibat penggunaan antibiotika berspektrum luas yang mensupresi flora usus dapat menyebabkan menurunnya konversi obat menjadi komponen aktif. Efek makanan terhadap absorpsi terlihat misalnya pada penurunan absorpsi penisilin, rifampisin, INH, atau peningkatan absorpsi HCT, fenitoin, nitrofurantoin, halofantrin, albendazol, mebendazol karena pengaruh adanya makanan. Makanan juga dapat menurunkan metabolisme 176 Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008 lintas pertama dari propranolol, metoprolol, dan hidralazine sehingga bioavailabilitas obat-obat tersebut meningkat, dan makanan berlemak meningkatkan absorpsi obat-obat yang sukar larut dalam air seperti griseovulvin dan danazol.
  
Contoh interaksi antara obat dengan obat dapat dilihat pada tabel 1.
 Tabel 1. Interaksi obat dengan obat
No
Nama
Obat A
Nama
Obat B
Mekanisme obat A
Mekanisme Obat B
Interaksi
1
Cisapride
Alkohol
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.
Memicu produksi asam lambung secara berlebihan
Cisapride meningkatkan pengosongan lambung dan meningkatkan level alkohol dalam serum
2
Cisapride
Siklosporin
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.
Menekan secara langsung sel T helper subsets dan menekan secara umum produksi limfokin-limfokin, menekan produksi interferon,
Cisapride meningkatkan AUC dan level siklosporin dalam serum
3
Cisapride
Diazepam
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.
Bekerja pada sistem GABA dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA
Cisapride mempercepat absorpsi dari diazepam
4
Cisapride
Morfin
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.
Morfin memperlihatkan efek utamanya dengan berinteraksi dengan reseptor opioid pada SSP dan saluran cerna. Opioid menyebabkan hiperpolarisasi sel saraf, dan penghabatan presinnaptik pelepasan transmiter.
Cisapride meningkatkan peak level morfin dalam serum tapi tidak mempengaruhi efek morfin
5
Cisapride
Nifedipine
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan asam esophagus.
Memblok kanal Ca type-L →hambat influk Ca ke intrasel→kadar Ca intrasel ↓ → *kontraktilitas sel otot polosvaskular ↓→ vasodilatasi →resistensi perifer ↓*pd otot jantung →kontraktilitas, HR↓
Cisapride meningkatkan level nifedipine dengan peningkatan efek nifedipine dan peningkatan absorpsi
6
Cimetidine
Rifampicin
Menghambat produksi asam dengan berkompetisi secara reversibel untuk mengikat H2-reseptor pada membran basolateral sel parietal
Membentuk kompleks yang stabil dengan DNA dependent RNA polymerase menyebabkan penghambatan pembentukan rantai pada sintesis RNA
Peningkatan clearance non-renal dari cimetidine hingga 50% karena induksi enzim oleh rifampicin
7
Omeprazole
Artemisinin
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung
Menghasilkan radikal bebas berinti karbon dimana parasit malaria sensitif terhadap radikal bebas ini
Menginduksi sitokrom P450 isoenzim CYP2C19 sehingga meningkatkan metabolisme dari omeprazole
8
Omeprazole
Claritomicin
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung
Menghambat sistem protein bakteri dan terikat pada sub unit ribosom 50s mikroorganisme yang sensitif
Meningkatkan level omeprazole dalam serum sebanyak 2 kali lebih banyak tanpa mengubah efeknya
9
Omeprazole
Escitalopram
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung
Meningkatkan aktivitas serotonin melalui inhibisi selektif re-uptake serotonin pada membran neuronal
Omeprazole meningkatkan level escitalopram
10
Loperamide
Co-Trimoxazole
Menghambat motilitas/ peristaltik usus dengan mempengaruhi secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus
Menghambat sintesis asam folat dan pertumbuhan mikroorganisme dengan menghambat susunan asam dihidrofolat dari asam paraamino benzen (PABA)
Co-Trimoxazole menginhibisi metabolisme Loperamide sehingga terjadi peningkatan level Loperamide dalam plasma
11
Loperamide
Ritonavir
Menghambat motilitas/ peristaltik usus dengan mempengaruhi secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus
Menghambat kerja enzim protease HIV yang dibutuhkan untuk membuat virus baru
Ritonavir meningkatkan level Loperamide dalam plasma
12
Tripotassium dicitratobismuthate
Omeprazole
Merangsang sekresi prostaglandin atau bikarbonat mukosa yang menyebabkan efek toksik langsung pada H.pylori lambung
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung
Omeprazol meningkatkan penyerapan dan bioavailabilitas bismut dari tripotassium dicitratobismuthate dan bismut
biskalcitrate
13
Tripotassium dicitratobismuthate
Ranitidin
Merangsang sekresi prostaglandin atau bikarbonat mukosa yang menyebabkan efek toksik langsung pada H.pylori lambung
Menghambat sekresi asam lambung basal dan nocturnal melalui penghambatan kompetitif terhadap kerja histamine pada reseptor H2 di sel-sel parietal.
Ranitidine juga menghambat sekresi asam lambung yang dirangsan oleh makanan, betazole, penttagastrin, kafein, insulin, dan reflek vagal fisiologis
Ranitidin meningkatkan penyerapan bismut dari tripotassium dicitratobismuthate
14
Antasida
Fe
menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik
pHv lambung meurun, sehingga jumalah absorpsi obat B meningkat
15
Antikolinergik
Levodopa
bekerja menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkanhambatan semua fungsi muskarinik
mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di dalam neuron tsb levodopa akan berkonversi menjadi dopamin
Obat A memperpanjng waktu pengosongan  lambung → bioavaibilitas obat B menurun (karena meningkatnnya pembentukan dopamine oleh enzim dopa karboksilase di
mukosa saluran cerna)
16
Antasida
Aspirin
menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik
Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzyme siklik endoperoxides
Kelarutan obat B (obat-obat asam) meningkat → absorpi obat B meningkat
17
Tetrasiklin
Kation monovalen (Ca2+, Mg2+, Al3+ dalam antacid, Ca2+ dalam susu, Fe2+ dalam sediaan besi
Menghambat proses sintesis protein dari bakteri yang menyerang tubuh
Terbentuk kelat yang tidak dapat diabsorpsi sehingga jumlah obat A dan Fe2+ menurun
18
Metoclopramid, laksans, Mg (OH)2 dalam antasid
Parasetamol
hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2
Obat A memperpendek waktu pengosongan lambung → mempercepat absorpsi obat B


b.   Interaksi antara obat dengan makanan
Interaski obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan interaksi antara obat dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi absopsi obat.

Interaksi antara obat-makanan ini dapat terjadi karena beberapa hal:
1)   Terjadinya perubahan pH dalam  lambung, sehingga menyebabkan penundaan absorpsi obat.
2)   Perubahan motilitas usus, misal rifampisin dan isoniazida yang absorpsinya lebih kecil pada pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu lambung kosong.
3)   Terjadinya reaksi kimia yang menbentuk kompleks sama seperti obat-obat yang mengandung kation  multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan makanan yang mengandung ion klasium, magnesium atau besi sehingga suasah diabsorpsi.
4)   Terjadinya pembentukan senyawa N-nitroso (nitrosamine) yang disebut kanserogen. Ini terjadi pada zat makanan yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan sosis) dengan aminofenazon.
5)   Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat secara kompetititf oleh zat makanan yang bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat obat yang merupakan analog dari zat makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang diabsorpsi aktif melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme yang sama dengan mekanisme bahan makanan.

Contoh interaksi antara obat dengan makanan dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3.



Tabel 2. Interaksi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi obat
No
Nama obat
Mekanisme solusi
Aturan minum
1
Carbamazepin
Meningkatkan produksi empedu, meningkatkan disolusi & absorbsi.
Diminum bersama
makanan


2
Diazepam


Meningkatkan enterohepatik, disolusi sekunder pada sekresi asam lambung.


Tidak ada


3
Erythromycin
Tidak diketahui


Diminum saat
makan


4
Griseofulvin


Obat mudah larut dalam lemak,
meningkatkan absorbsi.


Diberikan dengan
makanan tinggi lemak
atau disuspensi
minyak jagung rendah
kontraindikasi.


5
Hydrochlorothiazid
(HCT)


Menunda pengosongan lambung,
meningkatkan absorbsi usus halus.


Diberikan bersama
makanan.


6

Phenytoin
Menunda pengosongan lambung,
Meningkatkan produksi empedu,
meningkatkan disolusi & absorbsi.


Diberikan pada saat
makan pagi, siang
dan malam.

Tabel 3. Interaksi makanan yang dapat menurunkan absorpsi obat
 No
Nama obat
Mekanisme solusi
Aturan minum
1
Acetaminophen


Terutama makanan mengandung pektin
bersifat absorben dan pelindung.


Diminum saat perut
kosong
3
Amoxicillin


Mengurangi volume cairan lambung.


Diminum dengan air


4
Acetosal
Mengubah pH  lambung.


Diminum saat perut
kosong


5
Captopril
Tidak diketahui (ACE inhibitor).


Diminum sebelum makan


6
Digoxin


Obat terikat makanan tinggi serat
Diminum saat makan

Selain menghambat absorpsi obat, ada juga obat-obat yang tertentu yang absorpsinya lebih cepat dan sempurna jika diberikan bersama makanan, Misal: spironolakton atau feniton absorpsinya lebih cepat diberikan bersama makanan dan absorpsi griseofulvin (bersiafat lipofil) akan mengikat jika diberikan bersama makanan yang banyak mengandung lemak.

C.  Cara Mengatasi Interaksi Gastrointestinal.
Interaksi obat dapat diatasi jika mengetahui farmakologi dari obat tersebut, baik secara farmakokinetik maupun secara farmakodinamik. Secara farmakokinetik: seperti bagaimana dan dimana obat diabsorpsi, didistribusikan, dimetabolisme, dan diseksresikan. Sedangkan secara farmakodinamik: kita harus tahu mekanisme kerja dari obat serta reseptor yang akan berikatan dengan obat tersebut. Jika kita sudah memahami tersebut, maka kita dapat mengasumsikan nama obat yang boleh diberikan secara bersamaan dan mana yang tidak.
Untuk interaksi yang terjadi dalam gastrointestinal dapat diatasi dengan pemberian obat secara selang waktu tergantung mana yang lebih dibutuhkan oleh pasien. Misalnya seorang pasien mendapat resep dari dokter yang isinya antasida dan digoksin, maka kita lihat bahwa pasien lebih membutuhkan digoksin dibandingkan antacid. Untuk menghindari terjadinya interaksi antara antacid dengan digoksin maka digoksin diminum terlebih dahulu, 1-2 jam berselang baru dilanjutkan dengan antacid.
  
BAB III
KESIMPULAN


Berdasarkan kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Interaksi gastrointestinal dapat terjadi antara obat dengan obat lain maupun antara obat dengan makanan. Interaksi ini terjadi melalui berbagai macam mekanisme. Seperti halnya interaksi obat lainnya, interaksi gastrointestinal  juga ada yang menguntungkan dan ada yang membahayakan. Untuk interaksi yang membahayakan perlu penanganan khusus untuk pengatasannya, yaitu dengan cara mengetahui farmakologi dari obat-obatan yang dikonsumsi baik dari segi  farmakokinetik maupun farmakodinamiknya.
  
DAFTAR PUSTAKA

Estuningtyas, A. Dan Arif, A. 2007. Obat Lokal. Dalam buku: Farmakologi dan Terapi. Edisi lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 517-526.

Gapar, R.S. 2003. Interaksi Obat Beta–Blocker dengan Obat-Obat Lain. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Medan.

ISFI. 2011. Informasi Spesialte Obat (ISO). Volume 26.

Nah, Y. K. 2007. Interaksi Obat yang Penting di Klinik. Meditek. Vol. 15 No. 39. Januari-April 2007. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta Barat.

Setiawati, A. 2007. Interaksi Obat. Dalam buku: Farmakologi dan Terapi. Edisi lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 862-865.

Tan, H.T. 2002. Obat-Obat Penting Edisi Kelima. Jakarta. PT.Elex Media Komputindo. 667-670.

1 komentar:

  1. Informasi bagus di sini, saya ingin berbagi dengan Anda semua pengalaman saya mencoba mendapatkan pinjaman untuk memperluas Bisnis Pakaian saya di Malaysia. Sangat sulit pada bisnis saya turun karena penyakit kecil saya waktu singkat maka ketika saya sembuh saya membutuhkan dana untuk mengaturnya lagi bagi saya untuk memulai jadi saya bertemu Mr Benjamin seorang petugas konsultan pinjaman di Le_Meridian Funding Service. Dia bertanya saya tentang proyek bisnis saya dan saya katakan kepadanya saya sudah memiliki One dan saya hanya perlu pinjaman 200.000,00 USD dia memberi saya formulir untuk diisi dan saya juga dia bertanya kepada saya tentang ID Valid saya dalam beberapa hari. Mereka melakukan transfer dan pinjaman saya diberikan . Saya benar-benar ingin menghargai upaya di sana juga mencoba untuk memberikan ini kepada siapa pun yang mencari pinjaman bisnis atau masalah keuangan lainnya untuk Menghubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di Email: lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. Ia juga tersedia di WhatsApp Contact: +1 -9893943740.

    BalasHapus