BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh
terhadap pengobatan, salah
satunya adalah faktor interaksi obat. Interaksi obat
adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Berdasarkan
mekanismenya,
interaksi dibagi menjadi 3 tipe yaitu interaksi farmasetik, interaksi
farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik. Interaksi gastrointestinal termasuk ke dalam interaksi
farmakokinetik yang mempengaruhi kecepatan absopsi dari suatu obat. Interaksi ini dapat terjadi antara obat
dengan obat lain atau obat dengan makanan.
Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi antar obat dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi menguntungkan misalnya,
penisilin dengan probenesid: probenesid menghambat sekresi penisilin di tubuli
ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin dalam plasma dan dengan demikian
meningkatkan efektivitasnya dalam terapi.
Interaksi obat dianggap
penting secara klinik jika berakibat meningkatkan toksisitas dan/atau
mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, jadi terutama jika yang
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah
atau slope log DEC yang curam), misal glikosida jantung, antikoagulan dan
obat-obat sitostatik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-obat yang
biasa digunakan atau yang sering diberikan bersama tentu lebih penting daripada
obat yang jarang dipakai. Inkompatibilitas terjadi di luar tubuh antara obat
yang tidak dapat dicampur. Pencampuran
obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara kimiawi atau fisik, sehingga menyebabkan
pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga
tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi
di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk
rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya,
bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping
obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan
polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu
dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang
dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai
pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah
diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita bayangkan, mengingat
jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada penderita yang menerima pengobatan
polifarmasi cukup banyak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gastrointestinal
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut
saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang
memanjang mulai dari mulut sampai ke anus. Pada prinsipnya fungsi utama sistem
gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh yang diperoleh
melalui proses ingestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan
masuk kedalam mulut, digestion dimana peristiwa mencerna makanan dimulai
dalam lambung dan usus halus dan
absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus
besar. Proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran
GI dan organ beserta kelenjar yang terkait dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati, pankreas,
dan kandung empedu.
B. Interaksi
Gastrointestinal
1. Pengertian
Interaksi Gastrointestinal
Interaksi gastrointestinal adalah
interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan yang terjadi di dalam
saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses
absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan
bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi obat lainnya,
interaksi gastrointestinal juga ada yang menguntungkan dan ada yang
membahayakan.
2. Mekanisme
Interaksi Gastrointestinal
Mekanisme terjadinya interaksi obat dalam gastrointestinal adalah sebagai
berikut:
a.
Interaksi
Langsung
Yaitu interaksi secara fisika/kimia antara obat dalam lumen
saluran cerna sebelum diabsorpsi, sehingga mengganggu proses absopsi.
b.
Perubahan
pH cairan saluran cerna
Perubahan pH pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan dan
absopsi obat-obat yang bersifat asam atau basa. Misalnya: Pemberian Natrium
bikarbonat bersamaan dengan aspirin akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga
absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
c.
Perubahan
waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas saluran
cerna)
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di
usus jauh lebih cepat dibandinkan di lambung. Oelh karena itu makin cepat obat
sampai ke usus makamakin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang memperpendek
waktu pengosongan lambung akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan
secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang waktu
pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat lain. Contoh: Metoklopramid yang akan
mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan propanolol dan obat antikolinergik,
antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik
narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.
d.
Perubahan
Flora usus.
Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai:
-
Sintensis
vitamin k dan merupakan sumber vitamin K yang penting
-
Memecah
sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang aktif
-
Sebagai
metabolism obat (missal levodova)
-
Hidrolsis
ghukuronid yang dieksresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi
enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (missal kontrasepsi oral)
Pemberian antibiotik spectrum luas (seperti : tetrasiklin, kloranfenikol,
ampislin,sulfonamide)akan mempengaruhi flora usus sehingga menghambat sintesa
vitamin K oleh mikroorganisme usus. Apabila antibiotic ini diberikan bersama antikoagulan oral
maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.
e.
Efek
toksik pada saluran cerna
Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin
menimbullkan sindrom malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu.
f.
Mekanisme
tidak diketahui
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain
dengan mekanisme yang tidak diketahui. Misal phenobarbital yang dapat mengurangi absopsi griseofulvin dalam
saluran cerna.
3.
Penggolongan Interaksi Gastrointestinal
Secara garis besar interaksi
gastrointestinal
dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
-
Interaksi
antara obat dengan obat
-
Interaksi
antara obat dengan makanan
a.
Interaksi antara obat dengan obat
Berikut akan dijelaskan interaksi antara obat dengan obat
yang terjadi pada saluran gastrointestinal berdasarkan mekanisme kerjanya.
1) Secara langsung sebelum obat diabsorpsi contohnya adalah
interaksi antibiotika (tetrasiklin, fluorokuinolon) dengan besi (Fe) dan
antasida yang mengandung Al, Ca, Mg, terbentuk senyawa chelate yang
tidak larut sehingga obat antibiotika tidak diabsorpsi. Obat-obat seperti
digoksin, siklosporin, asam valproat menjadi inaktif jika diberikan bersama
adsorben (kaolin, charcoal) atau anionic exchange resins (kolestiramin,
kolestipol).
2) Terjadinya perubahan pH cairan gastrointestinal, misalnya
peningkatan pH karena adanya antasida, penghambat-H2, ataupun penghambat
pompa-proton akan menurunkan absorpsi basa-basa lemah (misal, ketokonazol,
itrakonazol) dan akan meningkatkan absorpsi obat-obat asam lemah (misal,
glibenklamid, glipizid, tolbutamid). Peningkatan pH cairan gastrointestinal akan
menurunkan absorpsi antibiotika golongan selafosporin seperti sefuroksim
aksetil dan sefpodoksim proksetil.
3) Mekanisme interaksi melalui penghambatan transport aktif
gastrointestinal, misalnya grapefruit juice, yakni suatu inhibitor
protein transporter uptake pump di saluran cerna, akan menurunkan
bioavailabilitas beta-bloker dan beberapa antihistamin (misalnya, fexofenadin)
jika diberikan bersama-sama. Pemberian digoksin bersama inhibitor
transporter efflux pump Pglikoprotein (a.l. ketokonazol, amiodarone,
quinidin) akan meningkatkan kadar plasma digoksin sebesar 60-80% dan
menyebabkan intoksikasi (blokade jantung derajat-3), menurunkan ekskresinya
lewat empedu, dan menurunkan sekresinya oleh sel-sel tubulus ginjal proksimal.
4) Adanya perubahan flora usus, misalnya akibat penggunaan
antibiotika berspektrum luas yang mensupresi flora usus dapat menyebabkan
menurunnya konversi obat menjadi komponen aktif. Efek makanan terhadap absorpsi
terlihat misalnya pada penurunan absorpsi penisilin, rifampisin, INH, atau
peningkatan absorpsi HCT, fenitoin, nitrofurantoin, halofantrin, albendazol,
mebendazol karena pengaruh adanya makanan. Makanan juga dapat menurunkan
metabolisme 176 Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008 lintas
pertama dari propranolol, metoprolol, dan hidralazine sehingga
bioavailabilitas obat-obat tersebut meningkat, dan makanan berlemak
meningkatkan absorpsi obat-obat yang sukar larut dalam air seperti griseovulvin
dan danazol.
Contoh interaksi antara obat dengan obat dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Interaksi
obat dengan obat
No
|
Nama
Obat A |
Nama
Obat B |
Mekanisme obat A
|
Mekanisme Obat B
|
Interaksi
|
||||
1
|
Cisapride
|
Alkohol
|
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna
dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan
bersihan asam esophagus.
|
Memicu produksi asam lambung secara berlebihan
|
Cisapride meningkatkan pengosongan lambung dan
meningkatkan level alkohol dalam serum
|
||||
2
|
Cisapride
|
Siklosporin
|
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna
dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan
bersihan asam esophagus.
|
Menekan secara langsung sel T helper subsets dan menekan secara umum
produksi limfokin-limfokin, menekan produksi interferon,
|
Cisapride meningkatkan AUC dan level siklosporin
dalam serum
|
||||
3
|
Cisapride
|
Diazepam
|
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna
dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan
bersihan asam esophagus.
|
Bekerja pada sistem GABA dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA
|
Cisapride mempercepat absorpsi dari diazepam
|
||||
4
|
Cisapride
|
Morfin
|
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna
dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan
bersihan asam esophagus.
|
Morfin memperlihatkan efek utamanya dengan berinteraksi dengan reseptor
opioid pada SSP dan saluran cerna. Opioid menyebabkan hiperpolarisasi sel
saraf, dan penghabatan presinnaptik pelepasan transmiter.
|
Cisapride meningkatkan peak level morfin dalam serum tapi tidak
mempengaruhi efek morfin
|
||||
5
|
Cisapride
|
Nifedipine
|
Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna
dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan
bersihan asam esophagus.
|
Memblok kanal Ca type-L →hambat influk Ca ke intrasel→kadar Ca intrasel ↓
→ *kontraktilitas sel otot polosvaskular ↓→ vasodilatasi →resistensi perifer
↓*pd otot jantung →kontraktilitas, HR↓
|
Cisapride meningkatkan level nifedipine dengan peningkatan efek
nifedipine dan peningkatan absorpsi
|
||||
6
|
Cimetidine
|
Rifampicin
|
Menghambat produksi asam dengan berkompetisi secara reversibel untuk
mengikat H2-reseptor pada membran basolateral sel parietal
|
Membentuk kompleks yang stabil dengan DNA dependent RNA polymerase
menyebabkan penghambatan pembentukan rantai pada sintesis RNA
|
Peningkatan clearance non-renal dari cimetidine hingga 50% karena induksi
enzim oleh rifampicin
|
||||
7
|
Omeprazole
|
Artemisinin
|
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang
mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung
|
Menghasilkan radikal bebas berinti karbon dimana parasit malaria sensitif
terhadap radikal bebas ini
|
Menginduksi sitokrom P450 isoenzim CYP2C19 sehingga meningkatkan
metabolisme dari omeprazole
|
||||
8
|
Omeprazole
|
Claritomicin
|
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor
ion H+ keluar dari sel parietal lambung
|
Menghambat sistem protein bakteri dan terikat pada sub unit ribosom 50s
mikroorganisme yang sensitif
|
Meningkatkan level omeprazole dalam serum sebanyak 2 kali lebih banyak
tanpa mengubah efeknya
|
||||
9
|
Omeprazole
|
Escitalopram
|
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang
mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung
|
Meningkatkan aktivitas serotonin melalui inhibisi selektif re-uptake
serotonin pada membran neuronal
|
Omeprazole meningkatkan level escitalopram
|
||||
10
|
Loperamide
|
Co-Trimoxazole
|
Menghambat motilitas/ peristaltik usus dengan mempengaruhi secara
langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus
|
Menghambat sintesis asam folat dan pertumbuhan mikroorganisme dengan menghambat
susunan asam dihidrofolat dari asam paraamino benzen (PABA)
|
Co-Trimoxazole menginhibisi metabolisme Loperamide sehingga terjadi
peningkatan level Loperamide dalam plasma
|
||||
11
|
Loperamide
|
Ritonavir
|
Menghambat motilitas/ peristaltik usus dengan mempengaruhi secara
langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus
|
Menghambat kerja enzim protease HIV yang dibutuhkan untuk membuat virus
baru
|
Ritonavir meningkatkan level Loperamide dalam plasma
|
||||
12
|
Tripotassium dicitratobismuthate
|
Omeprazole
|
Merangsang sekresi prostaglandin atau bikarbonat mukosa yang menyebabkan
efek toksik langsung pada H.pylori lambung
|
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang
mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung
|
Omeprazol meningkatkan penyerapan dan bioavailabilitas bismut dari
tripotassium dicitratobismuthate dan bismut
biskalcitrate |
||||
13
|
Tripotassium dicitratobismuthate
|
Ranitidin
|
Merangsang sekresi prostaglandin atau bikarbonat mukosa yang menyebabkan
efek toksik langsung pada H.pylori lambung
|
Menghambat sekresi asam lambung basal dan nocturnal melalui penghambatan
kompetitif terhadap kerja histamine pada reseptor H2 di sel-sel parietal.
Ranitidine juga menghambat sekresi asam lambung yang dirangsan oleh makanan, betazole, penttagastrin, kafein, insulin, dan reflek vagal fisiologis |
Ranitidin meningkatkan penyerapan bismut dari tripotassium
dicitratobismuthate
|
||||
14
|
Antasida
|
Fe
|
menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak
peptik
|
pHv lambung meurun, sehingga jumalah absorpsi obat B meningkat
|
|||||
15
|
Antikolinergik
|
Levodopa
|
bekerja menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkanhambatan semua
fungsi muskarinik
|
mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di
dalam neuron tsb levodopa akan berkonversi menjadi dopamin
|
Obat A memperpanjng waktu pengosongan lambung → bioavaibilitas obat B
menurun (karena meningkatnnya pembentukan dopamine oleh enzim dopa
karboksilase di
mukosa saluran cerna)
|
||||
16
|
Antasida
|
Aspirin
|
menetralkan asam lambung
sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik
|
Mengasetilasi
enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzyme siklik endoperoxides
|
Kelarutan obat B (obat-obat
asam) meningkat → absorpi obat B meningkat
|
||||
17
|
Tetrasiklin
|
Kation monovalen (Ca2+,
Mg2+, Al3+ dalam antacid, Ca2+ dalam susu,
Fe2+ dalam sediaan besi
|
Menghambat proses sintesis
protein dari bakteri yang menyerang tubuh
|
Terbentuk kelat yang tidak
dapat diabsorpsi sehingga jumlah obat A dan Fe2+ menurun
|
|||||
18
|
Metoclopramid, laksans, Mg (OH)2
dalam antasid
|
Parasetamol
|
hambatan
terhadap enzim siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan
bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2
|
Obat A memperpendek waktu
pengosongan lambung → mempercepat absorpsi obat B
|
|||||
b.
Interaksi antara obat dengan makanan
Interaski obat dengan makanan
masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan interaksi antara obat
dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi absopsi obat.
Interaksi antara obat-makanan ini
dapat terjadi karena beberapa hal:
1)
Terjadinya
perubahan pH dalam lambung, sehingga
menyebabkan penundaan absorpsi obat.
2)
Perubahan
motilitas usus, misal rifampisin dan isoniazida yang absorpsinya lebih kecil
pada pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu
lambung kosong.
3)
Terjadinya
reaksi kimia yang menbentuk kompleks sama seperti obat-obat yang mengandung
kation multivalent, tetrasiklin akan
membentuk khelat dengan makanan yang mengandung ion klasium, magnesium atau
besi sehingga suasah diabsorpsi.
4)
Terjadinya
pembentukan senyawa N-nitroso (nitrosamine) yang disebut kanserogen. Ini
terjadi pada zat makanan yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan
sebagai pengawet daging dan sosis) dengan aminofenazon.
5)
Kompetisi untuk
mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat secara kompetititf oleh zat
makanan yang bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat obat yang merupakan
analog dari zat makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang
diabsorpsi aktif melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme yang sama dengan
mekanisme bahan makanan.
Contoh interaksi antara obat
dengan makanan dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3.
Tabel 2. Interaksi makanan yang dapat meningkatkan
absorpsi obat
No
|
Nama obat
|
Mekanisme
solusi
|
Aturan minum
|
1
|
Carbamazepin
|
Meningkatkan produksi empedu, meningkatkan disolusi & absorbsi.
|
Diminum bersama
makanan |
2
|
Diazepam
|
Meningkatkan enterohepatik, disolusi sekunder pada sekresi asam lambung.
|
Tidak ada
|
3
|
Erythromycin
|
Tidak diketahui
|
Diminum saat
makan |
4
|
Griseofulvin
|
Obat mudah larut dalam lemak,
meningkatkan absorbsi. |
Diberikan dengan
makanan tinggi lemak atau disuspensi minyak jagung rendah kontraindikasi. |
5
|
Hydrochlorothiazid
(HCT) |
Menunda pengosongan lambung,
meningkatkan absorbsi usus halus. |
Diberikan bersama
makanan. |
6
|
Phenytoin |
Menunda pengosongan lambung,
Meningkatkan produksi empedu, meningkatkan disolusi & absorbsi. |
Diberikan pada saat
makan pagi, siang dan malam. |
Tabel 3. Interaksi makanan yang dapat menurunkan absorpsi obat
No
|
Nama obat
|
Mekanisme solusi
|
Aturan minum
|
1
|
Acetaminophen
|
Terutama
makanan mengandung pektin
bersifat absorben dan pelindung. |
Diminum saat
perut
kosong |
3
|
Amoxicillin
|
Mengurangi
volume cairan lambung.
|
Diminum
dengan air
|
4
|
Acetosal
|
Mengubah pH lambung.
|
Diminum saat
perut
kosong |
5
|
Captopril
|
Tidak
diketahui (ACE inhibitor).
|
Diminum
sebelum makan
|
6
|
Digoxin
|
Obat terikat
makanan tinggi serat
|
Diminum saat
makan
|
Selain menghambat absorpsi obat,
ada juga obat-obat yang tertentu yang absorpsinya lebih cepat dan sempurna jika
diberikan bersama makanan, Misal: spironolakton atau feniton absorpsinya lebih
cepat diberikan bersama makanan dan absorpsi griseofulvin (bersiafat lipofil)
akan mengikat jika diberikan bersama makanan yang banyak mengandung lemak.
C.
Cara Mengatasi Interaksi
Gastrointestinal.
Interaksi obat dapat diatasi jika
mengetahui farmakologi dari obat tersebut, baik secara farmakokinetik maupun
secara farmakodinamik. Secara farmakokinetik: seperti bagaimana dan dimana obat
diabsorpsi, didistribusikan, dimetabolisme, dan diseksresikan. Sedangkan secara
farmakodinamik: kita harus tahu mekanisme kerja dari obat serta reseptor yang
akan berikatan dengan obat tersebut. Jika kita sudah memahami tersebut, maka
kita dapat mengasumsikan nama obat yang boleh diberikan secara bersamaan dan
mana yang tidak.
Untuk interaksi yang terjadi
dalam gastrointestinal dapat diatasi dengan pemberian obat secara selang waktu
tergantung mana yang lebih dibutuhkan oleh pasien. Misalnya seorang pasien
mendapat resep dari dokter yang isinya antasida dan digoksin, maka kita lihat
bahwa pasien lebih membutuhkan digoksin dibandingkan antacid. Untuk menghindari
terjadinya interaksi antara antacid dengan digoksin maka digoksin diminum
terlebih dahulu, 1-2 jam berselang baru dilanjutkan dengan antacid.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi gastrointestinal adalah
interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan yang terjadi di dalam
saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses
absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang
merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Interaksi
gastrointestinal dapat terjadi antara obat dengan obat lain maupun antara obat
dengan makanan. Interaksi ini terjadi melalui berbagai macam mekanisme. Seperti halnya interaksi obat
lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada yang menguntungkan dan ada
yang membahayakan. Untuk interaksi yang membahayakan perlu penanganan
khusus untuk pengatasannya, yaitu dengan cara mengetahui farmakologi dari
obat-obatan yang dikonsumsi baik dari segi farmakokinetik maupun farmakodinamiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Estuningtyas, A. Dan Arif, A. 2007. Obat Lokal. Dalam buku: Farmakologi dan Terapi. Edisi lima, Editor:
Sulistia Gan Gunawan. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 517-526.
Gapar, R.S. 2003. Interaksi
Obat Beta–Blocker dengan Obat-Obat Lain. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Medan.
ISFI. 2011. Informasi
Spesialte Obat (ISO). Volume 26.
Nah, Y. K. 2007. Interaksi Obat yang Penting di Klinik. Meditek. Vol. 15 No. 39. Januari-April
2007. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta Barat.
Setiawati, A. 2007. Interaksi
Obat. Dalam buku: Farmakologi dan Terapi. Edisi lima, Editor: Sulistia Gan
Gunawan. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 862-865.
Informasi bagus di sini, saya ingin berbagi dengan Anda semua pengalaman saya mencoba mendapatkan pinjaman untuk memperluas Bisnis Pakaian saya di Malaysia. Sangat sulit pada bisnis saya turun karena penyakit kecil saya waktu singkat maka ketika saya sembuh saya membutuhkan dana untuk mengaturnya lagi bagi saya untuk memulai jadi saya bertemu Mr Benjamin seorang petugas konsultan pinjaman di Le_Meridian Funding Service. Dia bertanya saya tentang proyek bisnis saya dan saya katakan kepadanya saya sudah memiliki One dan saya hanya perlu pinjaman 200.000,00 USD dia memberi saya formulir untuk diisi dan saya juga dia bertanya kepada saya tentang ID Valid saya dalam beberapa hari. Mereka melakukan transfer dan pinjaman saya diberikan . Saya benar-benar ingin menghargai upaya di sana juga mencoba untuk memberikan ini kepada siapa pun yang mencari pinjaman bisnis atau masalah keuangan lainnya untuk Menghubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di Email: lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. Ia juga tersedia di WhatsApp Contact: +1 -9893943740.
BalasHapus